BAB : 5

156 22 3
                                    

Apa sudah berakhir?

Itulah pertanyaan yang berada diotak Mafu 1 minggu terakhir ini.

Sejauh ini tak ada penyerangan, membuat Mafu berpikir semua akan berakhir.

Namun media massa kembali mengungkit masalah perceraian mereka, dan kira-kira sudah sebulan lebih Mafu tidak keluar rumah.

Lupakan Mafu lupakan! Dia ingin bersantai paling tidak sehari, tanpa memikirkan betapa banyaknya kekhawatiran.

◇◇◇

Mafu tertawa kecil, sambil menatap TV yang tengah menampilkan animasi kesukaannya.

Tawa itu seketika berhenti, Mafu menatap seseorang yang baru saja membuka pintu, Soraru.
"Apa?" Tanya Mafu pelan, Soraru menarik nafas kasar -dengan perasaan tak yakin- Soraru mengeluarkan selembar kertas dan memberikannya pada Mafu.

"Tanda tangani....surat perceraian kita" ujarnya datar, Mafu menatap surat itu tak berkedip -berpikir bahwa perceraian mereka dibatalkan- namun ternyata perceraian mereka hanya ditunda.

Tangan kiri Mafu mengambil kertas juga pulpen itu, dia bangun, duduk di meja kerja Soraru yang berada disamping jendela.

"Pada akhirnya kita benar-benar memiliki ending sendiri" ujar Mafu pelan, saat hendak menandatangani...

DOR

Darah mulai menetes, Mafu menatap pergelangan tangan kanan nya yang berdarah dengan pandangan horror.
"SIAPA YANG BERANI!?" Soraru membuka jendela yang pecah dibagian tengah itu, menatap sekeliling namun tak menemukan siapa-siapa, sniper kah!?

Pandangan Soraru kembali teralihkan pada Mafu, dia melepas dasinya dan mengikat pergelangan tangan Mafu yang terluka -untuk menghambat pendarahan- Mafu diam, tak berteriak atau panik, pria 19 tahun itu hanya menggigit bibir bawahnya hingga berdarah -untuk meredam suara-

Soraru kemudian menggendong Mafu, membawanya kerumah sakit, adegan dimana Soraru menggendong Mafu membuat maid juga anggota mafia lainnya menatap Soraru heran, namun setelah melihat darah yang menetes, mereka tau.

◇◇◇

"Sial, sial, sial" umpatan demi umpatan dikeluarkan Soraru, dia telah mengeluarkan lebih dari 20 unit untuk mencari siapa pelaku yang telah membuat Mafu terluka selama ini, namun sampai sekarang, pelaku yang merupakan si bos masih tak ditemukan.

"Soraru" panggilan terdengar, tubuh Soraru menegang sesaat dan menoleh kebelakang.

Bahu nya mendadak lemas, sembari menatap iris biru milik seseorang dihadapannya yang menyiratkan kekecewaan, "maaf" wanita dihadapan Soraru yang tak lain adalah ibunya sendiri menutup mulutnya, menahan tangis.

Saruka, ibu Soraru. Wanita itu baru mendengar tentang kejadian yang telah menimpa Mafu beberapa saat lalu, wanita 43 tahun itu awalnya berada di New York bersama sang suami a.k.a Soara untuk berlibur.

Soraru sengaja merahasiakan ini untuk sementara waktu karna tak ingin acara liburannya terganggu, Saruka maju selangkah demi selangkah, mendekati Soraru.

Plak

Tamparan dari Saruka mengenai pipi Soraru, membuat pipi sissurai raven itu merah, Soraru tak melawan, dia menunduk.

"Maaf" ujar Soraru lagi, "kamu, apa kamu tidak menjaganya? Kamu membuat Kaa-San kecewa Soraru" Saruka menatap putranya dalam, semakin membuat Soraru merasa bersalah.

"Apa janji mu dulu?" Tanya Saruka, "lindungi apa yang harusnya dilindungi, lindungi seseorang yang sudah mengikat janji"

"Soraru, apa berita itu benar?" Ayah Soraru -Soara- angkat bicara, "ya....maaf, tapi Soraru tau apa yang terbaik untuk Soraru sendiri" balas Soraru pelan, dia tau arah pembicaraan ini.
"Kau tidak boleh menceraikan Mafu!! Apapun yang terjadi kau harus lindungi dia!!" Saruka mengguncangkan bahu Soraru, tampak Saruka begitu tertekan akibat insiden ini.

"CUKUP!" Nada bicara Soraru meninggi, "memangnya kenapa!? Ini adalah masalahku! Bukan kalian! Kalian sedari dulu memaksaku untuk menjaga seseorang yang tidak aku cintai! Apa kalian pikir aku menyukainya hah!? Pernakah kalian berpikir aku ingin bebas dari paksaan kalian!? Selama ini aku hanya diam dan diam, dan cukup sampai sini, kalian berdua telah melampaui batas kalian" Soraru pergi, berjalan menjauh dari pintu kamar inap Mafu juga orang tuanya.

◇◇◇

Sehari kemudian

"Mafu?" Soraru melangkah masuk, dengan perasaan tidak enak.
"Ya?" Mafu menatap Soraru santai, sedangkan yang ditatap hanya bisa menunduk kebawah.

"Aku....ingin kita bercerai secepatnya"

"Iya"

Karena balasan tak nyambung tersebut, Soraru mengangkat kepalanya, menatap iris merah Mafu yang tampak lelah, "jadi berikan aku surat perceraiannya" lanjut Mafu.

Soraru memberikan kertas juga pulpen, dan tangan kiri Mafu yang menandatangani bergerak lancar, seolah tak ada beban, seakan pikirannya telah matang dan siap.

"Woah....kupikir kejadian buruk akan menimpa ku lagi" Mafu tersenyum simpul.

◇◇◇

Jam sudah menunjukan pukul 23.12
Dan tampak leader White Sakura a.k.a Soradu kini masih belum memasuki dunia mimpinya, pria bersurai raven itu malah sibuk berkutat dengan laptop, dan ngomong-ngomong dia tengah berada dimeja kerja ayahnya, yep! Setelah kejadian itu Soraru memutuskan untuk tidur dirumah orang tuanya selama 2 hari, berhubung Mafu masih dirumah sakit dan besok mereka akan kepengadilan.

Namun, tangan Soraru secara tak sengaja menyenggol vas kaca yang sedari tadi berada disamping laptopnya, "cih" decihan terdengar, Soraru benar-benar malas membersihkan.

Pandangan Soraru teralihkan, flashdisk?

Sambil menatap heran flashdisk yang disembunyikan didalam vas, Soraru memperhatikan sekitar, CCTV ayahnya sepertinya mati.

Tidak! Tidak boleh, itu adalah privasi ayahnya! Jadi dia tidak mungkin membuka file dari flashdisk itu....kan?

Saat ingin meletakkan flashdisk itu kedalam laci ayahnya, Soraru tak sengaja membaca nama yang tertera disana, Aikawa.

◇◇◇

Seakan kaku, tubuh Soraru sama sekali tak dapat bergerak, shock, kaget, dan sedih disaat bersamaan.
"Dosa apa....yang telah mengikutiku?" Ujar Soraru pelan.

"Tak peduli siapapun, aku benar-benar....akan membunuh kalian"

◇◇◇

"Nah Mafu, ayo makan, katakan Aaaaa" Saruka kembali menyuapin Mafu dengan senyum indah, diperlakukan bak anak kandung benar-benar membuat bahu Mafu terasa lebih ringan, "Mafu harus banyak makan yaa, biar sehat" Mafu mengangguk mantap.

"Soal perceraianmu dan Soraru" Mafu menegang, terkejut, "Kaa-San akan bicarakan dengan Soraru"

"Apa artinya Mafu gajadi cerai sama Soraru? Begitukah Kaa-San?" Tanya Mafu, Saruka mengangguk sambil tersenyum, sedangkan Soara -Suami Saruka- tersenyum lega.

◇◇◇

"Aku tidak ingin membunuhnya sekarang, kalian....hanya harus mencari informasi 5 tahun lalu"

Soraru menatap member USSS satu persatu, well, walau tampang mereka bodoh begini, mereka sebenarnya pintar lho, terlebih, Sakata.

"Dari semua yang kau jelaskan, aku sebenarnya tidak ingin percaya" sahut Shima, "yep! Maksudku....dengan tingkah mereka selama ini..." Senra ikutan angkat bicara.
"Dan lagi, bagaimana tentang perceraian kalian?" Tanya Sakata, hening sejenak, "apapun yang terjadi, Perceraian Soraru dan Mafu tetap akan dilaksanakan" bukan Soraru yang menjawab, melainkan leader USSS yakni Urata.

"Dan saat hal itu dilakukan, maka bersiaplah untuk kemungkinan terburuknya, aku, atau dia....yang akan mati disana"

◇◇◇

TBC

◇◇◇

DANGER [SoraMafu]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang