_sang Pemburu Besar

213 51 6
                                    



⭕⭕⭕⭕⭕

"Ca! Caca!" Raya berlari menghampiri Caca di tempat laundry di rumahnya dengan tergesa. Tersirat kecemasan di wajahnya yang begitu kentara.

"Apa? Apa lagi?? Lo butuh apa lagi???" Tanya Caca sewot.

"Lo ada mau kedatengan tamu?"

Caca ikutan bingung. "Nggak tuh. Arka juga nggak pesen apa-apa sebelum ke kantor tadi."

"Ada mobil di depan. Gue kira itu Papi sama Pengawal gue. Tapi bukan, Ca. Gue nggak kenal mereka." Ucap Raya nyaris tanpa jeda.

"Berapa orang?"

"Tiga. Jantan semua."

"Yang bener aja lo ah." Caca segera menutup mesin cuci dan menyalakannya. Lalu berjalan keluar dari ruang laundry.

Bel rumah Caca terus berbunyi. Caca tak lalu membuka pintu rumahnya. Dia terlebih dahulu mengintip lewat jendela. Kedua matanya melebar begitu melihat ada beberapa orang di depan sana.

Caca segera berbalik dan bersandar pada tembok di dekat jendela. Rautnya sama paniknya seperti Raya tadi. "Orion mana?" Tanya Caca dengan nada bisikan.

"Di belakang. Lagi ngobrol sama Ikan-ikan Arwana peliharaan lo."

"Mau elo, atau gue yang nemuin mereka?" Tanya Caca sambil menunjuk kearah luar.

"Ya elo lah! Ini kan rumah punya lo!"

Caca menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya secara perlahan. "Barengan!" Ucapnya sebelum akhirnya membuka pintu rumahnya lalu mendorong Raya untuk berdiri di depannya.

Raya mengumpat dalam hati.

Dengan sedikit ketegangan yang terlihat begitu jelas di wajahnya, Raya tersenyum menyapa tamu tersebut.

"Selamat siang Nona-nona." Ucap seorang pria yang kemungkinan seusia Papinya. Dibelakangnya ada seorang pria tua yang berkeliling di halaman rumah Caca, mengamati semua yang bisa beliau amati disana. Lalu pria yang satunya berdiri di dekat mobil, yang itu pasti sopir pribadi.

"Ya, Selamat siang. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Raya yang sudah kembali dengan wibawanya.

Pria tersebut tersenyum. Lalu menyodorkan sebuah kartu nama kepada Raya. Setelahnya pria itu menunjukkan sebuah foto dari ponselnya. "Apakah anda pernah melihat benda ini?" Tanyanya bersamaan dengan Pria Tua tadi yang berjalan mendekat sambil melepas kacamatanya gelapnya, lalu melihat Raya dan Caca bergantian.

Satu kalimat yang bisa dengan jelas terpikirkan oleh Raya setelah melihat kartu nama dan foto tersebut. Mereka mencari Pangerannya, Orion.







...







Orion memasang raut kikuk begitu Pria Tua yang adalah kakeknya itu mendekapnya erat dengan berlinang air mata. Orion terdiam. Dia tidak tau harus berekspresi seperti apa.

"Ri, ini Kakek! Kamu ingat??" Kata Pria Tua itu sambil memegangi kedua bahu Orion.

Masih bungkam, Orion hanya menatap Kakeknya. Kedua matanya mulai berkaca-kaca. Membuat Sang Kakek kembali memeluknya erat. Orion tentu ingat siapa pria tua di depannya. "Kamu tumbuh dengan baik. Apa kabar cucu kakek yang hebat ini, hhm?"

It's not good at all.

Raya sama Caca sampe mau nangis lihatnya. Ya coba aja lo bayangin. Anak kecil, kepisah dari keluarganya di tengah hutan. Diasuh kawanan Serigala. Nunggu dijemput keluarganya, tapi mereka nggak kunjung dateng sampe dia beranjak dewasa.

Jagat Raya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang