ISTORIA

1 1 0
                                    

•••
Istoria museum yang menjadi tempat kunjungan HighSchool WGAverse berbentuk bangunan persegi yang terbuat dari batu kapur dan gelas kaca. Luasnya kurang lebih empat puluh ribu kaki. Koleksi peninggalan Yunani kunonya sangat lengkap. Patung perempuan Yunani yang dibuat pada masa Perang Dunia II, mangkuk es krim, sendok kayu dari sebuah toko permen di tahun 1940-an dan ribuan album rekaman musik-musik Yunani semua ada.

Patung-patung itu ditempatkan di ruangan kaca, bermandikan relik dengan cahaya alami. Memukau siapapun yang memandangnya. Sementara koleksi artefak yang dipamerkan diambil dari batu suci Acropolis. Ada banyak pajangan tembikar yang diawetkan dengan sempurna, senjata yang berasal dari budaya Cyladic dan lukisan dinding yang diselamatkan dari kota kuno Kronoss.

Di lantai dasar dipamerkan Dewa, Mitos, dan Kaum Manusia menemukan Yunani kuno. Ada pula kuil Yunani seukuran anak-anak. Mereka bisa memakai baju kuno Yunani, merangkak memasuki sebuah kuda Troya.

Sejak tadi, pandangan Velove mengarah pada suatu artefak yang memiliki bentuk mirip dengan kalung pemberian neneknya yang telah hancur. Gadis itu bahkan tidak memedulikan rombongan yang telah pergi menjauh dan beralih mendekati artefak itu.

Marsha yang mulai was-was segera mencekal pergelangan tangan Velove. “Jangan kau sentuh apa pun.”

“Tidak Marsha ... Artefak ini mirip dengan kalung peninggalan leluhurku.”
“Kita semua tahu bahwa kalungmu sudah hancur,” Nyx membalas dengan tajam. “Sekali lagi kamu berulah, akan kupanah jantungmu. Kusatukan bersamaan patung-patung yang dipamerkan di museum ini,” ancam Nyx keras kepada Vellove.

“Kamu mau mencuri di museum ini?” Marsha semakin geram dengan sahabatnya yang kukuh dengan sikapnya.

Namun, Velove tetaplah Velove. Ketika Nyx sudah memalingkan wajah dan Marsha melepaskan tangannya. Velove berlari menuju artefak itu dan mengambilnya. Tiba-tiba goncangan dahsyat terjadi, tanah yang mereka pijak bergetar lalu semuanya menjadi gelap. Begitu mereka sadar, mereka telah tiba di sebuah ruangan yang begitu gelap.

Nyx mengacak rambutnya dengan frustrasi. “Velove!”

“Tempat apa ini?” tanya Marsha dalam gumaman. Matanya menatap sekitar dengan awas, meski kenyataannya kedua matanya belum terbiasa dengan cahaya di dalam ruangan.

Sementara itu, dalang di balik tersesatnya mereka di tempat itu, Velove, terdiam di tempat sambil menggenggam artefak yang ia curi. “Ini labirin. Jebakan itu yang membawa kita ke sebuah labirin.”

“Kau tahu itu jebakan, kenapa masih diambil?” sarkas Nyx. Ia mengambil korek api yang selalu ia bawa untuk berjaga-jaga dan mengulurkan tangannya. “Tempat ini kosong.”

"Lalu apa yang harus kita lakukan? Aku rasa, ini tidak akan mudah dilalui," kata Marsha dengan nada yang begitu lemah.

"Velov—"

"Argh! Bisakah kau itu bersikap dewasa sedikit saja, Ve?" Nyx terkesiap, korek yang ia pegang hampir saja jatuh ke tanah. Sementara Velove, gadis itu hanya diam membisu meskipun Marsha sudah menggertaknya demikian. Berbeda dengan Nyx, ia mengerjap-ngerjapkan kedua bola matanya seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja keluar dari bibir Marsha. Sungguh, ini baru pertama kalinya Marsha menggunakan nada tingginya. Selama Velove dan Nyx mengenal gadis usia 17 tahun itu, ia tidak pernah sekali-kali marah sedikit saja.

"M-Marsha? Tenanglah." Nyx menghampiri Marsha, berusaha menenangkan gadis itu.

"Ah, habis sudah kesabaranku, Nyx! Mau sampai kapan kau seperti ini?!"

"Tenanglah Marsha!" Nyx balas menggertak. Dengkusan kesal dikeluarkan gadis itu. Netranya beralih pada Velove yang masih membisu. "Kita akan berjalan. Tetap berpegangan satu sama lain."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CAMARADERIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang