•••
Tepat pukul sebelas, portal antar dunia terbuka. Gadis berambut pirang dengan mata biru itu panik. Dia belum berhasil memecahkan kode rahasia.Seandainya Velove dan Nyx percaya dengan apa yang dikatakannya, tentu tidak akan sesulit ini menemukan titik lokasi yang akan menjadi tempat penyerangan. Membekuk mereka lalu menutup portal selamanya dengan mantra yang tertulis di buku.
“Kau pikir kami percaya dengan bualanmu, Marsha?” Nyx melirik ke arah Velove yang sibuk dengan cerminnya, lalu menatap Marsha dengan seringai kasar. “Orang tuamu saja meragukanmu. Sudahlah, fokus dengan cita-citamu jangan bertindak konyol dan percaya dengan buku ramalan itu.”
Marsha mengepalkan tangan berusaha menahan buncahan lahar yang menggeliat di dada. Ingin menghajar keduanya tetapi diurungkan. Bagaimanapun mereka bersahabat baik sejak lama.
“Sial, tersisa sepuluh menit lagi.”
Marsha berlari menuju lorong panjang yang mengarah ke taman belakang sekolah. Dia berpacu dengan waktu. Menyibak rerumputan liar yang menghalangi langkahnya.
Mengandalkan insting, gadis itu sampai juga di gudang tua. Dibukanya dengan hati-hati pintu kayu berukiran bulan sabit. Suara berderit terdengar keras. Marsha menghentikan langkahnya, seolah merasakan energi negatif menyebar ke seluruh ruangan. Dipejamkan matanya sejenak, berusaha menenangkan diri.
“Syukurlah aman. Masih ada waktu tiga menit, aku bisa melakukannya.”
“Kau terlambat, Marsha. Kami sudah masuk ke duniamu.” Tawa membahana memenuhi ruangan.
Gadis itu terjengkang melihat kedatangan sekelompok orang tak dikenal berjubah hitam muncul di hadapannya. Apa yang Marsha takutkan terjadi. Mereka berhasil menembus portal antar dunia dan berencana mencari mestika yang tersembunyi di sekolah ini.
“Keluarkan semua kekuatanmu! Kami akan melawanmu,” tantang laki-laki bermata merah dengan suara lantang.
•••
Nyx bukannya tidak mempercayai ucapan Marsha. Akan tetapi, kenyataan bahwa ia sendiri termasuk dalam kelompok ‘pencuri mestika’ membuatnya menggigit bibir. Marsha tahu, yang mana artinya ia harus memilih: tetap bersama kelompok pencuri berlandaskan kontrak atau berpihak pada Marsha.
Bukannya ia berniat berkhianat terhadap sahabat dan sekolahnya, hanya saja, bagaimana pun, Nyx terikat kontrak! Niatnya, hanya membuat Marsha patah semangat dan tidak ikut campur urusan ini. Sudahlah cukup bagi Marsha untuk memikirkan cita-citanya saja. Namun siapa sangka ucapan yang terlontar oleh bibirnya hanya membuat sahabatnya itu semakin gencar memecahkan kodenya.
Kenyataan bahwa gadis itulah yang membuka portal antar dunia itu membuatnya benar-benar merasa bersalah. Ingin ia kubur diri hidup-hidup karena berkhianat.
Tidak ada yang tahu bentuk mestika itu. Tetapi yang jelas, ketua kelompok pencuri ini tahu bahwa seseorang akan menghadang mereka. Beberapa kali ketua telah memberi Nyx peringatan akan eksistensi orang itu, dan orang itu adalah Marsha.
Saat ini, dengan topeng dan jubah hitam melekat pada tubuhnya, Nyx berdiri di barisan belakang. Ada Marsha di sana, tengah menghadang kelompoknya. Kalau begini ... mau tidak mau ia harus mencari mestikanya sendiri. Bagaimana pun Nyx harus menuntaskan kesepakatan yang makhluk-menjijikan-yang-dipanggil-adik buat.
Menyadari ketua dan yang lain masih sibuk dengan Marsha, Nyx mengendap pergi. Toh, yang tahu cara mencari mestika itu juga hanya gadis itu seorang. Marsha pasti sanggup bertahan sebentar sementara ia mencari Mestika dan meminta Velove untuk membantu sahabatnya itu.
Segera ia melepas topeng dan jubah yang ia kenakan, berlari menyusuri HighSchool WGAverse sambil memancing reaksi dari mestika guna mencarinya. Mengabaikan orang-orang yang menatapnya aneh.
"Nyx!" Suara panggilan dengan nada familiar itu memanggil gadis bersurai platinum itu, membuatnya menoleh ke belakang dan menghentikkan langkahnya. Iris lavender itu membulat saat melihat kalung yang dikenakan oleh temannya itu. "Ugh, apa kau tau kenapa kalung ini terus bercahaya?"
Oh ... sial, umpat gadis itu dalam hati. Entah ia harus merasa senang karena Velove muncul tanpa perlu ia susah-susah cari atau kesal karena mestikanya adalah kalung kesayangan gadis itu. Kedua tangan berkulit pucat itu dengan cepat mencekram bahu Velove, membuatnya mengerjap dan tersentak di tempat. "Ikut aku, dan kujelaskan situasinya di jalan."
•••
Velove mengekor di belakang Nyx tanpa tahu tujuannya kemana. Yang jelas ... Nyx mengatakan, bahwa ada sesuatu yang harus ia jelaskan kepada Velove. Ia pikir Nyx hanya ingin mengajaknya bercanda. Langkah Velove seketika terhenti saat Nyx membalikkan badan ke arahnya.
"Ve, lepaskan kalungmu."
"Ha? Untuk apa?" Velove mengernyitkan dahinya, kontan ia memegang kalungnya dengan erat. Ia menggelengkan kepala saat Nyx berusaha untuk menyentuhnya.
"Kalung ini berbahaya untukmu."
"Kalung ini kalung kesayanganku, pemberian nenekku!" Velove berusaha melepaskan tangan Nyx yang bersiap untuk menyentak kalungnya. Sayangnya Nyx sudah lebih dulu merampas kalung milik Velove.
Velove membelalakkan matanya dengan rasa tidak percaya, kedua tangannya mengepal erat, hendak memberikan serangan kepada Nyx. Kalung itu merupakan kalung pemberian neneknya yang sangat ia jaga, bahkan Nyx pun sudah tahu akan fakta itu. Ia tidak habis pikir dengan tindakan Nyx.
Saat tangan Velove mengambang di udara dan sudah siap melayangkan pukulannya pada Nyx, datanglah sekelompok orang dengan jubah warna hitam dan disusul oleh Marsha. Alih-alih memberikan serangan pada Nyx, ia justru tercengang dan tidak berkutik sedikit pun, terlebih saat melihat Marsha yang berada diantara mereka.
"Oh, baguslah, Nyx. Rupanya kau sudah mendapatkan mestika itu?" Nyx menelan air salivanya dengan kasar, ketua itu belum tahu saja bahwa Nyx merupakan teman dekat dari Marsha dan Velove si pemilik mustika. Marsha yang berada diantara kelompok itu, memajukan langkah menuju ke arah Nyx dan Velove.
"Jadi kau ...." Marsha menggantungkan kalimatnya. Nyx masih diam, bingung harus melakukan apa. Sementara Velove, menatap Nyx dengan tatapan penuh benci.
"Aku tidak menyangka kau berkhianat, Nyx," lirih Marsha pelan.
Nyx berpikir, bahwa tidak ada cara lain lagi selain berpura-pura berpihak pada kelompoknya. Ia memutuskan untuk maju, berdiri di sebelah sang ketua. Sementara Marsha melirik sekilas pada Velove dan berdiri berdampingan dengannya tak bisa lagi menahan amarah.
Sekarang Velove mengerti, bahwa kalung miliknya merupakan benda incaran dari kelompok itu, dan sahabatnya adalah bagian dari kelompok itu.
"Kau sudah terlambat, Nona. Sekarang mestika itu sudah berada di tangan kami." Sang ketua menyeringai. Lagi-lagi, Nyx menelan air salivanya sambil berusaha mati-matian untuk memberikan kode kepada dua sahabatnya dengan tatapan.
Terlihat Marsha membisikkan sesuatu pada Velove, dan ... kalung itu bercahaya! Nyx tersenyum, meski tak tau pasti apa yang Marsha bisikan. Sang ketua melirik ke arah Nyx, ia mulai mencurigai sesuatu.
"Apa yang mereka lakukan, Nyx?" tanya ketua, yang dibalas gelengan oleh Nyx. Ia lantas melemparkan kalung tersebut yang langsung ditanggap oleh sang ketua. Nyx berlari dan menarik lengan Marsha menjauh dari mereka semua—termasuk Velove. Ya, Nyx meninggalkan Velove, karena ia tahu apa yang akan dilakukan oleh Velove selanjutnya. Velove memejamkan kedua matanya, bibirnya merapalkan sebuah mantra guna menghancurkan mustika tersebut.
Rapalan mantra Velove membuat tanah yang dipijaki bergoncang dengan cepat. Sang ketua dengan anak buahnya saling tatap satu sama lain merasa ketakutan. Sementara Velove terus membacakan mantra dengan konsentrasi. Semakin lama, goncangan tanah semakin bergerak dengan cepat.
Sang ketua dengan anak buahnya terjatuh bersimbah di atas tanah dikarenakan tidak dapat menyeimbangi tubuhnya akibat goncangan tanah. Namun ... tidak dengan Velove, dia masih berdiri dengan tegak sembari fokus merapalkan mantranya.
Tidak lama kemudian, mestika yang digenggam oleh sang ketua meledak seketika. Membuatnya hancur beserta dengan anak buahnya. Lepas itu, Velove membuka mata, melihat pemandangan kacau di hadapannya. "Mereka semua mati," lirih Velove. "Begitupun dengan kalungku."
•••
Ditulis bersama Kak Zia_Faradina dan Kak Kiria_02
KAMU SEDANG MEMBACA
CAMARADERIE
RandomHai, namaku Velove! Aku adalah salah satu murid di WGAVers Highschool. Aku mempunyai dua sahabat terbaik yang pernah aku temui di dunia ini. Mereka adalah Nyx dan Marsha. Usia mereka berdua 16 tahun. Semetara aku adalah yang paling muda di antara m...