Prolog

360 37 4
                                    

Seorang anak kecil berusia 7 tahun menangis meraung-raung karna kepergian ayah nya. Anak itu bernama Taeyong. Ibu nya sudah berusaha untuk menenangkan anak itu tapi dia tetap berontak ingin membongkar makam sang ayah.

"Ibuuuu.ayah masih ada dia janji mau beliin Tae mobil huhu"tangis menyedihkan Taeyong

Lee Taeyeon sebagai ibunya mendekap anak nya erat. Dia juga sangat terpukul karna kematian suami nya.

" shhh sayang. Ikhlas kan kepergian ayah yaa? Supaya ayah tenang disana"

"Tidak ibuuuu tidakkk" teriak Taeyong kemudian dia jatuh pingsan.
.
.
.
Taeyeon tinggal bersama anak dan adik perempuan suami nya  yang sudah memiliki keluarga juga. Rumah yang terbilang tidak terlalu besar tapi mampu menampung 10 orang.

Taeyong terbangun saat merasakan ada tangan yang menyentuh wajah nya. Ternyata itu Seonghwa sepupu nya yang berusia 2 tahun di atas Taeyong

"Tae tidak apa-apa? " tanya Seonghwa khawatir.

"Eh Hyung. Sejak kapan disini? " tanya Taeyong

"Baru saja. Mama Taeyeon bilang kamu pingsan makanya hyung kesini mau liat kamu" balas Seonghwa sambil tersenyum.

"Ayoo kita makan. Tadi sebelum Hyung kesini mama sama bunda lagi masak" ajak Seonghwa sambil menarik lembut Taeyong.

Taeyong pun di papah Seonghwa  menuju ruang makan.
.
.
.
.
Taeyeon tersenyum miris menatap rumah peninggalan suami nya. Teringat perkataan adik iparnya tadi yang menganggap dia lah penyebab kematian suami nya.

"Kalo rabun mu itu tidak meminta yang aneh² mungkin sekarang kakak ku masih ada di hadapan ku sekarang"   bentak irene adik iparnya.

"Kau seharus nya malu Taeyeon. Ini adalah rumah ku. Keluar dari rumah ku sekarang juga"

"Tapi bibi ini rumah ayah" Taeyong mencoba membela ibu nya.

"Ayah mu kau bilang? Dia kakak ku. Aku yang lebih berhak di banding kan dengan kau. Kau bukan siapa-siapa disini brengsek"

Taeyeon menutup telinga Taeyeon agar kata² tidak pantas didengar anak kecil itu tidak masuk ke telinga anak nya.

"Jaga bicara mu Irene. Tidak pantas kau mengatakan itu pada anak ku" balas Taeyeon.

"Dan ingat, dia tidak rabun, dia istimewa"

"Cih istimewa katamu? Apa yang kau tau tentang pantas dan tak pantas? Kau yang menghancurkan segala nya jalang. Pergi kau dari sini" bentak irene marah.

Taeyeon mengusap air mata nya dan menatap mata Taeyong. Dia kasihan melihat anak nya yang sangat berat meninggalkan rumah yang sudah dia tempati selama 12 tahun.

"Sayang kamu bisa liat ibu? " tanya Taeyeon.

"Bisa bu. Kenapa? " tanya Taeyong heran

Air mata Taeyeon makin deras. Taeyong memiliki kelainan pada mata nya. Mata nya akan berwarna putih jika dia sedih. Dan itu akan berpengaruh pada penglihatan nya. Akan sedikit kabur jika gejala mata nya itu muncul.

"Ibu tidak perlu khawatir Taeyong baik kok. Sekarang kita mau kemana? "

"Cihhh menjijikan. Pasti setelah ini kau akan menjual tubuh mu supaya dapat bertahan hidup. Sangat murah" ejek Irene yang berjalan tanpa memandang ke arah ipar nya.

"Dan ingat jalang, aku tidak akan pernah membiarkan anakku menikah dengan anak cacat seperti anak tak bergunamu itu.

Taeyeon langsung menarik anak nya pergi dari sana.

Taeyong heran. Kenapa ibunya membawa nya ke kawasan mansion yang mewah? Uang saja mereka tidak punya. Lalu ini?

Ting Tong

"Astaga tuann, Nona Taeyeon pulang" teriak penjaga depan gerbang mansion itu.

"Non Taeyeon" seorang wanita paruh baya memeluk Taeyeon erat.

"Bibi" balas Taeyeon

"Ibu" panggil Taeyong

"Astaga maafkan ibu sayang. Ibu melupakan mu. Bibi perkenal kan ini anak ku. Lee Taeyong"

End of prolog.

Mawar Manis Psycho {Jaeyong}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang