1.

180 36 2
                                    

Ini sudah tahun ketiga Kim Jisoo bekerja sebagai asisten pribadi seorang pemilik galeri yang cukup besar di ibukota. Yang ia lakukan setiap hari kurang lebih adalah mengatur jadwal pertemuan, penerbangan, dan semua hal yang berkaitan dengan lukisan terbaru milik atasannya, di mana nantinya lukisan tersebut akan dipajang di galeri tempat ia bekerja.

Meskipun terdengar mudah, setiap pekerjaan pasti ada kesulitannya masing-masing. Jisoo yang sebetulnya tidak memiliki latar belakang di bidang seni sama sekali, bisa dibilang cukup nekad untuk menerima pekerjaan ini. Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu, ia sangat menikmati rutinitasnya sebagai seorang asisten dan pengamat seni amatir. Pekerjaan ini pula yang memberinya kesempatan untuk dapat pergi ke berbagai kota dan negara serta bertemu dengan orang-orang baru dan luar biasa di luar sana.

Hari ini, ia ditugaskan untuk mengambil beberapa lukisan baru di galeri cabang lain milik atasannya. Cuaca hari ini cerah berawan, namun tidak menutup kemungkinan bahwa hujan deras akan datang di sore nanti, seperti hari-hari sebelumnya.

Jisoo bergegas merapikan meja kerjanya dan memakai jaket dengan cepat. Mobilnya rusak lagi, jadi ia harus menggunakan transportasi umum dan online selama beberapa hari ke depan.

Sambil memakai jaket, Jisoo bertanya kepada rekan kerjanya, "Gue masih sempat 'kan, ya, kalau berangkat naik Transjakarta?"

Jennie, teman sekantornya, menaikkan alis. "Kenapa gak bareng sama divisi sebelah pakai mobil kantor, Jis? Nanti biar lo di-drop off aja."

"Kayaknya masih banyak waktu. Udahlah, gue naik Transjakarta aja, ya? Nanti gue balik on time, kok."

Tanpa menunggu balasan temannya, Jisoo langsung berlari sambil menarik tas nya dari atas meja. "Bye, Jen!"

"JISOO, KALAU MAU BALIK TELFON, YA, BIAR GUE JEMPUT!" Teriak Jennie dari balik mejanya. Ia menggelengkan kepala sambil tertawa kecil melihat kelakukan temannya yang satu itu.

Di luar, Jisoo sudah berjalan dengan langkah ringan menuju halte busway terdekat dari kantornya. Jujur, sudah lama sekali sejak terakhir kali ia menggunakan bus kota.

Selama perjalanan, Jisoo tampak senang dan perjalanan lancar sampai di tujuan. Ia masuk ke sebuah galeri yang jauh lebih kecil dari tempat kerjanya. Atasannya memiliki lima galeri, yang terbesar adalah tempat di mana Jisoo bekerja. Sisanya adalah ruang galeri minimalis yang hanya penikmat seni yang tahu di mana lokasinya.

Setelah banyak berbincang dengan staff di sana serta selesai menandatangani dokumen serah terima barang, Jisoo pamit pulang untuk kembali ke kantornya dengan dua lukisan yang sudah dibungkus tas khusus, tersampir di pundaknya.

Ketika sudah berada di luar, Jisoo kaget karena warna langit tiba-tiba berubah menjadi gelap. Ia mempunyai firasat bahwa sebentar lagi hujan lebat akan turun. Sempat terpikir olehnya untuk menelfon Jennie agar menjemputnya, namun ia segan menggangu temannya yang pastinya masih sangat sibuk. Setelah berdebat dengan batinnya, Jisoo pun memutuskan untuk jalan dengan cepat menuju halte bus.

Sayangnya, belum sampai ia di halte bus utama, hujan turun dengan deras. Jisoo pun berlari ke halte yang sudah tidak terpakai, posisinya ada di pinggir jalan. Ia berteduh di situ sambil memeluk lukisan milik atasannya. Dalam hati ia bergumam, "Jangan sampai rusak, please..."

Belum lama ia berdiri, dari jauh ada siluet orang yang berlari ke arahnya. Seorang laki-laki berbadan tegap dengan kemeja putih setengah basah langsung berdiri di sampingnya, menggigil kedinginan. Laki-laki itu memeluk lengannya sendiri sambil sesekali meniup kedua telapak tangannya agar tetap hangat. Jisoo melirik dan mengikuti gerakan meniup telapak tangan tersebut.

Laki-laki tersebut tersenyum tipis ke arah Jisoo sambil tetap berusaha membuat tubuhnya hangat. Sesekali, Jisoo curi pandang sambil memeluk lukisannya dengan erat. Takut basah.

"Oh, ini lukisan." Jisoo menepuk-nepuk tas lukisan ketika laki-laki tersebut memperhatikan apa yang ada di pelukannya.

Laki-laki tersebut terlihat kagum. "Kamu bisa melukis?"

Jisoo menggeleng. "Enggak, enggak. Gak bisa. Pengennya sih bisa, tapi ini untuk ditaruh di galeri."

"Galeri?"

"Iya, saya kerja di sana."

Laki-laki itu mengangguk paham. "Dari semua orang yang saya kenal, baru kamu orang pertama yang bekerja di galeri." Ia melanjutkan. "Tapi saya belum kenal kamu. Boleh kenalan?"

Jisoo tak dapat menyembunyikan wajah kagetnya. Apakah betul laki-laki di depannya ini baru saja mengajaknya berkenalan?

Sambil mengulurkan tangannya, laki-laki itu berkata, "Saya Hae In. Kamu?"

---------

Hai hai, semua!

Terima kasih sudah mau mampir dan baca. Saya lagi hype banget sama kapal HaeSoo, jadi beberapa ide cerita yang ada di notes handphone langsung saya tulis dengan mereka berdua sebagai pemeran utamanya.

Please support by leaving a star and good comment, ya!

blueinjisoo.

Piece of Art [haesoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang