Prolog

88 9 3
                                    

Hai namaku Arunika, orang biasa memanggilku Arun. Aku lahir dan besar di sejuknya kota Bandung. Namun karena tuntutan pekerjaan orang tua akhirnya kami sekeluarga harus pindah ke kota Malang ketika aku lulus SMP nanti. Awalnya aku sangat menolak keputusan itu, aku tidak siap meninggalkan sahabat-sahabatku disini, aku takut tidak mempunyai teman disana dan aku susah untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Aku berusaha membujuk papa dan mama untuk tidak pergi dari kota Kembang ini, namun tetap saja aku tidak boleh egois mau tidak mau aku harus mengikuti keputusan orang tua.

Kali ini aku akan berbagi kisah tentang seorang lelaki aneh yang dapat membuatku jatuh cinta.

•••

Hari ini adalah awal tahun pelajaran baru. Aku sangat bersemangat karena hari ini merupakan pertama kalinya aku mengenakan baju putih abu, yup! Aku masuk SMA. Kali ini aku sudah menetap di kota Malang, walaupun awalnya sulit untuk menyesuaikan diri tapi sekarang aku sudah sedikit terbiasa.

Setelah seminggu kemarin melaksanakan MPLS (masa pengenalan lingkungan sekolah) hari ini aku resmi belajar sebagai murid Sekolah Menengah Atas.

Meskipun tidak ada teman dari sekolahku yang lama, tapi aku sudah mempunyai teman baru disini, tidak sesulit yang aku pikir ternyata. Kita saling mengenal karena dia tidak sengaja melihat gantungan logo Seventeen (salah satu grup K-Pop) yang terpampang di resleting depan tasku, dia bertanya apakah aku menyukai boyband asal Korea Selatan itu, aku menjawab iya dan ternyata dia pun sama sama menyukai idol K-Pop. Perbincangan kamipun mulai nyaman dan mengalir begitu saja, dari sanalah aku mengenal perempuan berambut pendek yang sekarang sedang duduk di sampingku.

"Na gimana dong ada pelajaran bahasa Jawa, pelajaran bahasa Sunda aja gue remed apalagi ini ga ngerti sama sekali bahasanya" ucapku pada Nara, teman yang aku ceritakan tadi.

"Bilang aja ke gurunya, pak saya bukan orang indo" jawabnya enteng.

"Lah kok gitu?" tanyaku heran.

"Saya dari negara pasundan soalnya" sambungnya.

"Lu pikir masih jaman penjajahan apa hahaha" balasku diiringi tawa kami berdua.

Mungkin karena Nara orang yang supel, ramah, dan mudah berbaur, aku tidak merasa canggung berbicara dengannya walaupun kami baru saling mengenal satu minggu yang lalu, ada saja obrolan atau candaan yang ia lontarkan, dia membicarakan apa saja seperti tidak pernah kehabisan topik.

Sebenarnya aku sudah kenal dengan semua teman sekelasku, meski hanya sebatas nama. Hanya saja aku tidak mengerti jika mereka berbicara menggunakan bahasa Jawa, terkadang Nara menjadi translator dadakan untukku. Bukan hal yang buruk ternyata tinggal di luar kota, untuk saat ini masih menjadi hal yang seru bagiku. Bisa mencoba makanan enak yang belum pernah aku coba di Bandung, jalan-jalan dengan suasana baru, mengenal orang baru, belajar budaya baru, dan banyak hal lainnya yang aku suka.

"Arun, lo ada temen cowok ga di Bandung? Kenalin gue dong kan katanya disana banyak cowok cakep, emang iya?" tanya Nara.

"Nggak ah biasa aja, yang bener tuh di Bandung ceweknya pada cakep contohnya gue" jawabku sambil mengangkat satu alis.

"Sumpah run gue pengen muntah" kata Nara sambil memasang wajah sok mual.

Aku mengajak Nara untuk bermain di Rumahku ketika pulang sekolah nanti, aku ingin mengenalkan teman baruku ini pada mama. Mama pasti senang mengetahui aku memiliki teman di sekolah baru, apalagi Nara orangnya asik.

"Duhh sorry run hari ini gue harus kumpul osis, gabisa bolos ni soalnya hari pertama kumpul bareng kelas 11, 12 katanya sih sambil perkenalan sama pengurus osisnya gitu, gimana dong padahal gue pengen banget main ke rumah lo. Emm gapapakan? Oh gimana kalo besok aja, gue kosong kok, lo juga kan? Soalnya setau gue lo belum masuk organisasi atau ekstrakulikuler"

Aku lupa bahwa Nara orang yang sering mengikuti kegiatan di sekolah, tidak sepertiku yang bahkan belum memilih akan mengikuti organisasi atau ekstrakulikuler apa. Akhirnya kita sepakat untuk main di rumahku besok setelah pulang sekolah.

•••

Bel pun berbunyi, anak-anak berhamburan keluar kelas karena tidak sabar untuk segera pulang. Aku berpamitan dengan Nara dan bergegas menuju gerbang menunggu mama menjemput. Papa dan mama biasanya menjemputku bergantian, papa akan menjemput ketika libur atau jadwalnya tidak penuh, mama yang lebih sering menjemputku, sedangkan setiap pagi aku selalu berangkat ke sekolah bersama papa karena dia akan pergi ke kantor. Aku masih belum hafal jalan menuju rumah, karena itu mama melarangku untuk pulang sendiri sekalipun menggunakan ojek online yang sudah jelas biasa memakai google maps, takut diculik katanya kalo gak hafal jalan haha so cute.

Aku mendapat pesan dari mama katanya ban depan mobil kempes dan dia sedang berada di bengkel, mama memintaku untuk tetap menunggu di depan gerbang agar tidak susah mencariku nanti, akupun mengiyakan dan tetap berdiri menunggu di depan gerbang.

10 menit berlalu

Kakiku mulai pegal, ingin duduk rasanya tapi disini tidak ada kursi. Aku berniat untuk kembali ke kelas dan menunggu mama di dalam kelas saja. Namun sialnya baterai handphone ku habis, aku tidak bisa mengabari mama bahwa aku kembali ke kelas. Daripada kena omelan mama, aku memutuskan untuk bersabar dan terus menunggu di depan gerbang.

Entah ini hanya perasaanku saja atau memang benar, seperti ada yang melihat ke arahku daritadi. Aku sedikit melirik orang yang melihat ke arah sini tadi, ternyata benar dia sedang melihatku. Tatapan kita bertemu dan aku langsung membuang muka karena malu. Orang itu berjalan menghampiriku.

"Lagi nunggu dijemput?" Tanya nya.

"Eh iya kak hehe" Jawabku.

"Kelas mana?"

"Sepuluh IPS empat"

"Ohh wali kelasnya Bu Dian ya?"

"Iya kak"

"Namanya siapa?"

"Arunika"

"Cantik ya namanya, kenalin Arka"

Dia mengulurkan tangannya, dengan ragu aku balas.

"Hehe terimakasih, salam kenal juga ya kak"

"Sendirian aja nih? Udah ada temen belum?"

"Udah kok kak, tapi dia kumpul osis dulu"

"Kamu gak ikut? Ikut aja loh nanti ketemu aku haha"

Ohh dia anak osis juga toh, pantas saja belum pulang.

Aku hanya terkekeh, dia bertanya lagi.

"Asal SMP mana ni?"

"SMPN 13 Bandung kak"

"Loh kok jauh banget"

"Iya kak pidahan dari Bandung"

"Wihh orang sunda nih"

Kitapun tertawa kecil.

Tak sadar ternyata ada mobil hitam terparkir di seberang sana, rupanya mama telah sampai. Akupun berpamitan dengan kak Arka, dia melambaikan tangan dan bilang "nanti kita ngobrol lagi yaa".

"Cieee tadi nunggu sama siapa tuh asik bener ngobrolnya sampe gak liat mama udah nyampe, mana ketawa-ketawa lagi, pacar kamu ya? Wahh anak mama pake pelet apa ni baru masuk sekolah udah dapet pacar mana ganteng lagi " ucap mama padaku.

Mama memang seperti itu, selalu menyimpulkan sendiri. Padahal pertanyaan mamapun belum sempat aku jawab tapi dia terus saja berbicara tanpa henti. Ayolah ma aku mengenalnya baru saja tadi, mana mungkin dia pacarku? Walaupun memang agak sedikit tampan sih.

ARKATAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang