Epilogue. 2 Years After

32 4 1
                                    

2 tahun kemudian,



Jeongguk menghela napas panjang.

Tidak ada yang istimewa hari ini.

Seperti hari-hari biasanya dimana Jeongguk pulang dari kantor, naik bus, sampai ke rumah, mandi, makan malam, lantas bergegas tidur.

Jeongguk naik ke atas bus, berjalan di lorong bus, duduk di kursi persis di samping jendela yang menghadap jalanan. Kali ini bus sepi. Entahlah. Jeongguk tidak tahu. Biasanya orang berdesak-desakan dan silih berganti mengganti kursi untuk diduduki. Jeongguk malas atau tidak ada gunanya memikirkan mengapa bus sepi penumpang. Ia langsung bergegas duduk saja, memasang earphone di telinga, menatap ke jendela sampingnya. Bus berdesing, sebentar lagi akan jalan.

Vante : Jeongguk?

Jeje : Ya?

Vante : Semoga suatu hari, di kehidupan nyata, kita bisa bertemu satu sama lain, ya.

Ah, dua tahun.

Dua tahun berlalu semenjak kejadian itu. Kejadian…. Itu.

Dua tahun berlalu semenjak Jeongguk tidak 'bersama' Taehyung lagi.

Dua tahun berlalu semenjak Jeongguk tidak bersama seorang yang menyamarkan namanya menjadi Vante.

Dua tahun semenjak Jeongguk tidak menunggu di depan layar laptop, lantas melihat nama Vante di layarnya.

Dua tahun semenjak Jeongguk tidak memikirkan orang yang ia kenal melalui aplikasi chatting.

Dua tahun? Jeongguk menghela napas panjang, sekali lagi. Menatap ke arah jalanan yang dilalui oleh bus. Berarti, dua tahun juga Jeongguk berhenti dari dunia RP lantas fokus bekerja di dunia nyata. Dua tahun juga Jeongguk berhenti memainkan peran karakter game online-nya, lantas fokus pada yang ada di depan mata. Jeongguk tidak menyangka bahwa semua bisa ia lalui tanpa Taehyung.

Taehyung?

Jeongguk tak pernah lagi mendengar namanya. Semenjak Taehyung mengakhiri hubungan mereka, Jeongguk tidak bermain RP lagi dan tidak berniat untuk mencari tahu. Jeongguk membiarkan hatinya perlahan-lahan menerima kepergian Taehyung. Jeongguk membiarkan hatinya perlahan-lahan beradaptasi tanpa seseorang yang selama berbulan-bulan menemaninya.

Hidup Jeongguk sekarang jauh lebih baik. Meski Jeongguk tetaplah Jeongguk yang selalu kesepian dan tak ada teman bercerita, ia tetaplah Jeongguk yang fokus bekerja. Fokus Jeongguk hanya satu, bekerja, mencari uang. Percintaan? Nanti nanti saja. Cinta bisa datang kapan saja, bukan?

Bus terus berjalan. Melalui toko demi toko. Melalui jalan demi jalan. Melalui jembatan demi jembatan. Melalui lampu lalu lintas demi lampu lalu lintas. Melalui orang berlalu-lalang. Melalui tempat demi tempat.

Tidak ada yang istimewa hari ini.

Seperti hari-hari biasanya dimana Jeongguk pulang dari kantor, naik bus, sampai ke rumah, mandi, makan malam, lantas bergegas tidur.

Tidak ada yang istimewa, bukan? Sama sekali tidak ada. Monoton. Standar. Kehidupan yang biasa-biasa saja. Tidak ada yang harus diperhatikan.

Namun Jeongguk tidak tahu bahwa saat Jeongguk mengira hidupnya biasa-biasa saja, saat Jeongguk mengira tidak ada yang terjadi dan tidak ada yang istimewa, saat Jeongguk mengira tidak ada perbedaan, disaat itulah seorang pria bertubuh tinggi dengan rambut hitam berantakan, dan masker hitam menutupi mulut dan hidungnya, masuk ke dalam bus. Pria itu adalah pria yang pernah mengisi hidup Jeongguk berbulan-bulan lamanya.

Pria 'misterius' itu berjalan di sepanjang lorong bus, wajahnya menunduk, kakinya sengaja melangkah menuju kursi tepat di sebelah Jeongguk.

Jeongguk tidak tahu siapakah pria tersebut.

Ralat, Jeongguk belum tahu.

Jeongguk belum tahu siapa pria yang sekarang mendadak duduk disampingnya.

Daritadi Jeongguk hanya fokus pada jalanan, dan sama sekali tidak berniat untuk menoleh ke samping.

Jeongguk sadar bahwa ada orang disampingnya, namun Jeongguk tidak berniat mencari tahu siapa dia.

Sampai Jeongguk dikejutkan dengan pria misterius itu yang tiba-tiba menegurnya, "Permisi?"

Jeongguk melepas earphone, menoleh.

Wajah pria itu tertutup masker, yang membuat Jeongguk samar-samar mengenal siapa pria tersebut.

"Iya? Ada apa, ya?"

"Jeongguk, kan?"

Deg!

Jantung Jeongguk bagai berhenti untuk sesaat ketika pria tersebut menyebutkan namanya. Siapa pria ini? Tahu darimana? Jika tahu nama Jeongguk, berarti paling tidak orang ini pernah berkomunikasi dengan Jeongguk. Jika tahu nama Jeongguk, paling tidak orang ini pernah menjadi teman Jeongguk di suatu tempat. Tapi siapa dia? Tidak mungkin asal tebak saja, kan?

"Maaf, tapi kamu siapa?" Jeongguk bertanya.

Dan bayangkanlah bagaimana terkejutnya Jeongguk, nafasnya bak berhenti berhembus, jantungnya berhenti berdetak, darahnya bak berhenti mengalir, ketika pria itu membuka maskernya, menatap Jeongguk dengan senyuman hangat di bibirnya. Dua tahun terakhir Jeongguk kesepian, dan tepat hari ini, seorang yang mengisi kesepian Jeongguk, telah kembali. Kembali dalam wujudnya yang nyata. Bukan sekadar melalui layar laptopnya.

Pria itu… Kim Taehyung.

Ialah Vante.

Ialah Vante yang dua tahun lalu, menemani Jeje.

"Jeongguk? Ingat aku, kan?"

"Kim Taehyung?!" Jeongguk berteriak, refleks menutup mulut dengan kedua tangan, yang membuat penumpang bus sontak menoleh. Astaga! Meski mereka tidak pernah bertemu sebelumnya, tapi mereka pernah berkirim foto. Dan Jeongguk jelas ingat bagaimana rupa wajah Taehyung.

Taehyung. Ada disana.

Kembali bersama Jeongguk.

Taehyung. Menepati janjinya. Untuk bertemu Jeongguk di kehidupan nyata suatu hari nanti. []





END.

Thank you for reading!

Almost is Never Enough √ TAEKOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang