Chapter 1 : He and His Oxygen

2.1K 181 4
                                    


Malam itu seseorang tampak berlari dengan cepatnya. Napasnya terengah saat ia berhenti sejenak untuk mengatur nafasnya. Tubuhnya sedikit menunduk, dengan kedua tangan yang bertumpu pada kedua lututnya.

"Hah! Hah! Maafkan aku, sayang, dan tunggu aku!" gumamnya ditengah nafasnya yang masih terengah.

Ia berhenti sejenak pada sebuah halte bus tak jauh dari sebuah bangunan besar dan tinggi yang tampak di belakangnya; rumah sakit.

Setelah dirasa sudah cukup ia mengatur nafasnya, kakinya kembali melangkah cepat dan berlari memasuki area sebuah rumah sakit yang bisa dibilang sangat terkenal di kotanya.

Tumitnya tak lagi berjalan pelan, dan entah berapa kali ia mengaduh kesakitan saat telapak kakinya menyentuh benda keras ataupun sesuatu yang melukai kakinya. Tak parah namun bisa membuat kaki itu muncul beberapa goresan disana.

Alasannya, rupanya ia berlari tanpa alas kakinya. Ia langsung berlari begitu saja saat mendapatkan sebuah telepon dari salah satu perawat dari rumah sakit tempat kekasih, ah ralat, tunangannya itu di rawat.

"Tuan," sapa salah seorang perawat saat berpapasan dengannya.

Sepertinya wajahnya sudah tak asing di rumah sakit itu, maklum saja, sudah hampir satu tahun ia berada di sana, untuk menunggu seseorang yang masih nyenyak dalam tidurnya. Tunangannya yang tengah tidur dan masih belum ingin untuk bangun menyapanya.

"A-apa Anda yang meneleponku beberapa saat lalu? Dan benarkah kalau kekasihku merespon sesuatu? Maafkan aku, ada sesuatu yang harus aku selesaikan di rumah," tanyanya dengan nafas sedikit terengah.

"Benar, tapi semuanya masih sama, tuan. Sepertinya tunangan Anda masih belum sadar," terang salah seorang perawat yang hari itu tengah berjaga.

"Baiklah, terima kasih. Aku akan menemuinya, apa dokter masih bersamanya?"

Perawat itu mengangguk seraya berkata, "Benar, tuan!"

Orang itu pun melangkahkan kakinya cepat tak lagi berlari mengingat ia kini telah berada di sebuah lantai dengan sederetan ruang perawatan di sebelah kiri tempatnya berjalan. Hingga ia menghentikan langkahnya tepat di depan kamar bertuliskan VIP 109-Jungkook.

Sejenak menghelakan nafasnya pelan, lalu menggeser pintu berwarna coklat kamar itu. Ia melangkah masuk, dan seperti biasa ruangan itu tampak sunyi. Hanya sebuah hembusan nafas pelan yang tertahan pada sebuah masker oksigen dan sebuah nada dari sebuah electrocardiogram yang menggema pelan di ruangan itu.

Tit tit tit tit

Hanya satu nada pendek dan teratur, namun itu pun sudah bisa membuat tunangannya itu bahagia. Setidaknya ia tahu bahwa kekasihnya masih bersamanya. Meskipun keadaannya masih sama, tertidur tenang dengan wajah manisnya yang tampak sedikit pucat dan sedikit kurus. Bahkan pipi yang awalnya gembil, kini tak tampak lagi.

"Dokter, bagaimana keadaannya?" tanyanya saat menghampiri sang dokter.

Namun kemudian ia mendekati ranjang perawatan, mengusap dahi hingga ke pucuk kepalanya lembut, dan di detik berikutnya ia mencium dahi orang itu lama.

"Maafkan aku, sayang. Maafkan aku meninggalkanmu beberapa saat lalu. Dan kumohon cepatlah bangun, hm? Aku menunggumu!" bisiknya lembut dengan suara huskynya.

"Jadi, dokter? Apa ini pertanda yang baik?" tanyanya saat menarik wajahnya dari samping telinga sosok manis itu. Ia masih belum melepaskan tangannya dari pucuk kepala sosok itu. Yang tentu saja bernama Jungkook.

"Tentu saja, tuan Kim! Dan ini adalah paling lama ia memberikan respon. Dan semoga kekasih Anda akan segera sadar setelah ini," ujar sang dokter. "Baiklah, saya akan pergi dulu! Saya harus memeriksa beberapa pasien lagi. Kalau ada sesuatu, Anda bisa kembali memanggil saya, Tuan," pamit dokter itu.

"Baiklah, Dokter. Terima kasih!"

Tak butuh waktu lama, dokter itu meninggalkan ruang rawat itu dan hanya meninggalkan seorang yang bernama Taehyung dan juga tunangannya yang bernama Jungkook. Taehyung duduk di sebuah kursi kecil di samping ranjang. Ia menggenggam sebelah tangan orang sang kekasih, mencium hangat telapak tangan bagian dalam lalu meletakkannya di sebelah pipinya.

"Hey, sayang...kenapa kau curang sekali, hm? Kau bahkan tak menungguku, padahal aku telah lama menunggumu menggerakkan jari-jarimu menyapaku," monolognya.

"Apa kau tidak merindukanku? Karena aku sangat merindukanmu! Apa kau lebih suka di dalam mimpimu, hingga tak ingin menemuiku? Bangunlah, sayang, hm? Aku ingin mendengar suaramu yang manja padaku, aku merindukanmu memanggil namaku, aku merindukanmu saat kau merajuk padaku, sayang... kumohon bangunlah!" lirihnya.

Wajahnya menunduk hingga dahinya menempel pada tepian ranjang tempat Jungkook terbaring. Hingga didetik berikutnya, terdengar isakan pelan seiring suara teratur dari sebuah alat yang telah lama berada di sana. Tubuhnya tampak bergetar, saat isakan itu berubah menjadi tangis.

Tanpa suara, tangis yang di tahan itu terdengar lebih menyakitkan. Saat lisan tak mampu lagi berkata, hanya tangis yang akan menyampaikan rasa sakit itu. Sudah hampir satu tahun kekasihnya tertidur, dan ia sangat merindukan kekasihnya.

Dan kalau masih ingat ia bahkan bertelanjang kaki saat berlari menuju rumah sakit, itu karena selama Jungkook dirawat, ia memutuskan untuk pindah tempat tinggal di sebuah flat yang dekat dengan lokasi rumah sakit. Hingga sangat mudah baginya untuk datang ke rumah sakit, dan rumahnya.

"Apa kau tidak ingin makan es krim, huh?! Jangan merajuk lagi, sayang. Aku akan membelikanmu es krim kesukaanmu. Dan kau boleh memakannya sebanyak apapun yang kau inginkan. Tapi, aku mohon...bangunlah!"

Tit tit tit tit tit

Kembali hanya suara dari sebuah alat itu yang kembali menjawab apapun ucapan, candaan dan keluh kesah Taehyung. Juga hembusan nafas dari kekasihnya itu kini menjadi suara favorit Taehyung.

"Aku menunggumu, sayang. Cepatlah bangun, hm? Apa kau ingin aku menjemputmu? Bukankah kau ingin aku selalu berada di sampingmu? Apa di sana kau kesepian dan menungguku untuk menemanimu? Katakan, sayang! Jika kau ingin aku menjemputmu, akan kulakukan asal kau bangun dan kembali bersamaku."

Taehyung mengusap lembut pipi Jungkook lembut, menatapnya lamat. Bisa terlihat jelas wajahnya penuh dengan kerinduan akan sosok manis itu. Sosok yang telah menjadi tunangannya.

"Benarkah kau ingin aku menjemputmu? Hm?"

Taehyung berdiri mendekatkan wajahnya pada Jungkook, mencium dahi pria manis itu lama.

Hingga...

"Baiklah, aku akan menjemputmu, sayang! Aku tidak bisa kehilanganmu. Karena kehilanganmu itu seolah semua udara yang kuhirup itu, sirna... Tunggu aku, tunggu aku di sana! Aku akan segera datang!"

🍀 T B C 🍀

OxygenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang