Unwirklich

225 29 4
                                    

Semilir angin menerobos masuk melewati jendela suatu rumah yang setengah terbuka. Terlihat seorang pria duduk di sofa. Sebuah pemangkuan api menyala cukup besar di depannya, agar ruangan tetap terasa hangat.

Pria itu tak tinggi, dengan surai hitam dan tatapan mata tajam. Alis tipisnya bertaut tatkala membaca deretan tulisan di atas kertas di tangannya. Sesekali gumamam kecil keluar dari bibir pucatnya saat mencoba mengikuti setiap kata demi kata di atas kertas itu.

Desah nafas lolos untuk kesekian kalinya, karena sepertinya berita yang tertulis masih sama dengan berita yang terjadi dari kemarin-kemarin. Ditambah angin cukup dingin yang masuk dari jendela, cukup kencang hingga membuat koran ditangannya bergerak tak beraturan. Pria itu seketika bersin dan mengeratkan syal yang membalut leher pucatnya.

Sekarang memang sudah musim gugur, 2 bulan lagi akan menemui musim dingin. Jadi wajar saja suasana kering dan dingin menyambut paginya. Hari ini lumayan dingin, dan semoga saja siang nanti tak terlalu dingin seperti sekarang.

Tangan lain yang tak berbalut kasa, melepas kacamata yang bertengger di hidung yang mancung, meletakkannya dengan halus di atas meja. Untuk seperkian detik dia melamun, sebelum buyar karena suara deritan dari pintu yang setengah terbuka yang dibuat seseorang saat memasuki ruangan.

"Nee, Levi. Aku membuatkanmu teh."

Mata elangnya menatap setiap pergerakan wanita tinggi di depannya. Mulai dari bagaimana wanita itu berjalan, meletakkan secangkir teh hitam hangat didepannya, dan mulai duduk di samping dirinya. Seakan dia takut sewaktu-waktu wanita itu dapat hilang kapan saja.

Yang ditatap seperti itu hanya menaikkan satu alisnya bingung, tapi memilih menghiraukannya. Iris mata coklat itu melirik pangkuan si pria, dimana koran pagi diletakkan. Alisnya yang sempat terangkat kini tertaut bingung.

"Kau sepertinya meletakkan koran pagi mu terlalu awal hari ini."

Wanita bersurai coklat gelap itu akhirnya melontarkan isi pikiran yang sedikit mengganggunya beberapa waktu lalu. Juga sebagai permulaan topik. Dia tak pandai memulai topik jika lawannya adalah pria dingin seperti Levi.

Hange Zoe, dia adalah wanita yang memiliki sisi humor tinggi. Dia mudah tertawa dan terkenal santai, bahkan memiliki banyak teman karena sifatnya yang terbuka.

Tapi jika ada Yang, pasti ada Yin. Dan Levi adalah sisi Yin. Dia sangat bertolak belakang dengan Hange. Pemuda yang terkenal dingin dan tak peduli. Tapi di beberapa sisi, mereka memiliki beberapa kemiripan. Bahkan mereka tahu dimana saat bercanda dan saat harus serius. Mereka bisa memahami satu sama lain dengan sangat baik.

Kembali ke Levi. Sepertinya pria itu enggan menjawab dengan segera. Dia lebih memilih untuk menyesap teh hitam di cangkir itu, merasakan bagaimana teh itu mengalir di tenggorokannya. Dia juga menghirup dalam-dalam aroma yang menjadi kesukaannya sejak lama. Ini hal yang seharusnya dia lakukan sebelum membaca koran paginya.

".... Membaca berita yang sama berulang kali sangat membuang-buang waktu, Hange," balasnya.

Hange tergelak, tawanya yang renyah memenuhi ruangan. Ini sesuatu yang lucu. Padahal dia sudah berpikiran banyak hal aneh, mungkin Levi memikirkan sesuatu terlalu dalam sampai kehilangan minat membaca korannya kali ini. Tapi ternyata dia salah. Dia pikir rasa khawatirnya sia-sia kali ini.

Sedangkan Levi yang ditertawakan seperti itu hanya mendengus singkat sebagai tanggapan. Dia tak berniat menegur dan memilih menikmati kembali teh hitamnya.

Sungguh rasa manis dan pahit yang pas. Terkadang dia bingung bagaimana wanita disampingnya menakar teh dan gula hingga rasanya sangat pas seperti ini. Bahkan dia mengaku kalah jika soal takar-menakar. Walau kedai teh di depan sana adalah miliknya, dan dia yang membuat semua pesanan pelanggan. Tapi sepertinya dia bisa meminta ke Hange untuk membantunya melayani pelanggan mulai sekarang.

Unwirklich [One-shot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang