1. LAGI

92 13 0
                                    

       Pagi hari di suatu perusahaan brand fashion terkenal di Indonesia berjalan lancar seperti biasanya, namun tidak untuk seorang wanita yang kini tengah berjalan dengan langkah cepat, sesekali ia melirik jam tangannya memastikan bahwa ia tidak akan terlambat. Ia adalah Jessi Eleana, sekretaris CEO yang sangat dihormati karena sikap disiplinnya. Ia membenci orang yang tidak pernah tepat waktu dan hari ini hampir saja ia membenci dirinya sendiri, untung saja kali ini dewi fortuna berpihak kepadanya.

Suara ketukan heels yang kembali tenang itu memasuki kantin perusahaan, seperti biasa Jessi akan selalu disapa oleh pegawai disana. Meski terlihat dingin tapi Jessi adalah orang yang ramah, ia membalas berbagai sapaan yang ditujukan padanya hingga ia sampai di meja yang telah ditempati oleh dua sahabatnya, tanpa basa-basi Jessi segera duduk dengan helaan nafas panjang.

"Tumben bu Jessi terlambat" ujar wanita cantik sedikit berdarah bule yang tak lain dan tak bukan adalah sahabat Jessi sendiri, Riri.

Jessi memutar bola matanya malas menatap Riri yang cekikan, "Ini semua karena lo Ri, coba aja lo ngga curhat ke gue sampai tengah malam"

Mendengar ucapan Jessi, Riri malah semakin tertawa lebar. Itu benar, penyebab hampir terlambatnya seorang Jessi Eleana adalah Riri Andini yang tiba-tiba menelpon Jessi hingga tengah malam. Alasannya klasik, wanita bule itu sedang patah hati.

"Oh iya, Chandra mana? Sarapan yang gue pesan juga mana? Kok lo sendirian aja disini Ri?" Jessi memberondong Riri dengan pertanyaannya.

Riri sedikit mengangkat dagunya menunjuk seorang laki-laki yang tengah berjalan mendekat dengan dua piring di tangan berototnya.

"Nih sarapannya Ibu Jessi" ucap Chandra yang langsung duduk disamping Riri, sementara Jessi berhadap-hadapan dengannya.

"Hm, makasih ya Chan" balas Jessi yang diangguki oleh pria bertubuh tinggi menjulang itu.

Beberapa saat mereka diam, menikmati sarapan pagi sebelum disibukkan oleh pekerjaan yang tidak memberikan sedikit pun liburan. Namun, Riri tidak akan membiarkan suasana ini tenang tanpa adanya perghibahan.

"Jes, lo udah ketemu sama anaknya pak Evan?"

"Belum. Harusnya sih kemarin, tapi nggak jadi karena orangnya baru sampai dari luar negeri tadi malam"

Mendengar obrolan kedua sahabatnya, Chandra jadi tertarik untuk menanyakan berbagai gosip yang beredar di gedung tinggi ini.

"Jadi bener gosip itu, pak Evan bakalan memberikan perusahaan ini ke anaknya" ucap Chandra sambil mengedarkan pandangannya pada seluruh penjuru gedung, sangat mewah dengan arsitektur modern.

"Lagipula pak Evan kan cuma punya satu anak, jadi nggak masalah lah" balas Riri, menurut gosip memang bosnya yang suka gonta-ganti wanita itu hanya punya satu anak.

"Alangkah beruntungnya orang itu. Anak tunggal kaya raya, coba kalo gue" Chandra berandai-andai.

Tiba-tiba Riri menggebrak meja dengan keras membuat kedua temannya terkejut bukan main, bahkan Jessi hampir saja tersedak.

"Gue harus bisa jadi istri bos baru kita. Yeah, it's my dream!" kata Riri mengepalkan tangannya di udara membuat kedua tangan sahabatnya terjulur untuk menyentil jidat lebarnya.

"Udahlah ngobrol sama kalian itu nggak bermutu tau nggak, gue mau ke toilet dulu" Jessi beranjak dari duduknya, perutnya tiba-tiba mulas.

"Cepet Jes, lima menit lagi ada penyambutan bos baru kita" ucap Chandra mengingatkan Jessi yang sudah melesat secepat kilat.

                                  ***

       Sudah sepuluh menit penyambutan berlangsung, bahkan seorang laki-laki bertubuh tegap berparas tampan yang akan menjadi pengganti ayahnya itu telah mengucapkan setengah pidatonya, namun wajah Jessi belum juga nampak. Chandra yang menyadari ketidakhadiran sahabatnya itu menjadi cemas, pasalnya Jessi adalah sekretaris Pak Evan, namun bahkan sampai setengah jalannya acara Jessi belum juga ada disamping Pak Evan.

JALAN PULANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang