Prolog

185 25 1
                                    

Suara bising mengelilingi. Keadaan yang tidak biasa namun sudah menjadi kebiasaan setiap tahunnya. Sebuah ajang perlombaan bagi para penjahit pemula. Ajang yang akan membawa para pemenang mendapatkan jalan kesuksesan lebih mudah namun juga terjam.

Mitsuya Takashi, seorang penjahit pemula yang sedang berdiri di depan gedung perlombaan. Menatap gedung tersebut dengan mata lusuhnya. Mungkin memang penampilannya sudah berubah karena dia sudah berbenah diri untuk hadir lebih baik di acara tersebut namun matanya tidak dapat berbohong, dia sangat lelah.

Kakinya melangkah menuju tempat pendaftaran ulang bagi peserta. Mengkonfirmasi data yang sudah ada kemudian masuk menuju tempat peserta. Membawa sebuah baju dengan tangannya dengan sangat hati-hati bagaikan membawa sebuah poselen.

Seorang wanita mengarahkan Takashi menuju ruangan peserta agar bersiap seperti peserta lainnya. Ketika sudah berterima kasih, Takashi langsung mengambil salah satu patung dan mengatur tinggi dari patung tersebut. Membuka sarung pakaian dan mengeluarkan pakaian yang ada di dalamnya.

Sebuah baju hitam panjang terpajang sangat cantik di depannya bahkan peserta lainnya terpana dengan pakaian di depannya. Takashi tersenyum ketika merasa puas dengan apa yang dia lihat, benar-benar puas hingga tanpa sadar dirinya meneteskan air mata.

"Acara akan dimulai sebentar lagi, kami sudah menyiapkan model sesuai ketentuan yang ada, silahkan pilih mereka."

Salah satu petugas datang untuk memberitahu waktu acara. Takashi langsung bersiap dan memilih model lelaki yang sudah di siapkan. Menatap mereka satu-satu dan memperhatikannya dengan hati-hati.

Akhirnya keputusan itu tertuju pada pria dengan tinggi 189cm dengan rambut panjang berwarna blonde. Mengingatkan Takashi pada sahabatnya dan pria yang menjadi inspirasi dari baju tersebut.

"Mohon bantuannya," ucap pada Takashi pada sang model.

Takashi memakaikan baju tersebut pada sang model kemudian menyerahkan pada bagian riasan untuk sentuhan akhir, tidak lupa dia meminta model rambut kepangan yang terlihat tidak asing. Setelahnya Takashi berjalan keluar bersama sang model dan tanpa mereka sadar, seseorang terpikat dengan pakaian milik Takashi.

"Bajunya bagus, sayangnya itu untuk laki-laki."

"Lady, kau selalu saja meremahkan para penjahit."

Wanita yang dipanggil lady itu hanya menatap datar pria di sampingnya. "Tidak, aku hanya tidak puas jika model itu untuk laki-laki, setidak ada pasangannya."

Kemudian acara dimulai. Beberapa kategori ditampilkan, mulai dari pakaian musim dingin hingga pakaian musin hangat. Beberapa pakaian yang masuk dalam katagori formal juga ada di sana, seperti gaun dan juga jas.

Sampailah giliran Takashi untuk menunjukan pakaiannya. Para juri melihat dengan sangat teliti pakaian tersebut sedangkan Takashi yang berada di ujung belakang panggung hanya menatap gugup para juri. Reaksi para juri tidak bisa ditebak, mereka benar-benar mengkondisikan wajah mereka agar terlihat senetral mungkin. Namun penonton tentu tidak bisa melakukan hal itu.

Para penonton yang menatap kagum ke arah pakaian itu. Nampilkan warna hitam yang elegan serta bordiran naga yang dibuat mencolok. Mereka semua terpana dengan pakaian milik Takashi. Bahkan indrapun tidak akan berpaling dari pakaian tersebut.

"Darah, keringat, dan air mata."

"Lady, kau selalu saja berkata secara tiba-tiba."

"Aku hanya mengatakan apa yang aku inginkan, bisa kau katakan pada tuan Ed, aku ingin penjahit itu."

Pria tersebut hanya menghela napas mendengarkan perkataan wanita di sampingnya kemudian menelepon pria yang dipanggil Ed tersebut. Tidak disangka orang itu adalah salah satu juri yang ada di depan panggung.

Apate || Mitsuya TakashiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang