Bab 2 Prince Svart

31 4 8
                                    


Langit Alfheim kian menggelap, udara pun semakin mendingin. Sementara Lilla masih pulas meringkuk di balkon. Kelelahan lahir batin yang ditahannya selama ini seolah-olah ingin dia tuntaskan di kamarnya sendirian. Sebenarnya tadi dia sempat memantrai pintu kamarnya agar tak seorang pun bisa masuk dan mengganggu ketenangannya.

Kali ini Lilla hanya ingin sendiri, sebab dia butuh waktu untuk jujur pada dirinya sendiri. Setelah selama sepekan dia mampu bertahan dan berpura-pura tegar mengingat posisinya sebagai calon permaisuri Kerajaan Vanaheim.

Berlagak kuat padahal sedang menderita, itu sangatlah berat. Seluruh penghuni istana Vanaheim bahkan seluruh penduduk kerajaan itu sedang berduka akibat kehilangan Putra Mahkota kebanggaan mereka selama ini, lalu siapa yang peduli dengan luka Lilla.

Seluruh penghuni Jagad Verdensrommet tahu dan mengenal baik siapa Pangeran Svart. Pria tampan yang berkarakter kuat. Dia sangat tegas, tetapi berhati lembut. Pembawaannya yang sangat tenang, membuatnya menjadi sangat disegani. Svart tak pernah kalah dalam setiap pertempuran yang dipimpinnya. Hal yang paling menakjubkan adalah, semua wilayah yang ditaklukkan oleh Pangeran Svart tak pernah mendendam kepadanya, sebab Svart sangat bijaksana dalam menangani tawanan perang dan keluarga korban.

Awalnya Lilla tak tertarik sedikit pun kepada Svart yang berwajah keras khas panglima perang, apalagi berpikir untuk jatuh cinta kepadanya. Bagi Lilla, cinta adalah Ayahanda Raja Gull dan Bunda Ratu Himmelen, ditambah limpahan kasih sayang dari Pangeran Blå sudah cukup baginya mengerti arti cinta. Bahkan kehadiran Aunt Månen keponakan Bunda Ratu yang berasal dari bangsa Solsystemet yang sangat dipercaya menjaganya itu sudah cukup. Satu lagi, kehadiran sahabatnya Brun semakin melengkapi hidup Lilla, penuh cinta.

***

Semenjak masuk akademi militer kedekatan Pangeran Blå dan Pangeran Svart semakin terjalin. Svart sering menginap di istana sayap kanan, kediaman Pangeran Blå. Mereka sering menghabiskan waktu libur mereka untuk berkuda bersama atau berburu. Moment yang sangat disukai Pangeran Svart saat di Alfheim, sebab hal itu takkan bisa dilakukan di wilayah Vanaheim yang berkarakter batu dan api.

"Big, apakah kalian mau berburu lagi?" tanya Lilla kepada kakaknya yang sedang bermalas-malasan di kamarnya.

"Ya, My Little Lilla." Dia meregangkan kedua lengannya untuk menyambut adik kesayangannya ke dalam pelukannya.

"Lalu kapan kau menemaniku berenang lagi? Kenapa dia selalu merampas waktu liburmu sih?" Lilla protes dengan nada sinis.

"Hey, tentu saja tidak Liltle Lilla ...." Blå mengelus poni Lilla yang kini rebahan di pangkuannya.

"Itu faktanya, Big." Lilla mengerucutkan bibirnya bila sedang merajuk kepada Big, panggilan sayang kepada Pangeran Blå.

Sementara Svart menyaksikan keakraban dua kakak beradik itu menjadi sangat terharu, hingga tak ingin mengusik momen yang membuatnya sangat tersentuh. Mengingat hubungan Svart dengan Hvit sangatlah kontras seperti arti nama mereka hitam dan putih yang selalu bertolak belakang.

Mungkin karena perbedaan usia mereka yang hanya terpaut setahun dan pembawaan Hvit yang tomboi membuatnya selalu ingin bersaing dengan Svart. Kalau bukan karena aturan adat leluhur Hvit pun pasti sudah mengajukan diri sebagai penerus utama tahta Vanaheim. Namun semua itu tak pernah membuat Svart membencinya, bahkan Svart sangat bangga kepada adik perempuannya yang kini menjabat resmi sebagai Perdana Menteri Vanaheim tak lama setelah Svart naik tahta secara ad interim hingga menunggu upacara penobatan.

"Berenang di mana? Kedengarannya mengasyikkan?" tanya Svart tiba-tiba dan membuat kakak-beradik itu kaget.

Lilla terduduk tegap seketika dan menatap Svart dengan pandangan tidak suka. Ya, rasa cemburu merasa tersingkir dari perhatian Blå sangat jelas tergambar di wajah cantiknya yang selalu berpendar dalam gemerlap ungu. Bangsa Alfheim adalah bangsa peri yang sangat menawan. Svart telah jatuh hati dari hari pertama dia menjabat tangan Lilla, ada getar aneh yang menyihir hatinya hari itu.

"Hai Svart kamu sudah bangun rupanya. Emn itu, Fossefall. Lilla selalu suka berenang di bawah air terjun itu, padahal Ayahanda sangat murka bila mendengarnya."

Lilla buru-buru bangkit dan duduk tegap nan anggun selayaknya putri, dia menatap siaga kepada Svart. Namun Svart justru tersenyum manis, kontras dengan wajah kesatrianya. Lilla membuang pandangan ke arah Blå.

"Kenapa? Jauhkah?" Svart mengacuhkan kekikukan Lilla.

"Ya, juga. Tapi lebih tepatnya danau dan air terjun itu ada di balik bukit Huld, itu adalah area terlarang." Blå menjelaskan dengan suara pelan.

"Lalu kenapa kalian bisa sampai ke sana? Padahal itu dilarang." Svart mencecar dengan heran.

"Waktu itu kami tersesat."

***

Keesokkan harinya mereka bertiga sudah berkuda melewati bukit Huld. Dengan kelihaian Svart dalam memanfaatkan kesempatan untuk menarik perhatian Lilla, akhirnya Blå pun mengalah. Bahkan Lilla pun bisa melepaskan diri dari pengawasan Månen.

Lilla sangat kegirangan bisa berenang kembali di danau itu. Dia kelihatan sangat ceria dan bahkan berkali-kali tersenyum kepada Svart. Namun setibanya di lembah tepi Fossefall, kabut mulai menebal. Suasana tiba-tiba sangat mencekam.

Blå merasa sangat bersalah, dia lupa kalau sekarang telah memasuki waktu Høst. Fossegrim sang penguasa air terjun sedang sensitif dan mudah murka bila ada yang mengusik ketenangannya.

"Svart, hati-hati!" Blå memperingati sambil mengerahkan tenaga dalamnya sehingga dari tubuhnya memancar cahaya biru yang berpendar menerangi sekelilingnya.

Tiba-tiba ....

"Big ... tolong ...!" Teriakan Lilla mengagetkan mereka seiring tubuhnya yang terseret masuk ke dalam air.

"Lilla ...!"

Byurr!

Dengan sigap Svart langsung terjun ke dalam air. Dari tubuh Svart memancar cahaya merah menyala, Putra Mahkota Kerajaan Vanaheim itu memang memiliki kemampuan mengendalikan api. Tak selang berapa lama Svart keluar dari air sambil menggendong tubuh Lilla yang terkulai tak berdaya.

Dalam tiga kali hentakan kaki, Svart berhasil membawa tubuh Lilla ke dataran yang lebih tinggi. Dia membaringkan tubuh putri itu di atas baju zirahnya. Svart berusaha menyelamatkan Lilla dengan memberikan bantuan pernapasan.

"Svart ...."

Lilla sadar, menatap aneh ke wajah Svart yang hanya berjarak dua jari dari wajahnya, tetapi justru Svart merengkuhnya. Seolah-olah dia ingin melepaskan kepanikan yang menyerangnya barusan. Lilla sebenarnya sangat heran, hanya saja tubuhnya yang lemah membiarkan Svart memeluknya.

Dari kejauhan Blå menyaksikan semuanya dan menyadari bahwa temannya itu menyukail Little Lillanya. Terbukti dari kepanikan dan kesigapannya menyelamatkan Lilla.

"Lill, kau baik-baik saja?"

"Oh, iya. Big." Lilla berusaha bangkit dan melepaskan diri dari Svart.

Svart terlihat canggung dan gugup. Buru-buru Blå merangkulnya. "Terima kasih kawan. Kalau tidak ada kamu, entah bagaimana Lillaku," ucap Blå bersungguh-sungguh.

Sejak peristiwa itu, Lilla menerima baik kehadiran Svart di antara mereka. Bahkan beberapa kali Svart main ke istana sayap kiri, kediaman Putri Lilla atas izin Ibunda Ratu, tentunya. Didampingi Blå dengan berani dan sopan Pangeran Svart menghadap Ibunda Ratu Himmelen untuk mengunjungi Putri Lilla di kediamannya.

Ibunda Ratu memang sudah sejak awal terpesona dengan kearifan Putra Mahkota kerajaan terbesar pemimpin Jagad Verdensrommet itu. Suatu kebanggaan bagi seorang ibu bila putrinya diinginkan oleh penerus Kerajaan Vanaheim.

***

"Svart ... Svart ...."

Lilla bergumam dengan mata terpejam dan lelehan air mata.


Bersambung ....


Anyeong Sahabat Mika,

Terima kasih sudah berkenan membaca, jangan lupa vote dan komen ya, terima kasih.

Tunggu update selanjutnya di hari Rabu, ya. Terima kasih.

Pic: WallpaperCave

Begin AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang