Bag : 1

14 2 0
                                    

Gadis itu gemetar ketakutan di pojok ruangan yang gelap dan pengap.

Suara guntur yang menggelegar di luar, serta petir yang dari tadi menyambar-nyambar bumi semakin membuat suasana mencekam.

Tap ... tap ... tap ....

Gadis itu semakin gemetar kala mendengar suara langkah kaki seseorang mendekat dari luar ruangan. Dia menekuk lutut, pelukan pada kakinya semakin dia eratkan.

Krieet ....

Pintu terbuka.

Seseorang yang baru saja membuka pintu itu tersenyum lebar dengan mata yang menatap tajam gadis yang gemetar di pojok ruangan. senyuman yang sebenarnya menyiratkan dendam dan amarah.

Kilatan cahaya petir di luar yang masuk melalui jendela ruangan ini membuat wajah orang itu terlihat semakin menyeramkan.

Seringai di bibirnya tidak pernah luntur seiring dia berjalan--melangkah--mendekati gadis itu. Bajunya basah, begitu juga dengan rambut panjangnya yang acak-acakan karena kehujanan.

Melihat wajah mengerikan di depannya, gadis itu semakin ketakutan.

"Hai," sapanya disertai senyum manis.

Kesal gadis di depannya tidak membalas sapaannya, orang itu menarik dagu si gadis lalu mencengkramnya dengan kuat. Giginya bergemelatuk. Ia nampak marah sekali.

"Berani-beraninya lo gak jawab sapaan gue!" marahnya seraya meremas dagu gadis di depannya. Matanya menatap nyalang gadis yang kini menangis itu. Entah menangis karena takut, atau karena dagunya yang terasa perih karena terkena kuku panjang orang itu.

Gadis itu tidak berani membuka suara. Lidahnya terasa kelu. Bahkan menatap wajahnya saja dia tidak berani.

"Bisu lo?" tanyanya dijawab dengan gelengan susah payah oleh gadis itu.

"Enggak ya?" tanyanya sedih. Orang itu menunduk, tangan kanannya merogoh saku hoodie hitam yang di pakainya dan mengeluarkan sebuah gunting, benang serta jarum jahit yang ukurannya sedang.

"Padahal gue pengennya orang bisu biar ga teriak-teriak pas main sama gue nanti," katanya dengan nada sedih yang di buat-buat.

"Gimana kalo lo gue bikin jadi bisu aja?"

Gadis itu menggelengkan kepalanya kuat-kuat hingga cengkraman di dagunya terlepas.

Orang itu terkekeh, lantas mengeluarkan sebuah tali tambang dari saku hoodie-nya.

Sejenak gadis itu merasa heran, apakah saku hoodie orang itu adalah kantong doraemon? Pasalnya kantong itu muat banyak sekali barang.

Orang itu berdiri. Dengan kasar dia menarik gadis itu menuju tengah ruangan. Kemudian mengikatnya dengan tali yang dia bawa dengan kencang sampai-sampai gadis itu terus merintih kesakitan karena tali tambang itu menggores kulitnya.

"Buka mulut lo!!" perintahnya dengan suara keras mengalahkan suara petir di luar.

Tentu saja gadis itu tidak menuruti perintahnya, dia tidak bodoh. Walaupun tidak tau apa yang akan orang itu lakukan kepada dirinya, dia tau kalau dia menurutinya pasti akan membahayakan nyawanya.

"Lo keras kepala banget ya!! Kalo lo nggak mau buka, biar gue aja yang buka mulut lo!!" ancamnya yang bukan hanya ancaman semata. Dengan kejam orang itu menjambak rambut gadis yang kini tengah terisak.

Jambakannya begitu kuat. Hingga rasanya kulit kepalanya seperti akan ikut tercabut. Mau tak mau dia membuka mulut karena rasa sakit yang luar biasa ini.

Seringai di bibir orang itu tersungging lagi kala dengan mudahnya dia mendapat apa yang dia mau. Dia membuka mulut gadis di depannya lebar-lebar lalu menarik lidahnya keluar. Tangan kirinya mencari gunting yang dia letakkan di sampingnya tadi, setelah ketemu dia langsung memotong lidah gadis di depannya tanpa aba-aba.

Darah segar mengalir dari lidah gadis itu.

Orang itu tersenyum puas dan langsung saja ia membuang lidah menjijikan itu ke sembarang.

Air mata gadis di depannya semakin deras. Dia ingin berteriak tapi tak bisa. Dadanya terlalu sesak. Seolah-olah ada yang meremas jantungnya.

Orang itu lanjut menjahit mulut gadis itu dengan benang dan jarum yang dia bawa.
Jelas keadaan gadis itu mengenaskan. Darah terciprat di mana-mana, tubuhnya pun kotor terbalut darahnya sendiri.

"Jijik gue liat air mata lo," katanya dengan memandang gadis di depannya jijik. Ia segera mempercepat jahitannya di mulut gadis itu. Karena tergesa-gesa, hasilnya menjadi berantakan.

Matanya menemukan sebuah gelang di tangan gadis itu, dia tau gelang itu dari siapa. Dari orang yang sudah membuat hatinya hancur. Dia sudah baik hati membuka pintu hatinya untuk laki-laki seperti itu, tapi malah dihianati. Seharusnya dia menuruti ucapan Papanya waktu itu.

Dia mengambil gelang tersebut. Sepersekian detik kemudian, sebuah pisau tertancap indah di perut gadis itu. Orang itu mencabut pisaunya lagi dan kali ini dia tancapkan tepat di dada bagian jantung gadis itu, membuatnya menjerit lalu setelahnya dia langsung meninggal.

Orang itu langsung keluar dari gudang tua tempat ia membunuh gadis tadi.

Gudang tersebut terletak agak jauh dari jalan raya, sebenarnya tak begitu jauh, hanya saja tertutup pohon-pohon besar dan tinggi membuatnya tidak terlihat.
Daerah sana juga sepi, tidak ada orang yang akan datang ke sana.

Tidak ada penerangan di sepanjang jalan, ia hanya mengandalkan netranya yang tajam untuk menemukan jalan luar. Berada di hutan ini malam-malam membuatnya terus merasa waspada karena di sana masih banyak hewan buas yang bisa tiba-tiba menyerang.

Sekelebat bayangan hitam seperti berdiri di belakang pohon yang baru saja orang itu lewati, ia menduga ada orang lain di sana tapi itu tidak mungkin, orang itu berhenti untuk mengamati, tapi bayangan itu sudah tidak ada lagi.

Hutan ini tidak mungkin ada orang lain yang memasukinya selain dirinya, jadi kemungkinan itu adalah hewan buas, ia langsung mempercepat langkahnya, berusaha tidak membuat suara agar binatang itu tidak mengejarnya.

Di depan sana, mobilnya sudah terlihat, ia langsung berlari dan masuk ke dalam mobil. Mengamati sekitar lagi lalu menyalakan mesin mobil dan pergi dari sana.

Baru beberapa kilometer, ia melihat ada kobaran api di hutan, jika di lihat sepertinya itu kawasan gudang tadi, tapi bagaimana gudang itu bisa terbakar? Ia tidak merasa membakar gudang itu. Tidak mungkin korsleting listrik karena disana tidak ada listrik. Ia hendak memutar kembali ke sana namun urung. Lebih baik ia segera pulang saja.

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SisichopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang