BT1

38 7 3
                                    

Baru netes, bantu ramein yok. Btw jangan lupa vote.

>>>>

Seorang anak perempuan, dengan rambut pendek dan sepatu sport putih dikaki mungilnya terlihat mengila. Dia menendangi beberapa anak seperantarnya dengan bringas.

"Udah hiks jangan pukul lagi, kasihan mereka." Suara bergetar dibarengi isakkan itu membuat sang anak perempuan berhenti melakukan aksinya.

Mendengus pelan, anak perempuan itu menurut walaupun masih kesal setengah mati.

"Kalian pergi atau mau aku kasih pelajaran lagi?!" Mendengar itu bagai robot yang diperintah, anak-anak kecil seumurannya bahkan ada yang lebih tua darinya berhamburan pergi tak tahu arah. Di otak mereka kini sudah tersetting.

"Jangan ganggu cewek itu, bahaya!"

Anak perempuan itu mendengus, lalu berjalan mendekat kearah anak laki-laki yang sedikit lebih tua darinya. Mungkin sekitar empat atau enam tahun.

"Kamu kok lemah banget sih? Kalo diganggu itu dihajar bukan malah diem nunggu ditolongin!" Cecar nya dengan wajah ketara sekali jika anak perempuan itu kesal setengah mampus.

Sedangkan yang dimarahi malah terlihat menekuk bibirnya kebawah dan siap untuk menangis kembali.
"Hiks kok gitu, kasihan hiks." Jawabnya sambil terisak.

Karena kesal mendengar jawaban tak memuaskan dari anak laki-laki lembek di depannya, Anak perempuan itu reflek menendang kaki anak laki-laki itu yang mana malah membuat anak laki-laki itu menangis bertambah kencang lantaran sakit.

"Huwaaaa, sakit hiks huwaa." Seketika anak perempuan itu dilanda panik, dia berjongkok lalu memegangi tangan, wajah, perut dan paha anak laki-laki itu diiringi pertanyaan.

"Mana yang sakit?!"

Tapi anak laki-laki itu ternyata enggan menjawab dan memilih kembali menangis, membuat Anak perempuan itu bertambah panik dan tanpa sadar membentak anak laki-laki itu.

"MANA YANG SAKIT?! NGOMONG DONG BIAR AKU TAU HIKS." saking paniknya anak perempuan itu malah ikut menangis, walaupun kuat dan jago beladiri. Nyatanya anak perempuan itu masih seorang anak berusia 10 tahun, yang memiliki hati rapuh.

"Kaki Biyan sakit hiks." Jawab anak laki-laki sambil menangis.

Anak perempuan itu segera memegangi kaki anak laki-laki itu, dan langsung menariknya untuk meluruskannya. Karena rasa sakit yang tiba-tiba menderu, anak laki-laki itu menangis bertambah kencang.

"Huwaa sakit hiks." Anak perempuan itu membiarkan, dengan jejak air mata di kedua pipinya dia berusaha tak mendengar tangisan membahana anak laki-laki itu karena bisa membuatnya hilang fokus.

Dengan telaten, seperti yang diajarkan pelatihnya. Anak perempuan itu setelah meluruskan kaki anak laki-laki disamping nya, tangannya memegang pertengahan telapak kaki. Lalu tangan satunya memegang ujung lutut anak laki-laki itu, setelah itu jeritan kesakitan mengema di taman. Tempat kedua anak itu bertemu.

Anak perempuan itu bangkit, lalu mengulurkan tangannya kearah anak laki-laki itu yang masih sesenggukan tapi tak seheboh tadi.

"Udah mendingan kan? Ayo!" Ajaknya, tangannya masih setia bergelantungan. Menunggu anak laki-laki itu menerima ulurannya.

"Iya hiks." Jawab anak laki-laki itu seadanya. Lalu meraih tangan anak perempuan itu untuk membantunya berdiri.

"Aku gak tau dimana rumah kamu, yang aku tau cuma nama kamu. Biyan kan?" Cerocos anak perempuan itu yang ternyata cukup cerewet.

BianTaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang