Pahit nya ke hidupan

2 2 0
                                    

.
.
.
.
.

"BERAPA KALI AYAH KATAKAN UNTUK BERHENTI MELAKUKAN HAL KONYOL TIDAK BERGUNA SEPERI INI NA JAEMIN"

"APA KAU TIDAK PUNYA TELINGA?!! KEMANA SEMUA RASA HORMAT MU PADA ORANGTUA MU HAH?!!!" Ujar pria bermarga Na tersebut.

Jaemin memutar bola mata nya malas kemudian berjalan menerobos masuk ke dalam rumah besar milik keluarga nya.

"YAK!!!NA JAEMIN APA KAU TIDAK DENGAR JIKA AYAH MU SEDANG BICARA?!!"

Jaemin menghentikan langkah nya memutar tubuh nya menghadap sumber suara yang tadi meneriaki nya,suara yang sangat ia kenal,seorang wanita paruh baya yang kini tengah berdiri di samping ayah nya.

"Aku dengar kok hanya saja"

"Aku tidak bisa bahasa hewan"

Jaemin berlari manaiki tangga tidak peduli dengan teriakan dan amarah yang di lontar kan pada nya di bawah sana,masabodo dengan ocehan hewan hewan penjilat tersebut.

Jaemin membuka pintu kamar nya menutup nya rapat rapat kemudian duduk di tepi ranjang nya.

Manarik nafas nya dalam,kepala nya terasa nyeri,rasa pusing yang selama ini sering ia rasakan kambuh kembali.

Jaemin mendengus kemudian memilih untuk berbaring di ranjang nya dengan ke dua tangan yang ia letakkan sebagai bantal untuk kepala nya.

"Apa kau berkelahi dengan ayah lagi jae?"

"Ya,seharus nya tanpa bertanya kau juga tau jim"

"Hahaha...yasudah biar aku bicara pada ayah agar tidak terlalu menentang ke inginan mu ok"

"Tidak,jangan lakukan itu atau kau juga akan mendapatkan amarah dari nya"

"Lalu kenapa?bukan kah itu impas?kau di marahi dan aku juga,bukan kah kita harus selalu merasakan apa yang di rasakan satu sama lain?"

"Tapi jimin,bukan seperti itu juga"

"Yak...jaemin,Na jaemin,kita ini kembar lahir bersama susah senang bersama bahkan aku ingin mati pun kita tetap bersama,jadi biarkan aku merasakan hal yang sama seperti yang kau rasakan"

"Ck...kenapa kau sangat keras kepala?"

"Buka mata lihat diri mu,lagi pula meninggal kan mimpi itu sulit jae,bukan kah begitu?"

Segurat senyum muncul di bibir jaemin ketika kenangan manis itu muncul,kenangan yang sama seperti ini kenangan saat dia di marahi oleh ayah nya,ya dia memang selalu di marahi setiap hari nya dari dulu sampai sekarang jadi itu bukan lah hal yang mengejud kan lagi.

Tapi ada yang berbeda....

Dia,tidak ada lagi dia yang mendukung nya,tidak ada lagi dia yang selalu melindungi nya dari amarah sang ayah tidak ada lagi dia yang selalu menyemangati nya di saat saat seperti ini.

"Kau bilang kita lahir bersama dan mati pun bersama"

"Lalu kenapa kau pergi duluan hm? Kenapa kau meninggal kan ku?kemana semua kata kata mu itu?kenapa kau pergi dan melanggar nya?"

Duo JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang