Satu

23 3 0
                                    

Halo! Udah lama ya gak update, ada setaun kali ya? 2021-2022 hehehe ✌🏻

Sebelum baca cerita ini, taro emoticon kesukaan kamu di sini ya!

Kalau ada yang typo, kasih tau ya🤗

***

Jakarta, 29 April 2019

Kring! Kring! Kring!

Jam beker berbunyi nyaring, aku terusik karenanya. Perlahan, mataku terbuka, memperlihatkan mata bulat yang indah dengan bulu mata yang lentik. Bukan narsis, tapi memang begitu kenyataannya! Jangan iri, jangan iri! Bercanda.

Mataku melirik jam beker yang ada di atas nakas, aku menghela nafas. "Udah pagi aja, gue masih ngantuk," keluhku masih dengan posisi berbaring di ranjang, lalu mataku kembali menutup.

Aku masih tak berniat untuk bangun dan mandi, sampai akhirnya sebuah teriakan dari luar membangunkan ku.

"Aya, cepat bangun! Kamu belum buat sarapan untuk kita, jangan sampai lupa sama kewajiban kamu di rumah ini!" teriak Mama dari luar kamar.

Mendengar itu, aku buru-buru bangun dan mandi secepatnya. Tidak lama, yang penting basah. Setelah bersiap dengan seragamku, aku turun ke bawah untuk membuat sarapan.

Setelah berkutat di dapur, nasi goreng buatanku pun siap untuk disajikan di atas meja. Sebenarnya, ada Bibi yang dapat menyajikan dan mengerjakan semua ini. Tapi, aku harus membantu Bibi kata Mama.

"Makanannya udah siap," ujarku hendak duduk di kursi, tapi urung kala Papa bersuara.

"Kamu berangkat sekolah saja, kalo kamu ikut sarapan, nanti telat! Ini hari pertama kamu, jangan sampai telat!" kata Papa.

Dengan perasaan kesal, aku berjalan keluar membawa roti kesukaanku yaitu Sari Roti rasa cokelat. Aku tak benar-benar kesal dengan perkataan Papa, karena memang ada benarnya juga jika aku sarapan di rumah, aku akan telat pergi ke sekolah. Aku lebih kesal karena tak bisa menikmati sarapan buatanku.

***

Saat sampai di sekolah baruku, aku hanya bisa berdecak kagum. "Woah! Besar banget, semoga gue dapat banyak temen di sini," ujarku bermonolog.

Tak ingin berlama-lama mengagumi sekolahku, aku pun bergegas pergi ke lapangan karena kegiatan MPLS atau masa pengenalan lingkungan sekolah akan segera dimulai. Saat sampai di lapangan, aku langsung berbaris dan menunggu kakak pembina datang.

"Hai! Nama lo siapa?"

Aku menolehkan kepala, menatap seseorang di sebelahku. Ia adalah seorang gadis tomboy berparas cantik. "Oh, hai! Nama gue Praya, salam kenal ya."

Ia tersenyum membalas senyumanku. "Salam kenal juga, nama gue Atreya. Lo bisa panggil gue Reya, biar lebih akrab gitu!"

Aku terkekeh. "Oke oke, lo bisa panggil gue Aya."

Kakak pembina pun datang. Ah, sebenarnya aku ingin berbicara lebih banyak lagi dengan Reya. Tapi, mau tak mau, aku harus menyimak dan melakukan apa yang kakak pembina katakan.

Dan sialnya, tiba-tiba aku ingin buang air kecil! Aku menoleh ke arah Atreya yang serius menyimak. "Reya," bisikku memanggilnya.

Untungnya, Atreya memiliki telinga yang berfungsi dengan baik, jadi suara kecilku terdengar olehnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 11, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Really?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang