Oxygen

3.3K 222 7
                                    


Sepasang kekasih tampak duduk di sebuah bangku panjang, di bawah langit yang penuh dengan bintang, sangat indah. Seorang yang lebih muda tampak memeluk lengan sosok yang lebih tua dan menyandarkan kepalanya pada bahu kekasihnya. Hingga tak jarang, keduanya tampak tersenyum dan bahkan tertawa bahagia.

"Menurutmu apa yang aku butuhkah agar bisa bertahan dan membuatku merasa lebih hidup?" tanya sosok yang lebih tua. Dia tampak mencium pucuk kepala yang lebih muda sayang. Bukan sekali, dua kali tapi bertubi-tubi membuat sosok yang lebih muda tersenyum mendapat perlakuan hangat dari sang kekasih.

"Bernafas tentu saja. Kalau tidak, kita bisa mati, tahu!" Sosok yang lebih muda seolah lemas, hingga menumpukan tubuhnya, merosot hingga kepalanya kini di atas pangkuan kekasih tampannya.

"U~uhm." Seseorang menggeleng pelan seraya tersenyum, menatap ke bawah, dimana kekasih manisnya tengah menatapnya hangat. "Kurang tepat, Sayang. Kekasihku yang manis!"

"Lalu..." Sosok manis itu mengusap pipi kekasih tampannya. "Apa? Katakan padaku," lanjutnya.

"Kau, Sayang! Aku membutuhkanmu lebih dari udara yang aku hirup. Kau tahu, bahwa kau seperti oxygen untukku. Udara yang akan selalu aku butuhkan agarku tetap bertahan!"

Sosok manis itu kembali duduk, lalu menghadap kekasih tampannya seraya tersenyum. Hingga seseorang menarik pelan tubuh kekasihnya erat, mengusap lembut punggung sang kekasih. Dan tak lupa dia bubuhkan kecupan hangat pada pelipisnya lalu mengeratkan pelukannya. Hingga dia melonggarkan sejenak pelukannya menatap lamat kekasihnya.

Cuup cuup

"U~uh?! Apa ini, kau menciumku?" Pemuda tampan itu menyentil sayang ujung bangir kekasihnya.

"Tambahan oxygen juga vitamin untukmu, kekasihku yang tampan!"

"Terima kasih, sayang. Baby!"

See you next chapter

OxygenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang