cuplikan

0 0 0
                                    

Pppppp

Dengan sedikit kasar Elvan membawa tangan sang istri ke hadapannya.

Zeline gadis itu sangat jelas matanya memancarkan ketakutan melihat sisi lain dari sosok suaminya.

"Uhuk uhuk lepas! Gue bilang lepasin tangan gue sialan uhuk. " Jerit Zeline terbatuk-batuk terganggu dengan asap rokok.

Elvan hanya menulikan pendengaran bukannya berhenti justru kembali menghisapnya dan menghembuskan  tepat pada wajah gadis yang siap menumpahkan air matanya.

"Akhhh!? "

Jeritan sarat kesakitan yang keluar dari bibir mungil sang istri seolah bukan hal yang perlu dikhawatirkan.

Sedangkan Zeline gadis itu sudah tersedu-sedu.
Perih, panas melebur menjadi satu ketika Elvan tanpa aba-aba menempelkan ujung rokok yang menyala pada punggung tangannya dan menggerakkannya abstrak seolah sedang melukis di kanvas.

"Hiks sakit... Lepas... Hikss, arrrggghhh." Sungguh Zeline sangat ketakutan sekarang bahkan tubuhnya melemas.
Tapi tak ada tanda-tanda Elvan melepaskannya.
Laki-laki beriris mata sekelam malam itu justru menampilkan senyum smirk yang pertama kali Zeline lihat.

Setelah ujung api itu mati barulah Elvan melepaskan tangan sang istri, membiarkan gadis itu meluruh pada lantai balkon yang dingin.

Sama sekali tak ada rasa penyesalan yang di tunjukkan laki-laki itu. Datar hanya angin yang berembus dingin ditemani isak tangis gadis yang tak henti-hentinya memegangi tangan yang terkena luka bakar.

"Cih, katanya mau ke neraka tapi baru luka sekecil itu reaksi mu sudah seperti di potong
saja tangannya. "

Merasa tak di tanggapi tanpa sepatah kata pun  Elvan mengangkat tubuh mungil Zeline seperti koala masuk ke dalam ke kamar dan membawanya keluar menuju dapur.

Dengan sigap Elvan melarutkan garam pada mangkok.
Sedangkan Zeline gadis itu sudah tak menangis lagi ia menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher sang suami dengan isi kepala begitu ramai, berisik, dan rumit.

Elvan mendudukkan Zeline pada kursi meja pantry kemudian mulai membersihkan abu rokok yang masih menempel pada luka bakar ditangan mulus istrinya yang tak lain karena ulahnya sendiri.

Jika Elvan sibuk mengobati luka di tangan Zeline. Berbeda dengan gadis itu  yang diobati malah sibuk merenungi ucapan Elvan tanpa sadar lagi-lagi liquid bening itu kembali membasahi pipi chubby nya.

"Maaf."

Hanya satu kata itu yang meluncur dari bibir  Elvan, dirinya jelas tau resiko yang akan ia dapat ketika bersikap kasar pada remaja labil di depanya.

Meski begitu Zeline masih saja bungkam bahkan semakin terisak.
Ya, harus ku ingatkan Zeline itu bukan tipe gadis yang kasar dan bringas. Gadis itu mempunyai hati yang begitu lembut dan sangat perasa ketika bersangkutan dengan orang-orang disekitarnya kecuali dengan orang yang tidak ia sukai tetapi entah kenapa ketika Elvan yang melakukannya sangat berdampak besar untuknya.

Elvan kembali menggendong Zeline dengan posisi gendongan yang sama, menenangkannya bak menenangkan keponakan kembarnya.
Tampa memberontak Zeline pasrah digendong seperti anak kecil, tapi yang jelas hanya satu ini terlalu nyaman untuk di lepaskan. Ia hanya membutuhkan dekapan dan Elvan dapat memberikan itu.

"Ssttt... Tidur sudah malam. " Bisiknya dengan tangan yang tak tinggal diam sibuk mengelus punggung sempit itu.

Elvan meletakkan tubuh Zeline dengan perlahan di ranjang.
"Sampai disini kamu mengerti kan Zeline Zakeisha Abigail? "
Zeline mengangguk pelan ia masih takut dengan Elvan, apalagi mengingat kejadian dibalkon kamar beberapa saat lalu.

***

Jam sudah menunjukkan pukul 02:00 dini hari. Namun mata gadis dengan piyama biru itu masih saja bening sedangkan disampingnya terlihat laki-laki
Yang pulas dalam tidurnya.

Tok tok tok

"Hihihihi"

Tok tok tok

"Hihihi"

Prok  prok prok

"Emmm hahaha. "

Suara bising tadi sukses membuat Elvan terusik matanya menyipit melihat sesosok perempuan yang duduk mepet kepala ranjang sesekali mengetuk-ngetuk nya dan bertepuk tangan
Dengan sigap laki-laki dengan wajah bantalnya menghidupkan lampu.

"Kei... " Panggilnya namun tak ada sahutan.

"Keisha."
Gadis itu menoleh dan berapa terkejutnya ia melihat wajah  Zeline yang sembab nyaris bengkak.

'Berapa lama istrinya ini menangis?'batinya meringis ngeri sendiri.

"Kenapa hmm? "

"Hikss hikss. "

Elvan di buat bingung dan panik sendiri dibawanya tubuh mungil gadis itu pada dekapannya.
Lagi-lagi Elvan dikejutkan dengan tangan Zeline begitu dingin, sebenarnya ada apa? Apa yang tidak ia ketahui?

"Sssttt don't cry, i'm here"
Bisiknya.

Menghela nafas pelan "tidur ya? Udah larut, jangan nangis terus  hmmm? " Bujuknya.

Perlahan Elvan membaringkan Zeline, meski tanpa perlawanan tapi tangan gadis itu tak henti-hentinya bertepuk tangan dengan gumaman tak jelas seolah sedang bermain dengan anak kecil.

"Tidur Zeline Zakeisha Abigail. "

Seolah angin lalu meski sudah di baringkan Elvan gadis itu tiba-tiba saja mendudukkan diri melanjutkan kegiatan yang di hentikan Elvan bertepuk tangan sambil bergumam sesekali menangis.

Lagi dan lagi Elvan dengan sabar menghentikan apa yang dilakukan istrinya. Dan kembali membaringkan diri beserta Zeline dalam dekapan.

Saat Zeline ingin kembali duduk dengan sigap laki-laki dengan iris mata sekelam malam itu mengunci pergerakan Zeline.

Puk puk puk

Sedikit tersentak merasakan pukulan didadanya Elvan menunduk mengamati wajah  Zeline yang menurutnya menggemaskan, oh lihatlah hidungnya yang merah kembang kempis dan bibir yang melengkung kebawah arrgghh lucu sekali.
Elvan sesekali mencium puncak kepala sang istri.

Hap

Kini tangan dingin Zeline sudah berada dalam genggaman tangan besar Elvan dibawanya ke dalam baju.

Hening beberapa saat sebelum sebuah dering telepon memecah keheningan.

DEAR NAJWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang