Ketakutanmu kau bungkus seperti batu yang dingin.
Padahal air matamu seperti hujan di musim panas.
Memohonlah, maka aku akan meringankan sakitmu.
Lepas jubahmu dan biarkan aku makan
Aroma rambutmu telah menjeratku.
Aliran darahmu memanggilku.
Aku akan mengantarmu pulang dengan tangan merahku.
------->000<-------
Aku terlalu asik sendiri mengawasi aktivitas di bawah sana, membayangkan diriku masih menjadi bagian dari Lunar pack hingga tanpa kusadari, ternyata hari sudah menjelang malam. Udara lembut membuatku enggan terbangun walau semakin lama semakin dingin.
'Mungkin besok aku akan datang lagi untuk melihat dari jauh,' pikirku.
Aku merapatkan jubahku dan beranjak pergi dengan langkah yang masih tertatih. Seharusnya nenek Farida sedang dalam perjalanan pulang. Aku tak bisa membayangkan bagaimana reaksinya saat dia tahu aku tak ada di rumah.
Kini aku mulai memasuki hutan, berjalan sendirian sambil memeluk diri. Rasanya ingin sekali berubah menjadi Serigala agar terasa hangat, tapi luka di tubuhku belum sepenuhnya pulih. Lagipula...jika aku berubah sekarang, nenek Farida akan curiga karena aku pulang dalam keadaan telanjang lagi. Tak mungkin juga aku merusak pakaian hanya untuk berubah.
Hari mulai malam dan aku masih di hutan. Firasatku mengatakan kalau ada banyak mata yang mengintaiku. Ah, seharusnya aku pulang lebih awal. Aku yakin beberapa Rogue merasakan keberadaanku dan mereka...mengawasiku.
Aku mempercepat langkah saat mendengar lolongan dari kejauhan. Terdengar lebih dari satu Serigala yang sepertinya mulai beraksi mengincarku. Walau aku tak takut, tapi akan sangat merepotkan jika harus bertarung dalam kondisi seperti ini.
"Halo, nona manis."
Langkahku terhenti saat kudapati seorang pemuda jangkung dengan mata abu-abu tengah mencegatku.
"Mau kuantar pulang?" tawarnya. "Hutan ini sangat berbahaya untuk dijelajahi sendirian. Apalagi ada banyak Serigala lapar yang mungkin mengincarmu."
"Ya, aku tahu," sahutku datar. "Tapi aku bisa pulang sendiri."
"Jangan begitu, nona. Aku sudah berbaik hati untuk mengantarmu pulang." Ia merangkulku dengan wajah senang. "Kau akan aman bersamaku."
"Tidak terima kasih," ujarku masih tak acuh sambil menyingkirkan tangannya dari bahuku.
"Apa dia pikir aku tidak tahu siapa dirinya?" makiku dalam hati.
Aku yang sudah berjalan beberapa langkah, kini terhenti lagi. Kulihat ada banyak sorot mata yang bercahaya di tengah cahaya petang. Ada sekitar...lima ekor Serigala mengadangku dan pemuda yang barusan menyapaku kini menggeram sambil menjilati bibirnya.
"Aku tahu kau bersikap dingin seperti itu karena takut." Ia terkekeh dengan seringai menyebalkan. "Memohonlah, sayang. Dengan tangisanmu, aku akan berbaik hati mengantarmu pulang."
Pemuda itu mendekatiku lagi dan dalam satu hentakan, dia langsung menyengkeram pergelangan tanganku. "Tapi setelah memakanmu!" lanjutnya.
Aku terdiam sejenak untuk menganalisa kekuatannya dengan instingku. Yah sesuai dugaanku, dia werewolf dengan level di bawah Delta. Bagi manusia biasa, mungkin mereka masih dianggap kuat, tapi tidak bagiku.
"Kau ingin memakanku?" tandasku dingin. Jika harus bertarung, apa boleh buat. Akan kutunjukkan siapa diriku sebenarnya. "Baiklah, lepaskan aku dan aku akan melepas pakaianku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Scarlet
WerewolfIrina Winter, werewolf Beta yang jatuh cinta pada teman Alpha-nya sejak kecil. Suka duka telah mereka lalui bersama sampai mereka beranjak dewasa. Hingga pada akhirnya, sang Alpha memilih gadis manusia sebagai pasangan abadinya. Patah hati memaksany...