"Akhirnya!" Teriak wanita berambut panjang yang terurai. Ia berkulit putih, rambutnya yang indah serta suaranya yang imut seketika menjadi pusat perhatian orang-orang.
"Duhhh seneng sih seneng, tapi ngga usah teriak juga kaliii." Ucap lelaki bertubuh tinggi dengan rambut hitam dan kulitnya yang putih menggerutu. "Liat tuhh orang-orang pada ngeliatin kita tauuu." Lanjutnya.
"Hehehe iya deh maaf. Abisnya aku seneng bangett Rycko! besok udah sekolah, dan lebihnya lagii di sekolah pilihan aku!" Tanpa sadar wanita itu berteriak kembali.
"Amie kamu inii badan mungil tapi sukanya teriak." Canda Ricko. "Udah ah, yuk selesaiin daftar belanjaan untuk sekolah besok. Di dalam perutku sedang demo tauu." Gerutu Rycko.
"Ah bercanda Mulu kamu, hahaha." Ujar Amie sambil tertawa.
"Ih seriusan, demi inii kalo ngga percaya denger aja." Ujar Rycko, tak lama terdengar suara perutnya yang keroncongan. "Krucukk! Krucukk!"
Namun Amie keheranan mendengarnya. Karena menurut Amie, suaranya terlalu kencang, ia pun mencari sumber suara.
"Emang sih suaranya dari kamu, tapi bukan dari peruttt melainkan mulut kamuuu. Pantesan kenceng banget huuu." Sorak Amie.
"Ih beneran ini laper lohh. Udah tiga jam muter-muter mall nyari perlengkapan sekolah huft." Ucap Rycko diakhiri menghembuskan nafasnya.
"Iya deh iya, yuk kita makan. Lagian udah selesai juga nyari perlengkapan sekolahnya," Ucap Amie sambil menarik tangan Rycko pelan.
Sesampainya di restoran bernuansa makanan Jepang, mereka langsung memilih tempat duduk dan memesan makanan.
"Eh tunggu deh. Kacamata kamu dimana?" Tanya Rycko tiba-tiba.
"Ada kok, " jawab Amie sambil menunjuk tas selempang kecilnya yang masih melingkar di pundak.
"Kok ngga dipake?" Tanya Rycko kembali.
"Ngga ah. Lagian kan matanya ngga minus." Jelas Amie.
"Iya tauu tapi kan-"
"Eh makanannya udah dateng, udah ah laper. Katanya kamu laper?" Amie mengalihkan pembicaraan.
"Eh iya." Jawab Rycko singkat. Ia tahu Amie mengalihkan pembicaraan.
"Ehm kalo nanti di Sekolah yang baru, kamu bakal cari sahabat baru ngga?" Tanya Amie dengan nada yang memelan. Dari suaranya ia terdengar sedih.
"Tenang aja-" suara Rycko berhenti saat sadar akan ucapan Amie.
'Eh barusan apa kata Amie? Sahabat?' Rycko membatin.
"M-maksudnya?" Tanya Rycko terbata.
"Yaa kan nanti beda Sekolah, apa kamu bakal cari sahabat baru? Dan hm ngelupain persahabatan kita?"
'Apa! Jadi selama ini-' batin Rycko.
"Yaa ngga lah! Hahaha tenang aja kali, walaupun nantinya beda sekolah aku bakal tetep jadi sahabat kamu. Aku tau kamu pernah kehilangan dan ditinggal pergi sama sahabat dulu. Padahal cuman gara-gara beda Sekolah. Tapi tenang, aku ngga gitu." Ucap Rycko menenangkan Amie.
Mendengar ucapan Rycko, Amie nostalgia dengan kisah kelam persahabatannya yang dulu. Tanpa sadar, ia menitikkan air matanya.
Rycko yang melihat itu, ia pun segera mengambil tisu. "Nih, jangan nangis dongg."
"Eh iya, makasih." Ucap Amie dengan senyum hangatnya.
"Rencana abis ini kemana Amie?" Tanya Rycko mengalihkan kesedihan Amie. Ia merasa bersalah atas ucapannya.
"Mau pulang aja deh, soalnya besok kan sekolah. Jadi harus nyimpen energi hehehe." Jawab Amie sambil bergurau.
"Ya udah, aku mau bayar bill nya dulu. Abis itu aku anterin ke rumah ya." Ucap Rycko.
"Nih anak, kebiasaan. Bill kita patungan ajaaa kan aku juga ikut makan," ucap Amie sambil menaruh paksa uangnya di tangan Rycko.
"Lo ada geh yang kebiasaannn keras kepala banget ahahah." Ucap Rycko.
Sontak Amie kaget mendengarnya, "Lo? Bukannya Rycko yang mau manggil aku kamu, bukan Lo gue?" Tanya Amie dengan mata terbelalak.
'duhh kelepasan. Iya sih, emang aku yang mau tapi kann ya bukan sebagai sahabat doang. Dari dulu ternyata salah sangka, kirain Amie mau lebih dari sahabat eh ternyata salah. Argh! Dasar! Kepedean lo Rycko! Amie itu anggap Lo sahabat doang, ngga lebih! Pantesan di ajak jalan malah jadi main, huft' batin Rycko.
"Eh maaf salah, maksudnya kamu. Yaa itu maksudnya." Elak Rycko.
Amie pun hanya mengiyakan.
Usai Rycko membayar bill, "Udah yuk, pulang." Ajak Rycko.
"Ya iyalah pulang, masa nginep." Canda Amie melumerkan suasana yang tadinya kaku.
"Ahahah, ya ngga lah." Rycko membalas candaan Amie.
Di parkiran, Rycko mencari motor besarnya yang berwarna merah menyala. "Nah yuk, naik." Ajak Rycko usai menemukan kan naik ke motornya. "Eh sebelum itu, pake kacamatanya yaa." Lanjutnya.
"Iya iya." Amie langsung menurut. Biasanya ia akan ngeyel, namun kini ia sudah lelah karena mencari-cari peralatan Sekolah.
Rycko pun memicu gasnya perlahan, dan saat keluar area mall ia menaikkan kecepatan.
"Pegangan Amie!" Ujar Rycko.
"Pegangan pegangann itu mah akal-akalan kamu ajaa," canda Amie sambil memegang jaket hitam Rycko erat.
Tak butuh waktu yang lama untuk sampai di rumah bertingkat dengan pagar tinggi cat biru langit dan cat tembok rumah berwarna cat biru laut dengan gambar seakan laut.
"Gambar kamu bagus, nanti gambar di rumahku juga yaa." Ucap Rycko.
"Emangnya aku tukang gambar apaa." Gerutu Amie.
"Yeee seriusan, bagus." Ujar Rycko.
"Udah ah, percuma aku ngga ngefly hahaha. Aku masuk dulu yaa. Hati-hati di jalan," ucap Amie sambil melempar senyum dan menekan tombol bel di pagarnya.
"Enak aja main kabur," Rycko menghentikan Amie.
"Eh kenapa?" Tanya Amie heran.
"Liat nihh jaket ku lecek gara-gara kamu pegangan kuat bangettt. Yaa harusnya biar ngga lecek pegangan aja ke pinggang." Gerutu Rycko.
"Ih ngacooo. Udah ah, bercanda mulu." Ucap Amie.
"Hahaha iya deh, bye." Rycko berpamitan.
"Hati-hati, jalan gelap."
"Iya tau gelap, namanya juga malem heheheh." Ucap Rycko yang masih sempat-sempatnya bercanda. Tak lama, ia memicu gasnya dengan kecepatan sedang. Setelah keluar dari gang rumah Amie, ia memicu gasnya dengan kecepatan tinggi. Seperti sedang menantang maut! Kayak orang sengaja nyari mati!
Amie mengirim WhatsApp ucapan terimakasih ke Rycko karena sudah menemaninya, tak lama ia pun terlelap dalam tidurnya. Ia sempat setengah sadar, "lagi-lagi begini. Kenapa sih mah, pahh." Ucap Amie seakan berbisik. Lalu kembali terlelap dalam tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini aku? atau orang lain?
RandomKehidupan wanita feminim pada umumnya namun sebenarnya ia setengah tomboi. Orang tuanya selalu mengkhawatirkan dia, sebut saja Amie. Memang Amie anak tunggal, 'namun tak dimanja seperti ini juga' pikirnya. Uniknya disaat anak pada umumnya yang ingin...