Tenggorokkan yang terasa kering, membangunkan Bae Yoobin yang padahal sudah sejak beberapa jam lalu terlelap. Membuka mata, yang pertama kali dilihatnya adalah langit-langit familiar kamarnya; ah. Benar. Hari ini 'kan ia menginap di rumah lamanya.
Membantu bersih-bersih rumah, sehabis makan malam dan menonton televisi sebentar, ia yang sudah lelah itu akhirnya memutuskan untuk tidur.
Menoleh pada kasur kosong disampingnya kemudian, pandangnya terpaku pada sisi selimut yang seolah dibuka oleh seseorang dan Yoobin yakin itu bukan kakaknya, karena Hyunbin adalah tipe orang yang akan tetap tidur bahkan ketika ada gempa sekalipun, lelaki itu benar-benar harus dibangunkan dengan siraman air sampai kadang membuat kasur basah...
Mata membelalak, otak langsung membawa memori itu berputar pada jam-jam sebelum tidur; Keterbatasan kamar apartemen kecil keluarga Bae menjadikan penggunaan kamar pun ditata ulang.
Dimana biasanya Yoobin akan tidur bersama ayah dan Hyunbin, sementara di kamar sebelah akan diisi oleh Paman dan kakeknya. Tapi karena hari itu mereka ketambahan satu orang yang kebetulan adalah suaminya, jadi Bae Seokwang menata semuanya menjadi; Hyunbin dan Sungil di kamar utama, lalu Seokwang bersama Chanhee diruang tamu, dan...
Ya.
Dia yang sudah menikah itu tentu saja harus tidur bersama sang suami, Dong Sicheng.
Suara derit yang padahal cukup pelan itu, entah bagaimana bisa didengar oleh Bae Yoobin yang bahkan belum sempat memikirkan kemana perginya Winwin sampai ia jadi tidur sendiri begini.
Menoleh pada pintu, haus yang sempat hilang itu tiba-tiba muncul lagi sampai membuat Yoobin mau tak mau bangkit dari posisinya. Menerka-nerka bunyi yang baru saja ia dengar, dengan tidak adanya suami di tempat, membuat otaknya mencapai keputusan final jika mungkin itu adalah suara Winwin yang membuka pintu kulkas dengan niat ingin menghilangkan dahaga juga.
Maka turunlah ia dari ranjang, gadis itu kemudian berjalan menuju pintu. Membukanya dengan pelan agar tak seorang pun terganggu dengan suara yang ia buat, kaki yang bersiap melangkah lebih jauh itu jadi terhenti begitu saja ketika mendapati Winwin sedang duduk di kursi meja makan dengan posisi membelakanginya; pintu yang memang langsung mengarah pada dapur hunian lamanya ini membuat Yoobin bisa dengan jelas melihat apa yang sedang dilakukan lelaki itu.
Bajunya setengah terbuka di bagian belakang, tangan itu berusaha menggapai punggungnya dengan patch digenggaman. Terlihat cukup kesusahan sampai kepalanya juga ikut ditolehkan, dia yang terlalu fokus pada kegiatannya itu sepertinya memang tak menyadari kehadiran istrinya, sampai suara deheman rendah --yang sepertinya sengaja Yoobin buat-- di heningnya malam itu membuat mata akhirnya beralih.
Melihat pada sosok Bae Yoobin yang berjalan menuju arahnya, Winwin yang sadar jika ia 'tidak dalam kondisi baik' untuk bisa menyapa gadis itu pun buru-buru memakai lagi bajunya. Membenarkan posisi duduk, padahal Yoobin terlihat tak peduli, tapi dari caranya duduk dengan tubuh menegak itu; Dong Sicheng bertingkah seolah ia 'telah tertangkap basah oleh sang istri' sedang melakukan 'hal yang tak seharusnya dilakukan'.
"Kenapa tegang begitu?" Yoobin bertanya, melewati Winwin yang masih memperhatikannya, gadis itu buka kulkas untuk mengambil sebotol air. "Aku itu hanya ingin minum."
Pertanyaan yang dilanjutkan dengan menunjukkan tempat air minum padanya, membuat bahu itu turun. Merapikan baju yang tadi dipakai asal-asalan, Winwin menggeleng. "Tidak, tidak apa-apa."
Percakapan pun berakhir sampai disitu.
Bae Yoobin sibuk membasahi tenggorokannya dengan cukup banyak air, sementara Dong Sicheng masih diam disana dengan pandangan yang tetap tertuju pada istrinya --yang tentu saja tak disadari si perempuan, atau Winwin sudah akan kena omel saat itu juga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unknown Marriage✔
FanfictionIa bahkan tidak mengenal siapa lelaki yang diperkenalkan ayahnya sebagai Dong Sicheng ini, tapi kenapa tiba-tiba saja Beliau bilang jika dia adalah suaminya? Dan lagi-- Bagaimana Yoobin bisa tidak mengingat apapun soal pesta pernikahan yang seharusn...