Gadis itu melangkah penuh percaya diri. Mengangkat dagunya setinggi mungkin seakan tak ingin terintimidasi oleh tatapan seseorang didepannya.
“Apa maumu?” ujar gadis itu seraya melipat kedua tangannya di depan dada.
Pri didepannya hanya tersenyum kecil seraya menggelengkan kepalanya pelan. “Kau sama sekali belum berubah Jessy”
Gadis itu mendengus kesal, ia sama sekali tak menyukai panggilan itu. Panggilan yang membuatnya mengerti akan kepedihan hati. “Jangan memanggilku seperti itu, kau lihat aku sudah besar” rutuk gadis itu kesal. “Paggilan itu sama sekali tak pantas untukku”
“Oh ya? Tapi kurasa itu masih cocok untukmu. My Jessy” ujar pria itu seraya tersenyum miring dan lantas berjalan menghampiri Jessica –gadis itu— yang menatapnya dengan waspada.
“Christian, berhenti disitu!” perintah Jessica seraya melangkah mundur. Terlihat tatapan gadis itu menyiratkan ketakutan yang mendalam.
Pria yang dipanggil Christian itu mengerang frustasi menatap Jessica yang nampak begitu takut padanya. Apakah tiga tahun terakhir ini, gadis itu tidak bisa melupakan kejadian menjijikan itu? Kejadian yang dibuatnya sendiri dan membuatnya harus rela melepaskan Jessica dari kehidupannya. Apakah waktu yang ia berikan belum mampu menutupi kepedihan gadis itu? Apakah ia tak bisa di berikan satu kesempatan untuk menebus semuanya?
“Jessica—” ujar Christian dengan suara tercekat. “Ku mohon, berhentilah menghindariku!”
Jessica menggelengkan kepalanya seraya menatap sekelilingnya, mencari keberadaan asistennya. Namun sayang, sepertinya Christian telah merencanakan ini semua. Membuatnya harus berdua dalam resort yang ia tangani sendiri.
“Apakah tidak ada kesempatan untukku?” ujar Christian dengan nada frustasi.
Jessica hanya menggelengkan kepalanya pelan, tak mampu menjawab pertanyaan Christian.
“Apakah kau sudah menemukan penggantiku?”
Jessica mendengus kesal menatap pria didepannya dengan sinis, “Memangnya kau siapa? Yang kuingat, kau hanyalah teman kakakku”
“Jessica—”
“Cukup Christian, kumohon cukup! Dari dulu sampai sekarang, tidak ada hubungan khusus antara kita. Kesempatan yang kuberikan berakhir tiga tahun yang lalu. Aku lelah, kumohon tinggalkan aku” ujar Jessica dengan sekuat tenaga dan tak membiarkan air mata yang terkumpul di pelupuk matanya jatuh begitu saja. Ya, ia tak ingin terlihat lemah di depan Christian dan ingin membuktikan bahwa ia bisa hidup tanpa laki-laki itu.
“Tapi Jessica—”
“Leave me alone, Christian!” teriak Jessica lantas berlalu pergi dari hadapan Christian. Mengapa tiga tahun belum cukup untuknya melupakan semua kenangan pahit yang ia terima? Mengapa ia masih tak sanggup bertemu dengan Christian?
***
“Kakak, nanti kalau Jessy sudah besar. Jessy ingin menikah dengan kakak” ujar seorang gadis kecil menatap seorang anak laki-laki yang terpaut beberapa taun darinya.
Anak laki-laki itu tertawa kecil mendengar celotehan yang setiap hari ia dengar dari tetangga sebelah rumahnya, “Tidak mau, kakak sudah punya pacar” ujar anak laki-laki, membuat gadis kecil di depannya menekuk wajahnya.
“Pacar? Pacar itu apa kak?”
“Nanti kalau sudah besar pasti baby juga tahu” ujar anak laki-laki seraya menepuk pelan kepala gadis kecil didepannya.