1 - Berubah

36 8 23
                                    

Suara tabrakan antara mobil dan pembatas jalan terdengar keras. Asap mengepul dari mesin mobil. 

"Mamaa...." ucap seorang gadis kecil berusia 3 tahun

Gadis kecil itu terlihat ketakutan sambil memegang boneka kelinci dengan tangan gemetar. Gadis itu merangkak dengan susah payah berusaha mengapai tangan sang mama, tangan kanannya terluka akibat serpihan kaca jendela mobil yang pecah. 

"Mamaa....." panggilnya sekali lagi dengan suara parau

Sang mama menatap gadis kecilnya, dengan susah payah ia menggerakan tangannya untuk mengusap rambut gadis kecil itu. Tangan mungil milik gadis kecil mengelap darah yang bercucuran dari kepala mamanya.

"Ma..maa... ber..da..lah" 

Mama tersenyum "Mama sama papa sayang sama ecca"

Gadis kecil itu terbatuk, asap semakin banyak dan terlihat ada percikan api dari bagian depan mobil. Dengan susah payah ia ingin memeluk mamanya saat seseorang membuka paksa pintu mobil, samar - samar dirinya merasakan tubuhnya diangkat oleh seseorang ingin rasanya membuka mata tapi asap tebal membuatnya menyipitkan mata. Selang beberapa detik terdengar bunyi ledakan yang sangat hebat.

Suara sirine pemadam kebakaran terdengar berkumpul dengan suara banyak orang. Rasanya sakit, sesak, pusing dann...... Gelap.


Ughhhh.....

Seorang gadis dengan rambut berantakan dan piamanya yang lusuh terbangun dengan keringat dingin yang membasahi pelipisnya. Mimpi itu lagi. Ia memijit keningnya pelan merasa pusing, diliriknya alaram diatas nakas tepat pukul 06.15 ah sial bangun kesiangan. Dengan langkah buru-buru segera disambarnya handuk dan berlari menuju kamar mandi. Selang beberapa menit ia selesai mandi dan segera menggenakan seragam sekolahnya. 

" Arghh sial bisa marah Kevan gara-gara nungguin gue" ucapnya mengumpat dalam hati menyalahkan dirinya karena telat bangun.

Segera disambar tas ranselnya dan berlari keluar rumah. Ia semakin mempercepat langkahnya menuju rumah Kevan yang berada tepat didepan rumahnya. Sampai depan pintu keluarga Argantara, sebelum menekan bel ia mengatur nafasnya yang memburu, dirasa cukup tenang  tangannya pun menekan bel rumah itu. Tak berselang lama seorang ibu berusia 40 tahun membuka pintu.

"Pagii tantee" sapa Alesya sambil menyalimi tangan tante Ratna, ibu Kevan

" Pagi Esya, kok belum berangkat bukannya tadi bareng Kevan?" tanya tante Ratna

"Loh, Kevan udah berangkat?!" kata Alesya  refleks menoleh ke garasi dimana terdapat montor Kevan disana " Tapi kok montornya dirumah tan?" 

"Iya tadi pagi berangkat minta naik mobil, tante kira ya bareng sama kamu biasannya kan emang gitu" 

Alesya mengerucutkan bibirnya "Ya udah deh Esya naik bus aja"

"Kamu udah sarapan?" tanya tante Ratna

Alesya menggeleng pelan

" Ya udah sini sarapan dulu" 

"Udah telat tantee, Esya berangkat aja yaa" ucap Alesya menyalimi tangan tante Ratna bersamaan dengan sebuah taxi yang berhenti di depan rumah keluarga Argantara

"Nah kebetulan pas banget kamu naik taxi aja gih, itu tante yang pesen taxinya" ucap tante Ratna

"Tapi kan--" potong Alesya

"Udah sana keburu telat" tante Ratna mendorong pelan tubuh Alesya

Dengan terpaksa Alesya melangkahkan kakinya memasuki taxi, tapi sebelum dirinya masuk ia menoleh lalu melambaikan tangannya "Dadahh tantee"

ChocolateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang