4th Year - 2

2.6K 470 35
                                        

"Turnamen Triwizard pertama kali diselenggarakan kira-kira tujuh ratus tahun lalu sebagai kompetisi persahabatan di antara ketiga sekolah sihir terbesar di Eropa: Hogwarts, Beauxbatons, dan Durmstrang. Se-orang juara dipilih untuk mewakili masing-masing sekolah, dan ketiga juara ini bersaing dalam menyelesaikan tiga tugas sihir. Ketiga sekolah tersebut bergiliran menjadi tuan rumah turnamen ini dalam lima tahun sekali, dan kegiatan ini disepakati sebagai cara paling luar biasa untuk membina tali persahabatan di antara para penyihir muda yang berbeda bangsa—sampai, angka kematiannya menjadi tinggi sekali, sehingga turnamen ini tidak diteruskan."

"Angka kematian ya?" Harry menaikkan alisnya dengan senyum meremehkan. "Kalau sudah tau angka kematiannya tinggi, kenapa malah tetap dimulai lagi? Sudah benar tidak usah dilanjutkan, ini malah mencari masalah sendiri," sambungnya sambil menggeleng.

"Kau cemas?" tanya Draco penasaran.

Harry angkat bahu, "selama aku tidak terlibat, maka aku akan baik-baik saja. Hanya saja kutebak tugasnya tetap akan sama, mungkin bedanya tanpa ada unsur kejutan seperti diriku," jawabnya santai.

"Jangan terlalu percaya diri," goda Draco dengan senyuman.

Harry langsung memasang wajah cemberut, "dan kau jangan menyumpahiku!" ucapnya sambil menusuk-nusuk pipi Draco dengan telunjuknya.

Tidak ada satupun yang peduli dengan aksi dan bisik-bisik yang dilakukan dua sejoli itu karena semua orang terfokus pada penjelasan Kepala Sekolah. Termasuk para siswa Durmstrang dan Beauxbatons. Tentu saja rata-rata semua orang lebih tertarik dengan turnamen tersebut daripada mencemaskan tentang kematian yang telah terjadi ratusan tahun lalu.

"Selama seratus tahun ini telah beberapa kali diusahakan untuk mengadakan kembali turnamen ini," Dumbledore melanjutkan, "sayang tak satu pun berhasil. Meskipun demikian, Departemen Kerjasama Sihir Internasional dan Departemen Permainan dan Olahraga Sihir memutuskan sudah saatnya kita mencoba lagi. Kami telah bekerja keras sepanjang musim panas untuk memastikan bahwa kali ini, para juara tidak dalam bahaya maut. Seleksi ketiga juara akan berlangsung pada malam Halloween. Nanti akan ada juri khusus yang tidak memihak siapapun yang akan memutuskan pelajar mana yang paling layak bertanding untuk memperebutkan Piala Triwizard, piala yang akan mengharumkan nama sekolahnya, dan hadiah pribadi sebesar seribu Galleon*."

*1,000 Galleon = £5,000 = Rp 97.677.500,-

"Aku ikut!" Fred dan George Weasley mendesis, wajah mereka bercahaya memikirkan keagungan dan kekayaan sebesar itu. Mereka bukanlah satu-satunya yang rupanya membayangkan diri sebagai juara Hogwarts. 

Di semua meja asrama, Harry bisa melihat anak-anak menatap terpesona pada Dumbledore, atau berbisik-bisik seru pada tetangga duduknya. Membuat Harry memutar matanya bosan, sudah terlalu hapal dengan apa yang terjadi malam ini.

Tetapi kemudian Dumbledore berbicara lagi, dan sekali lagi aula hening. "Meskipun aku tahu kalian semua bersemangat untuk memenangkan Piala Triwizard bagi sekolah kalian," katanya, "para kepala sekolah yang muridnya akan ambil bagian, bersama Menteri Sihir, telah sepakat untuk menerapkan pembatasan umur untuk para peserta tahun ini. Hanya pelajar yang telah cukup umur—yaitu tujuh belas tahun atau lebih—diizinkan mengajukan nama mereka untuk dipertimbangkan."

"Tindakan ini,"—Dumbledore sedikit mengeraskan suaranya, karena beberapa anak mengeluarkan suara marah mendengar keterangannya, dan si kembar Weasley sendiri langsung dipenuhi kemarahan—"adalah tindakan yang kami anggap perlu dilakukan, mengingat tugas-tugas turnamen itu akan tetap sulit dan berbahaya, kendati kami telah mengambil langkah pengamanan, dan sangatlah tidak mungkin pelajar di bawah kelas enam dan tujuh sanggup menanganinya. Aku sendiri yang akan memastikan bahwa tak ada pelajar di bawah umur yang mencoba mengecoh juri kita agar memilihnya menjadi juara Hogwarts." Mata biru mudanya bercahaya ketika memandang wajah murka Fred dan George. 

"Oleh sebab itu kuminta kalian tidak usah membuang-buang waktu mendaftarkan diri jika usia kalian belum tujuh belas tahun," ucapnya dengan senyum wibawa.

Harry langsung menoleh kesamping sambil membuat gerakan seolah mau muntah. Membuat Draco yang sejak awal lebih fokus memperhatikan Harry daripada ceramah Dumbledore tertawa tertahan.

"Delegasi dari Beauxbatons dan Durmstrang yang telah tiba ini akan tinggal bersama kita hampir sepanjang tahun ajaran. Aku tahu bahwa kalian semua akan bersikap sopan dan ramah kepada tamu-tamu asing kita selama mereka tinggal bersama kita, dan akan memberikan dukungan sepenuh hati kepada para juara, siapa pun dia, yang terpilih nanti," sambungnya sambil memberikan hormat pada 2 meja terpisah yang diisi oleh para tamu.

Harry mengerutkan keningnya, entah kenapa dia mendengarkan nada aneh Dumbledore ketika mengucapkan beberapa kalimat terakhir. Seolah Dumbledore telah merencanakan sesuatu yang sangat besar, dan Harry adalah pionnya.

Brrr!

Harry langsung menggigil. Di saat-saat seperti ini, dia membenci firasat jeleknya yang biasanya akan selalu berujung nyata!

Draco mengerjap lalu mengelus pundak Harry, mencoba menenangkan kekasihnya itu sambil menyerahkan segelas jus ke tangannya.

"Nah, sekarang sudah malam, dan aku tahu kalian perlu beristirahat agar besok bisa segar ketika menerima pelajaran. Waktunya tidur!" tutup Dumbledore sebelum kemudian mendudukkan dirinya dan berpaling untuk berbicara kepada Mad-Eye Moody. 

Terdengar bunyi derit dan dentang ketika anak-anak bangkit dan beramai-ramai berjalan ke pintu ganda yang membuka ke Aula Depan. Para Slytherin cukup bersemangat kembali ke dungeon, sementara siswa lain saling berbisik dengan teman mereka sambil menuju asrama masing-masing.

Para Tamu diikuti oleh salah satu pengajar untuk mengantarkan mereka ke tempat mereka beristirahat -yang jika ingatan Harry benar- di Kapal Durmstrang dan Kereta Kencana Beauxbatons.

"Tidak bisa begitu!" kata George Weasley, yang tidak bergabung dengan rombongan yang bergerak ke pintu, melainkan berdiri dan mendelik ke arah Dumbledore. "April nanti kami tujuh belas, kenapa kami tak boleh ikut?"

"Tak ada yang bisa mencegahku mendaftar," kata Fred keras kepala, juga memandang marah ke meja para pengajar. "Para juara akan diharuskan melakukan berbagai hal yang biasanya tak boleh kita lakukan. Dan hadiah uang seribu Galleon...!" 

Harry menghampiri si kembar tersebut dengan wajah simpatik, "seleksi akan dilakukan di akhir Oktober dan kalian masih belum 17 tahun, makanya tidak bisa ikut," ucapnya. "Percaya padaku, kalian tidak akan mau ikut turnamen ini jika mengetahui apa yang akan kalian hadapi nantinya," sambungnya sambil menggeleng.

Fred dan George saling pandang sebelum kemudian memasang seringai mereka, "Tak ada yang bisa mencegah kami untuk mendapatkan seribu Galleon!" ucap mereka kompak sebelum kemudian menuju asrama mereka berdiskusi cara apa yang bisa mereka lakukan untuk mengecoh Juri yang dimaksud Dumbledore.

"Menurutmu siapa Juri Khusus yang tidak memihak itu?" tanya Theo penasaran.

"Aku yakin siapapun itu tidak akan mudah terkecoh dengan trik si kembar," balas Blaise sambil angkat bahu acuh.

Harry dan Draco saling pandang lalu tersenyum.

"Oi apa-apaan senyum kalian itu! Kalian mengetahui sesuatu?" seru Theo penuh curiga.

Harry memasang senyum penuh kemenangan, "What if we do? What if we don't?" tanyanya sambil menaikturunkan alisnya.

"Of course you need to tell us!" jawab Theo sambil merangkul Harry yang lebih pendek darinya.

Harry tertawa kecil, "aku akan memberikan satu petunjuk tentang jurinya," ucapnya.

"Yeah?"

"Pertanyaan yang benar bukanlah siapa, tetapi apa."

"Haaahh?! Maksudnya apaan?" seru Theo tidak mengerti.

Harry tidak menjawab, melainkan meloloskan diri dari rangkulan mautnya Theo.

"Yang terakhir sampai asrama harus mengerjakan essay ramuan untuk 1 minggu~" seru Harry sambil berlari menuju asrama.

"Oii cheater!!" seru Theo tidak terima sambil mengejar Harry.

Blaise dan Draco yang ditinggalkan hanya bisa saling pandang sambil menghembuskan nafas maklum. Kemudian mereka berjalan santai menuju asrama mereka, tidak mempedulikan tingkah laku Harry dan Theo.

(ฅ⁍̴̀◊⁍̴́)و ̑̑

A Time for The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang