Prolog - Again

4.9K 569 130
                                    

"Aku tidak percaya kau masih hidup!" satu suara familiar itu membuat dirinya menghembuskan nafas lelah.

"Apa yang kau inginkan, Potter?"

"Hanya penasaran kapan kau akan memulai misimu?"

"Apa maksudmu?"

"Duh? Kau telah berhibernasi selama satu tahun Tom. Tidak ada yang mendengar kabar tentang dirimu dan minionmu. Dan sebentar lagi aku akan memasuki tahun ke empat di Hogwarts. Sementara kau? Apa yang kau lakukan?"

Lord Voldemort menutup bukunya dan menatap tamu kecil yang tak diundang itu dengan tatapan dingin. "Itu bukan masalahku, Potter. Pergilah dan nikmati hidupmu tanpa membuat aku sengsara," ucap pria dengan wajah tampan itu ketus.

"Woah Tom... jika ku perhatikan kau ini sangat tampan ternyata," ucap Harry sambil memperhatikan Dark Lord itu dengan seksama. "Kau tidak botak, hidungmu masih ada, wajahmu tidak seperti ular... ah- matamu masih merah!" 

"Omong kosong apa yang kau ucapkan Potter? Pergi!"

"Oh ayolah Tom, dunia sihir itu tidak menarik jika tidak ada teror darimu!" rengek Harry sambil menjatuhkan kumpulan surat kabar 'Daily Prophet' di meja Voldemort. "Bahkan surat kabar ini hanya berisi gosip tidak jelas yang sama sekali tidak menarik minat pembaca!" sambungnya dengan nada meyakinkan.

"Itu urusanmu Potter. Aku tidak ada hubungannya dengan semua omong kosong ini!"

"Oh ayolah. Dunia sihir akan lebih berwarna jika kau sesekali muncul dan meneror kementrian. Akan lebih baik jika beberapa anggota Orde Phoenix menghilang dalam prosesnya!"

Itu menarik perhatian Voldemort. "Kau mengetahui anggota organisasi buatan Dumbledore?"

Harry menaikkan sebelah alisnya, "duh? Kau lupa kalau Sirius adalah mantan anggota orde? Jika Sirius mengetahui siapa saja mantan rekannya, bagaimana mungkin aku -yang anak baptisnya- tidak mengetahui apapun?" tanya Harry.

"Itu bagus. Tuliskan siapa saja nama anggota organisasi tersebut dan aku akan.. ah- memberikan sedikit teror pada mereka," ucap -baca:perintah- Voldemort sambil memberikan selembar kertas pada Harry.

Harry langsung mengernyit. "Tidak Tom, bukan begitu cara mainnya," ucapnya sambil menggeleng.

"Apa? Kau sendiri yang menginginkan teror di dunia sihir."

"Itu benar, tapi tidak dengan caramu. Jika kau meneror semua anggota orde, dimana lagi kesenanganku berasal?"

"Aku tidak tau harus menyebutmu gila atau sadis, Potter."

Harry menghela nafas dengan wajah tersinggung. "Aku akan mengatakan dengan jelas, Tom, aku ini hanya sedikit ekstrim," ucapnya sambil menyeringai.

"Terserah Potter. Sekarang, kau tulis atau pergi dari kediaman- hei tunggu dulu! Darimana kau tau aku berdiam disini?" tanya Voldemort akhirnya menyadari rasa mengganjal di dadanya sejak kedatangan Harry.

Harry mengerjap, "oh iya aku lupa! Aku belum pernah mengatakan padamu bahwa aku bisa merasakan emosi, keberadaan, dan perasaanmu karena aku adalah Horcruxmu?" tanya Harry dengan nada aneh.

"KAU TIDAK PERNAH MENGATAKAN BAHWA KAU ADALAH HORCRUXKU, POTTER!"

"Santai pak tua, tidak perlu teriak-teriak begitu," ucap Harry kalem. "Lagian itu juga salahmu karena kau tidak melakukan aksi apapun sejak kau kembali ke tubuhmu tahun lalu. Jadi aku sama sekali tidak punya kesempatan untuk bertemu denganmu dan memberitahukan hal tersebut," sambung Harry dengan nada menyalahkan.

"Salahk- Potter, beraninya kau! Aku bisa saja membunuhmu karena kelancanganmu!"

"Tapi kau tidak akan membunuhku Tom. Aku terlalu berharga dalam hidupmu," ucap Harry dengan senyuman manis, sebelum kemudian tiba-tiba merinding. "Kata-kata itu salah dalam semua artian," gumamnya dengan nada jijik.

A Time for The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang