11

577 89 7
                                        

Rani terdiam, air mata nya mengalir begitu saja saat melihat seorang ibu yang menangisi anak nya yang baru saja meninggal. Penyebab kematian sama dengan penyakit rain, jantung. Ya, inilah yang membuat rani selalu takut saat rain sudah masuk ruang PICU.

Dia akan sering melihat keluarga yang menangis kerena kepergian anak nya untuk selamanya. Dalam hati rani selalu ada rasa takut kalau rain juga akan pergi seperti mereka karena menyerah.

"Ya Allah hamba mohon kuat kan anak hamba, tolong jangan ambil anak hamba ya Allah." doa rani, dia menangis dan langsung berlari ke ruang PICU di mana rain di rawat.

Sampainya di ruang PICU, rani di buat  bingung saat melihat dr. rian yang berlarian masuk ke dalam. Dengan buru buru dan perasaan tidak tenang rani juga berlari untuk mencari tau apa yang terjadi pada rain.

Rani langsung mebuka pintu yang tidak tertutup dengan rapat, setelahnya dia langsung menghampiri dokter rian.

"Yan, rain kenapa?" panik rani.

"Ran, rain udah sadar tapi dia gelisah ran. Kalau rain kayak gini terus saturasinya akan terus turun, begitupun dengan tanda vital nya " jelas dr. Rian.

Rani yang mengerti langsung melihat rain yang sedang bergerak asal dengan tarikan nafas panjang, lambat dan berat juga mata sayu yang hampir memejam.

Dengan cepat rani langsung mendekati rain, sambil menangis rani menangkup wajah rain sambi mengatakan sesuatu.

"Rain lihat bunda nak! Lihat bunda sayang!" kata rani sambil menangkup wajah rain yang terus bergerak asal dengan mata yang tidak fokus melihat ke arah mana.

"Rain bunda mohon bertahan sayang, bunda mohon jangan kayak gini! kan rain anak yang kuat nak.

"RAIN BUKA MATA NYA DAN LIHAT BUNDA SAYANG" teriak rani sambil menangis.

Rani benar benar kalut saat melihat tubuh rain yang melemas dengan mata yang melihat ke atas.

"Rain, bunda mohon jangan gini sayang, bunda mohon, nak" tangis rani.

"Rain lihat bunda nak! Buka mata nya sayang bunda mohon" kata rani sambil menepuk pipi tirus rain.

"RAIN LIHAT BUNDA SAYANG"  tangis rani histeris sambil terus menangkup wajah rain.

"Bun - da__" ucap rain dengan nafas tersengal. Perlahan mata nya melihat rani dengan sayu.

"Iya nak, ini bunda sayang" sahut rani sambil mencium tangan rain yang dia genggam.

"Rain harus kuat ya nak, rain nggak boleh nyerah sayang, bunda mohon nak - bunda mohon" kata rani, dia menangis sambil mencium tangan rain.

Rani benar benar takut kehilangan rain, dia terus menggenggam tangan rain dengan erat. dia menangis sejadi jadinya Karena takut rain akan pergi seperti pasien lainnya.

"Bunda jangan nangis." pinta rain dengan suara lemah.

"Enggak sayang, bunda nggak nangis kok" rani buru buru mengusap wajah nya untuk menghapus air matanya.

Setelahnya dia memaksakan diri untuk tersenyum sambil mengusap wajah rain.

"Rain harus sembuh ya! Anak ganteng bunda harus sehat biar bisa cepet pulang , rain mau pulang kan?" tanya rani, dia menarik nafas untuk menahan tangis.

"Mau bunda." sahut rain dengan nafas yang mulai teratur.

Perlahan saturasi dan tanda vital rain mulai naik setelah dr. Rian memasukan obat melalui selang infus dan juga cairan infus rain.

Tak lama rain kembali menutup mata nya membuat rani panik dan bingung.

"Yan, ini kenapa rain tidur lagi? Rain nggak papa kan? Dia nggak__"- rani.

"Tenang ran, rain tidur karena pengaruh obat" jelas dr rian membuat rani merasa lega mendengar nya.

"Seperti nya rain memang membutuhkan mu ran"- dr. Rian menepuk pundak rani.

"Kamu boleh menunggunya, tapi jangan lama lama ya" lanjut dr. rian dan rani mengangguk senang.
.
.
.
.

Di kantin.

Varo dan bima saling melihat untuk beberapa saat,setelahnya mereka melihat bram untuk mengatakan sesuatu.

"Yah" panggil bima.

"Apa?"- bram.

"Boleh nggak sih kita kasih tau penyakit rain? Rain kayak gini karena nggak mau minum obat kan?

"Jadi ~ "- bima.

"Jangan dulu! Belum waktu nya rain tau" sergah bram membuat ke dua anak nya bingung.

"Kenapa yah? Sampai kapan kita rahasiain penyakit rain? Ayah tau sendiri kan gimana susah nya rain minum obat karena dia merasa nggak sakit?" - varo.

"Kalian nggak ngerti, rain itu masih kecil mental rain nggak sekuat kalian" bram melihat bima dan varo bergantian.

"Kalau setelah tau rain malah jadi pendiem gimana? Rain pasrah dan menyerah sama hidup nya

"Terus senyum rain hilang dan ~ "- bram

"Nggak akan yah, bima yakin rain nggak akan kayak gitu. Rain pasti ngerti kok kalau di kasih tau baik baik

"Di kasih pengertian dan di jelasin tentang penyakit nya" sahut bima dan varo mengangguk setuju.

"Pokok nya, setelah rain sembuh kita akan kasih tau rain tentang penyakit nya,  terserah ayah sama bunda setuju atau nggak

"Tapi kita tetap akan kasih tau" kata varo, membuat bram melihat nya dengan sendu.

"Kenapa sih kalian kekeh banget mau kasih tau rain? Kalian nggak mikirin gimana kedepan nya kalau sampe rain tau kalau dia itu lemah" bram menghela nafas.

"Terserah kalian deh, tapi ayah akan marah sama kalian kalau sampe rain berubah" tegas bram dan pergi dari sana begitu saja.

Bima dan varo saling melihat untuk beberapa saat, setelah nya mereka juga beranjak dari duduk nya dan pergi menyusul bram yang berjalan kembali ke ruang PICU.

Bima dan varo saling melihat untuk beberapa saat, setelah nya mereka juga beranjak dari duduk nya dan pergi menyusul bram yang berjalan kembali ke ruang PICU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rain ( Sudah Terbit ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang