Kembali di kehidupan yang padat ini. Jadwal latihan dengan Emir, tak berselang lama pun dia datang. Semangat Emir begitu membara sudah tak sabar untuk latihan. Melakukan pemanasan terlebih dahulu agar mengurangi terjadinya cidera.
Melaksanakan latihan yang sudah disepakati. Melihat lengan Emir, cukup berotot benar kata orang lain kalau badanya sangat profesional. Cepat-cepat diriku mengucap istighfar agar tak masuk dalam penjara pesona dalam dirinya.
Setelah pemanasan dirasa cukup lanjut lari. Treaknya cukup panjang dan ini sudah di sesuaikan dengan tujuh kali mengelilingi lapangan.
Hal ini sudah mulai terbiasa mungkin karna terpaksa untuk dibiasakan. Lari berdua menjadi pusat perhatian semua orang. Otomatis semakin banyak gosip esok hari yang akan di konsumsi oleh para fans Emir.
Sesekali kami bernyanyi yel-yel untuk membakar semangat. Suara Emir begitu lantang membuatku sedikit malu sehingga memukul lengan Emir dengan pelan agar mengcilkan suaranya. Namun jahilnya dia keluar kembali.
Sesampainya di lapangan.
Istirahat sejenak untuk mengatur nafas. Sekeliling lapangan kini di penuhi dengan pengunjung. Emir membuka pertanyaan tentang latihan ku yang sendirian di beberapa waktu itu.
" Awalnya bosan tapi aku berpikir yang sukses dan menikmati hasilnya diri sendiri jadi aku harus semangat walau harus berdiri dengan kaki sendiri. Aku juga punya keluarga yang harus di banggakan kalau harus nunggu teman dan selama menunggu gak berbuat apa-apa malah buat peluang untuk ribuan pesaing yang lain itu juga salah kan " melirik Emir yang dari tadi menyabuti rumput.
" Apa yang kamu bilang benar banget, kadang aja waktu kita susah jarang ada orang yang mau bertanya " sambil tersenyum.
" Curhat nih pak. Itu kamu cabutin bakal gundul nih lapangan " ejek ku.
" Apaan sih, enggak lah. Eh ya sumpah nih gak kerasa sampai nyabutin rumput. Oh ya Ayara, apa sih yang membuat kamu bertekad jadi tentara ? " sambil tersenyum tipis.
" Cita-cita dari kecil itu jelas, membahagiakan kedua orang tua pun jelas banget tapi alasan utamaku itu aku ingin menjadi seseorang yang berguna untuk bangsa dan negara. Mungkin semua profesi pastinya untuk bangsa ini juga tapi aku ingin mengabdikan diriku lewat profesi tentara selain dari dulu sangat tertarik dengan hal berbau persenjataan, strategi perang dari darat, laut, udara karna bagiku tanpa ada tentara mungkin saja pulau terluar Indonesia itu bakal banyak yang ngeklaim. Jadi tentara itu memang pilihan dan takdir tuhan nah aku ingin menuliskan takdirku menjadi tentara dan melanjutkan para pejuang terdahulu. Kalau Emir kenapa ingin jadi tentara ? " tersenyum.
" Mulia banget, alasanku karna ingin masuk satuan elit TNI AD yakni Kopassus. Dari dulu aku juga sangat tertarik dengan segala hal tentang militer dan aku ingin menjaga kedaulatan negara di pasukan paling depan yakni tentara. Ingin membuktikan kepada semua orang kalau yakin dan berusaha pasti bisa. Masih banyak pandangan keterima jadi tentara mungkin Ayara pasti pernah merasakan di kecilkan dan di takut-takuti kalau masuk tentara harus bayar atau ada orang dalam. Aku mau nunjukin ke mereka bahwa itu gak ada kalau kita murni lulus itu karna usaha kita ".
" Wah benar banget tu Emir. Yah tau sendiri lah apa lagi sekolah kita mana ada yang masuk tentara atau polisi. Mari Emir, kita buat diri kita agar bisa di contoh untuk adik kelas. Siapa tau habis kita lulus ada yang berminat masuk TNI atau Polri " mengedipkan mata.
" Hahahaha, harus pokoknya. Janji ya kita berdua harus semangat jadi tentara " semangat Emir.
Percakapan yang membuat kami semakin bersemangat. Berhenti sejenak, entah sudah berapa lama mereka mengintai kami berdua.
" Emir apa sih yang membuatmu terkenal di kalangan siswa sekolah ? " tanyaku secara tiba-tiba.
Emir hanya diam tak menjawab. Suara semangat tertujuh pada laki-laki di depanku ini. Seorang wanita menghampiri Emir dengan memberikan sebotol air mineral. Ada juga yang membawakan handuk dan mengelap keringat Emir.
Sesekali melirik Emir yang tengah berada di kerumunan para wanita itu. Rasa risih walau punya sahabat rusuh dan cerewet tapi kecerewetan mereka mengalahkan sahabat ku.
Waktu tak terasa sudah menunjukkan pukul 17.50 sebentar lagi akan memasuki waktu magrib, langsung pulang ke rumah masing-masing.
Kedekatan kami pun terjalin semakin akrab sudah tak ada rasa canggung satu sama lain. Emir orang yang asik untuk diajak bicara, wawasannya pun sangat luas memang dia salah satu murid berprestasi di sekolah.
Ujian kenaikan kelas pun akan berlangsung selama 1 minggu kami berdua memutuskan untuk menghentikan latihan sementara waktu dan fokus menghadapi ujian.
Hendak pulang, Erina menghampiriku.
" Ayara, gue boleh tanya gak ? " Erina.
" Tanya aja " ucapku.
" Menurut kamu Emir orangnya kayak gimana ? " spontannya.
Menjawab sewajarnya saja namun terlihat Erina belum merasa puas akan jawaban dari diriku.
" Ya itu aja, maksudnya gimana sih ? " melirik curiga.
" Emang gak boleh, Lo kan bukan pacarnya " ucap Erina.
" Kok jadi nyolot gitu sih rin, Elo kenapa? Aku tanya baik-baik loh " semakin curiga.
" Gue suka sama Emir, dari dulu " Erina.
Ucapan Erina membuatku kaget, entah harus bersikap bagaimana lagi.
" Terus ? " ucapku.
" Kamu kan lagi deket sama Emir, kenalin dong sama dia " pinta Erina.
" Edgar kamu mau kemana kan? Jangan aneh-aneh deh " sibuk mengemasi papan ujian.
" Jangan bahas dia, aku udah putus. Jugaan Emir lebih ganteng dari Edgar, ya wajar lah gue bilang suka " sambil kipasan dan memakan cilok.
Sifat Erina yang sering ganti-ganti pasangan kadang membuat aku dan sahabat yang lainnya merasa geram. Dia itu mempunyai selera yang cukup tinggi dalam mencari pasangan.
" Rin, kalau gue boleh kasih nasehat mending kamu sama Edgar. Kalau ada masalah bicarakan baik-baik. Aku yakin ini hanya masalah sepele aja, apa sikap mu pantas kayak gitu. Pacaran udah 2 tahun walau putus nyambung kan kayak gini gak baik. Gue ngerti, gak masalah kamu deket sama siapa aja dan gue bakal kenalin sama Emir kok tapi kalau alasan elo kayak gitu maaf gue gak bisa. Lebih baik selesaikan dulu masalah sama Edgar " memberi pengertian.
" Bilang aja elo juga suka kan? jadi buat alasan kayak gini. Gue sama Edgar sudah putus kok. Lagian Edgar yang terlalu lebay dan gue sekarang udah bebas " wajah kesal dan nada nyolot.
" Rin, lebih dewasa kenapa. Gue tau kok alasan putus kalian itu tapi gak gini juga. Apa kata orang nanti. Jangan hanya gengsi mu membuat orang lain harus ikut campur " ucapku.
" Ngapain dengerin kata orang " memutar bola mata.
" Rin, dalam hidup memang lebih baik tidak selalu mendengar kata orang tapi dalam hidup setidaknya kita mendengarkan kata orang lain walaupun perkataan mereka menyakitkan. Dari situ kita bisa belajar untuk melangkah yang lebih benar " kesal.
" Ternyata benar apa yang di bilang teman-teman, Kamu suka ya sama Emir ? " wajah sinis.
" Terserah, mau ngomong apa. Gue capek Rin. Maaf gue sedikit emosi, gue pamit duluan pulang " marah.
Assalamualaikum
Semangat terus nantikan part selanjutnya
Jangan luoa Follow, vote, komen dan share ya biar penulis makin semangat nih...
Terima kasih dan salam hangat buat kalian semua🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sebatas Mengagumi
RomanceAda yang pernah mengalami friendzone? Percintaan memang hal yang sangat menyusahkan tapi orang selalu penasaran. Posisi mencintai tapi hanya sekedar mengagumi itulah hal yang berat. Menginginkannya untuk menjadi kekasih itu hanya keinginan satu bel...