01

44 17 22
                                    

Ada tiga pantangan yang harus dihindari Li Meisya agar punya hidup aman dan tentram di sekolah. Pertama, jangan berurusan dengan keluarga Pundiga. Kedua, jangan berurusan dengan nama depan Pundiga. Ketiga, jangan berurusan dengan salah satu diantara banyak Pundiga.

"Tunggu, bukankah ini sedang membahas tentang sepupumu?" kata Meisya, heran.

Sella mendengus, "Yes."

"Lalu?"

Sella menerawang ke jendela besar ujung kantin sebelum kemudian pandangannya beralih dan menatap serius pada Meisya, “Di artikel form itu, sempat aku cari anggota-anggota yang terpilih. Dan hasilnya...”

Meisya menarik satu alisnya sambil mendongak, bibirnya dipenuhi lelehan keju menggumpal dan kedua pipinya mengembung sebab masih mengunyah makanan.

Sella langsung bertanya. “Selain kelas opera, besok kamu dibarengi sama jadwal kelas mana?”

“Piano..... Piano Wolzer?”

Sella mengerjap-ngerjap, sesaat menganga kemudian mengatup. “Ya Tuhan, baru saja kita bicarakan sepupuku. Dan ditambah dengan berita ini. Padahal baru saja aku memperingatimu untuk tidak berurusan dengannya."

Sella menggumam sendiri, "Sepertinya ini takdir."

"Apa sih?" Meisya tertawa tiba-tiba.

"Kamu sekelas dengan Pundiga Jake Sim!" Sella menggigit kuku ibu jari, "mungkin saja kamu jadi pasangannya selama enam bulan."

Meisya sekejap berhenti menyuap, lantas ia simpan terlebih dulu sendoknya lalu berbalik menatap lekat-lekat. "Apa yang beda? Waktu kelas tambahan sebelumnya aku dipasangkan dengan Sonu selama kurang lebih empat bulan?"

Sella tampaknya begitu terpaksa ceria, hampir-hampir giginya seakan kering karena terpapar udara liar. Ia beringsut mendekat dan menyodorkan tubuhnya ke meja untuk melihat Meisya secara intens. "Ada yang beda. Aku rasa, lebih baik kamu mundur dari awal dan ikuti kelas ini di tahun depan saja."

Meisya mendengus geli sambil terkekeh, "Gila. Aku merinding lihat reaksi kamu seperti ini. Lalu apa hubungannya? Sama saja bukan seperti kelas sebelumnya. Aku tidak mungkin menyerah dari awal, ini impianku yang kedua."

"Please. Jika pasangan dia sudah bernyanyi secara apik, pasti akan diimbangi dengan ritmenya sampai akhir. Namun seandainya tidak, dia terkenal juru kritik. Kamu harus siapkan hati dan mental!"

"Ya sama saja layaknya murid lain..."

"Beda!" Sella menyanggah, perlahan tangannya menggaet jemari Meisya dan meyakinkan. "Jangan lengah, kalau satu saja kamu dapat kesalahan. Kakak sepupuku itu akan menegurmu habis-habisan."

Meisya tersenyum miring, "Tidak takut, tuh?"

Sella beringsut mundur dan mendengus tawa. "Lihat saja nanti."

.
.
.

[Tbc.]

Maunya sih tiap up, under 700 word. Gak masalah?

[2] Blue and Grey | JAKE ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang