Code Blue

284 38 20
                                    

Disclaimer: All characters are belong to the Happiness writer (Han Sangwoon)

--oOo--

12 tahun. Sebuah kisah panjang dan berliku yang dimiliki Saebom dan Yihyun. Kisah persahabatan dengan dibalut unsur cinta tanpa syarat yang cukup panjang untuk Saebom ingat dan ceritakan pada Yihyun yang masih tidak sadarkan diri. Mungkin Saebom membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk menyelesaikannya dan ini sudah satu bulan lamanya Saebom bermonolog di samping Yihyun.

Setiap hari Saebom membantu Yihyun agar cepat sadarkan diri dengan menceritakan semua kenangan mereka yang diingatnya—terutama dari sudut pandangnya. Meskipun Yihyun tidak dapat meresponnya, Saebom tahu pria itu dapat mendengar semua yang dibicarakannya.

"Kau tahu aku membutuhkan sebotol air karena aku akan bercerita panjang," Saebom mendudukkan dirinya di sebelah brankar Yihyun dan meletakkan botol minumnya di meja sebelum menatap Yihyun yang terbaring di depannya, "apa kau ingat masa rebelmu?"

Kini Saebom memutar balik ingatannya saat ia dan Yihyun berada di tingkat dua Senior High School. Saat Yihyun berada di masa terburuknya dan ia bergaul dengan anak-anak yang tidak berkelakuan baik.

Saebom ingat saat itu Nyonya Jung—ibunya Yihyun—tiba-tiba saja meneleponnya di tengah malam, menanyakan apakah Yihyun sedang bersamanya. Saebom terkejut mendengarnya dan ia langsung saja menelepon Yihyun setelah panggilannya dengan Nyonya Jung terputus. Dan seperti perkiraannya, lelaki itu langsung menjawab sambungan teleponnya di dering ketiga.

"Dimana kau?"

"Tentu saja di rumah."

"Aku tahu kau berbohong."

"Aku mampir sebentar ke kafe internet Gongmin."

Hanya dengan itu, Saebom bergegas keluar dari rumah untuk menemui Yihyun. Di ruangan luas dengan pencahayaan yang temaram, Saebom dapat menemukan Yihyun berada di salah satu bilik komputer. Saebom menangkap keterkejutan dari Yihyun saat melihatnya, sedangkan ia sendiri rasanya sudah ingin melempar sumpah serapah pada lelaki itu sebelum ia mengurungkannya saat melihat keadaan Yihyun.

Saebom langsung saja pergi menemui penjaga di sana dan kembali mendatangi Yihyun dengan sekotak P3K. Selama Saebom membantu mengobati lebam dan luka Yihyun, keduanya hanya sama-sama terdiam. Meskipun dalam hati keduanya sama-sama bertanya-tanya. Bagaimana Yihyun bisa mendapatkan luka-luka tersebut dan bagaimana Saebom—seorang perempuan—bisa-bisanya pergi ke tempat ini saat tengah malam seorang diri.

"Apa kau menyewa kamar?"

"Tidak. Aku hanya akan tidur di sini."

"Duduk seperti ini?"

"Ya."

Saebom menghela napas kasar lalu sedikit menekan luka Yihyun yang membuat lelaki itu refleks meringis. Keduanya saling bertatapan sengit—saling memberi peringatan—tetapi tetap tidak ada yang membuka suara dan Saebom kembali mengobati Yihyun dalam diam.

Saebom tahu dan sadar keadaan Yihyun sedang tidak baik-baik saja, baik luar dan dalam. Lelaki itu ternyata masih menyimpan rasa sakit dan ketidakrelaannya terhadap mimpi besarnya yang lenyap begitu saja hingga saat ini. Dan untuk melampiaskannya, ia kembali bergaul dengan kelompok anak malam seperti beberapa bulan lalu.

Namun, itu bukan hal utama yang sebenarnya membuat Saebom khawatir pada Yihyun saat ini. Ketidakpedulian lelaki itu pada dirinya sendiri yang kini justru meresahkannya. Saebom dapat membaca bahwa semua luka yang didapat Yihyun berasal dari pertahanan diri lelaki itu. Yihyun tidak menyerang, atau mungkin ia sedikit melakukannya sebagai gertakan saja.

All We Ever WantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang