night cud-

1K 88 6
                                    

"Ci, liat langitnya coba."

Ariel mendongak menatap langit, hanya air hujan dan awan gelap yang ia lihat. Ia menatap sekitar, jalanan mulai basah. Air mulai menggenang.

"Coba itung airnya yang netes," pinta seseorang tiba-tiba ketika Ariel menadahkan tangannya di bawah guyuran air hujan.

"Lo kalo gada yang penting buat diomongin mending diem dah." setelahnya hanya suara tawa Oniel yang terdengar.

"Sebanyak itu gue cinta sama lo." kalimat yang keluar setelahnya membuat Ariel menoleh. Ia menatap gadis yang mendudukkan dirinya di meja belajar. Sibuk menulis sesuatu, tanpa menatapnya, tapi berhasil membuatnya salah tingkah.

Oniel menoleh karena merasa diperhatikan. Ariel membuang wajah setelahnya, Oniel tertawa makin keras. Gadis itu menghampiri Ariel, ia menyenderkan punggungnya pada tembok pembatas. "Ci.."

"Hm?"

"Ujan-ujanan yuk," Oniel mengulurkan tangannya. Ariel menoleh menatap wajahnya kemudian bergantian menatap tangannya. "Ayo, mau ga?" Oniel menggoyangkan tangannya sebagai kode untuk digenggam.

"Ntar kalo dimarahin gimana?"

"Marahin balik orangnya." Ariel mendengus mendengarnya. Oniel tertawa. "Canda bestie, gabakal dimarahin, tenang aja."

Ariel akhirnya tersenyum kemudian menarik tangan Oniel. Mereka berlari keluar gerbang, untungnya jalanan sore ini sangat sepi. Mereka berlarian di bawah air hujan. Bayangan Oniel ia merasa berada dalam film india, yang ia butuhkan sekarang hanya musik dan nyanyian. Ia mengejar Ariel kemudian memeluknya dan Ariel akan melakukan hal yang sama ketika Oniel menjahilinya.

Hampir 15 menit berlalu, Oniel akhirnya menghampiri Ariel yang tengah berdiri mendongak menghadap langit dengan mata tertutup. Ariel merasakan wajahnya yang ditusuk oleh ribuan air hujan. Tapi ia menikmatinya.

Oniel berdiri di hadapannya. Ia menatap Ariel cukup lama. Membiarkan waktu terbunuh begitu saja dengan hanya memerhatikan gadisnya. Tangan Ariel tiba-tiba menengadah, entah apa yang gadis itu lakukan.

Oniel kemudian menarik tangan Ariel, yang akhirnya membuat gadis itu menghentikan aktivitasnya. Ia menatap Oniel kemudian mengernyitkan dahi. Tak ada suara yang keluar dari keduanya. Mereka bertanya-tanya satu sama lain, dalam hati masing-masing.

Oniel mengalungkan tangan Ariel di lehernya. Ariel bingung? jelas. Oniel menatap matanya kemudian tersenyum, salah tingkah karena pikirannya sendiri. Gadis itu tiba-tiba mendekap dan menenggelamkan kepalanya di bahu Ariel. "Jangan diem doang gue malu." tangannya melingkar erat pada pinggang Ariel.

Ariel tertawa keras, ia akhirnya membalas pelukannya. "Lah? ya lagian lo ngapain anjir tiba-tiba banget?"

"Biar kek di sinetron-sinetron, gitu gasi kek uwu banget." Ariel tertawa lagi mendengar jawaban Oniel.

"Kita ga cocok anjir," Ariel kemudian mendorong pundak Oniel tanpa melepas pelukan. Ia menatap Oniel kemudian menunjukkan senyum hangatnya.

"By the way.." Oniel menggenggam tangan Ariel kemudian mengusapnya pelan. "Aku ngga bohong tau soal tadi."

Gadis itu memainkan cincin yang melingkar di jari manis Ariel. Ia mendongak menatap Ariel ketika gadis itu memberi respon. "Yang mana?"

"Yang aku bilang sebesar itu cintanya aku."

Ariel tersenyum lebar kemudian menganggukkan kepalanya berulang kali. Oniel ikut tersenyum lalu kembali memeluknya. Dingin dari air hujan sore itu berlalu begitu saja seiring dengan eratnya pelukan dua gadis itu.

OneshotsWhere stories live. Discover now