"Pertama, jangan beritahu keberadaanku pada seluruh anggota pack-mu, termasuk Clay dan...Julia." Entah kenapa, napasku sedikit sesak saat menyebut nama gadis itu.
"Tunggu, kenapa kau mengaitkannya dengan Julia?"
Pertanyaannya membuatku terdiam seketika, aku tahu ia tengah membelanya karena Julia adalah pelayan pribadinya yang setia.
"Untuk berjaga-jaga," jawabku tenang. "Kita tidak tahu siapa yang telah membelot. Intinya, jangan sampai ada anggotamu yang tahu tentang keberadaanku dan pertemuan kita. Jika mereka bertanya, jawab saja kau belum menemukanku atau aku menghilang entah kemana dan ekspresimu harus meyakinkan."
"Aku memiliki jawaban yang lebih baik dari itu."
"Bagus lah, asal jangan membuat mereka curiga kalau kau sudah menemukanku atau menyembunyikanku."
"Lalu?"
"Sebelum mengawasi anggotamu yang lain, coba awasi dulu pergerakan Beta dan Gamma. Pastikan bukan mereka berdua yang membelot. Jika mereka tak terbukti berkhianat, mintalah bantuan mereka berdua untuk mengawasi Delta beserta jajaran di bawahnya. Selain itu, awasi juga para Omega-mu."
Alan tersenyum dengan mata menyipit. Membuatku sedikit tak nyaman tapi kuabaikan. "Lalu?"
"Jika ada yang membelot kau pastinya memiliki wewenang untuk mengeksekusinya."
"Ya aku tahu itu." Ia memiringkan kepala. "Ada lagi?"
Aku terdiam beberapa saat untuk berpikir. Walau aku menyerahkan semua urusan itu padanya, tapi aku juga tak bisa diam saja dan hanya duduk manis di tempat ini. Aku juga perlu memastikannya.
"Kita bagi tugas."
Kali ini matanya berhasil menyiratkan tanya. "Tugas?"
"Kau mengawasi anggotamu dari dalam, sementara aku akan mengawasinya dari luar."
"Bukankah itu tetap membahayakan nyawamu?"
"Nyawamu juga dalam bahaya. Bahkan situasimu jauh lebih parah dariku."
"Apa kau tahu kenapa mereka mengincarku kali ini?"
"Entahlah. Aku tak mendapat informasi lebih." Aku menatapnya yang tengah termenung. "Aku yakin setelah mendapatkanmu, mereka akan menargetkan pack lain secara bergilir. Yang aku tahu, mereka menjadikan kita sebagai harta karun yang mahal dijual. Semakin tinggi levelnya, semakin besar harga yang ditawarkan."
"Ah, kenapa mereka tak menjual kepala mereka sendiri?" gerutunya lirih.
Aku hanya diam tak menanggapi gerutuannya yang konyol.
"Baiklah. Besok aku akan kembali ke pack untuk memastikannya langsung jadi...malam ini aku akan di sini menemanimu."
Alan bangkit dari kursinya saat minumannya mendidih. Aku hanya mengamati aktifitasnya sambil membaca ekspresinya yang seperti tengah berpikir. Ya, tentu saja dia memikirkan keselamatan nyawanya.
Semakin lama kuperhatikan, kurasa...ia memang mempesona. Cara ia menuang minuman hangat itu, membuat mataku tak berkedip. Setelah kuperhatikan sungguh-sungguh, dia memang memiliki wajah maskulin yang dingin tapi cukup untuk menghipnotisku beberapa saat.
Aku menggelengkan kepala setelah melihat otot kekarnya yang tak sengaja tersibak. Wajahku memanas dan aku berharap ia tak sedang membaca pikiranku. Akan sangat memalukan jika ia tahu aku tengah salah tingkah dalam diamku.
"Minumlah." Ia meletakkan dua cangkir di meja. "Kau lapar? Aku punya stok makanan di dapur."
"Kau akan memasaknya?" tanyaku ingin tahu. Walau ada dapur dan meja makan, tapi tak ada peralatan makan yang terlihat di sini kecuali mug dan beberapa gelas kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scarlet
WerewolfIrina Winter, werewolf Beta yang jatuh cinta pada teman Alpha-nya sejak kecil. Suka duka telah mereka lalui bersama sampai mereka beranjak dewasa. Hingga pada akhirnya, sang Alpha memilih gadis manusia sebagai pasangan abadinya. Patah hati memaksany...