"Kringg kringg!" Terdengar bunyi nyaring alarm.
"Hoamm," Amie menguap sambil menutup mulut dengan tangannya. "Eh sekarang jam? A-apa! Wah gawat, bisa telat nih!" Amie langsung bergegas mandi dan bersiap ke sekolah. Cewe dikenal lama dalam berdandan, namun beda dengan Amie. Cewe setengah tomboi ini bisa dibilang mengalahkan rekor, buktinya tak butuh waktu lama ia sudah siap menuju Sekolah.
Amie menuruni anak tangga dengan tergesa, lalu menghampiri meja makan.
"Sayangg pelan-pelan dong, nanti kamu jatuh." Tegur Pria berambut coklat dengan pakaian rapih berjas.
"Duhh sulit pah, " ucap Amie sambil mengambil sepotong roti selai strawberry lalu memasukkan ke dalam mulutnya.
"Kamu nih yaa seengaknya makan sambil duduk sayang," tegur wanita berambut cokelat ikal bertubuh ramping dan berpakaian khas kantoran.
"Eh iya mah, pah. Abisnya aku bisa telatt, masa hari pertama udah telat. Huft," ucap Amie diakhiri menghembuskan nafasnya.
"Oh iya sayang, maaf yaa mamah ngga bisa nganter ke sekolah kamu."
"Masa mamah lebih prioritas kerjaan sihh," tegur papah dengan nada datar.
"Pah, masih pagi. Jangan ngajak ribut, bisa?" Protes mamah dengan intonasi yang ditekankan.
"Eh Amie ngga papa. Kan bisa naik motor," ucap Amie melerai sambil jalan menuju garasi.
"Hati-hati ya sayang," ucap papah dan mamah bersamaan.
"Iya mahh pah," ucap Amie sambil mengamit tangan kedua orangtuanya.
———————————————
Amie memicu sepeda motornya dengan kecepatan tinggi, hingga tak butuh waktu lama untuk sampai di Sekolah. Amie memarkirkan motornya, lalu bergegas mengganti baju menjadi seragam sekolahnya dengan baju kemeja putih yang dimasukkan ke dalam rok sepanjang dengkul berwarna abu-abu.
"Ok, beres. Eh dasi sama topinyaa lupa, duh auto sasaran kakel." Ucap Amie lirih meratapi nasibnya nanti.
Para siswa berbaris dengan rapih, dimulai dari yang bertubuh mungil lalu jangkung. Seperti yang terduga, Amie barisan pertama. Argh kenapaaa apa aku yang bertubuh paling mungil? Huft.
"Heh kamu! Kedepan sekarang juga!" Ucap wanita berambut hitam lurus panjang sambil menepuk bahu Amie. Mungkin namanya Farah, sebab nama Farah terpampang jelas pada name tag yang ia kenakan.
'Nah kann bener aja.' Amie membatin. Ia pun maju dengan menundukkan kepala.
"Nunduk aja, nanti nabrak cuy!" Ledek lelaki bertubuh atletis jangkung karena melihat sikap Amie. Amie tak memedulikannya.
Upacara pun dimulai, yang dipimpin kakak kelas tentunya. Dan pastinya ada kata-kata ucapan selamat datang dari kepala sekolah.
"Ih gila! Ganteng bangettt aww meleleh gue," ucap histeris beberapa wanita di samping kananku yang tak memakai atribut lengkap juga.
"Eh Lo sadar ngga sih, cowo cool yang di samping guee. Seangkatan kitaa, badannya atletis ga tuhh!" Teriak wanita di samping kiriku tak kalah histerisnya.
'COBAAN MACAM APA INIII DIKELILINGI PEREMPUAN ALAY BIN LEBAY.' Batin Amie pasrah dengan keadaan. Cowo yang mendengar pujian, lantas besar kepala. Ia semakin berlagak sok cool, sok keren, sok ganteng. Yaa padahal sih, sama aja kena hukum. Buat apa cobaa, jujur ga guna banget. Selesai upacara, hukuman babak pertama dimulai. Para murid yang tak lengkap atribut maupun seragam, langsung diberi sangsi.
"Nahh sangsi untuk kalian nih yang melanggar aturannn kalian harus tau semua kakel yang sebagai petugas upacara tadi!" Ucap kak Fara dengan intonasi ditekankan. Seolah inilah yang ia tunggu, yaitu menghukum adik kelasnya."Ih males banget," celetuk lelaki bertubuh atletis. Nih anak emang suka nyari gara-gara, sok cool pula hadehhh.
"SIAPA TADI YANG BILANG MALES!" tanya kak Farah dengan nada meninggi.
"Gue." Jawab lelaki bertubuh atletis dengan santainya.
"Siapa nama kamu?" Tanya kak Farah tiba-tiba bernada lembut saat melihat lelaki bertubuh atletis.
"Raaz zylo." Jawabnya.
"Kenalin ya, aku Farah. Panggil aja Farah, ok? Sebagai kakel yang baik, emang seharusnya saling kenal." Ujar kak Farah lembut. Berbeda 180 derajat dengan yang sebelumnya. Hadehh mau seangkatan atau kakel, sama aja. Herannn.
"Eh Raaz, kenalinnn aku Alina! Udah seharusnya saling kenal kan, apalagi seangkatan." Serobot perempuan yang histeris sedari tadi di samping Raaz. Amie lantas pergi menjalankan sangsi. Biar cepet selesai, ngga perlu basa-basi terlalu banyak, pikir Amie.
"Permisi kak, saya Amie murid yang kena hukuman karena atribut ngga lengkap. To the poin aja ya kak, sangsinya itu harus tau semua nama kakel yang tadi jadi petugas upacara." Jelas Amie singkat, padat, jelas guna meringkas waktu.
"Halo Amie, salam kenal. Wahh to the poin sekali ya," canda kakak kelas dengan berambut hitam bertubuh tinggi dan berisi. Kelihatannya, ia anak basket. Wajar aja tinggi. Amie hanya membalas candaannya dengan senyuman kikuk.
"Kasih tau ngga ya, hmm boleh aja sih tapi ada syarat. Yaa masa hukuman semudah itu," jawabnya dengan diakhiri tertawa. Tawanya menunjukkan deretan gigi putih yang rapih. Mungkin kalo cewe alay tadi liat, pasti udah pingsan.
"Syarat apa kak?" Tanya Amie penasaran. Please, jangan susah-susah amat. Jangan ngerjain kenapa, sekalii aja. Tolong beri contoh sebagai kakel teladan yang tak menyulitkan adkelnya.
"Gampang kok, coba contohin masukin bola basket ke ring satu poinn aja." Ucapnya. Nah kannn mentang-mentang badan kecil, di suruh tugas yang begini. Huft, bisaa Amie pasti bisa. Amie pun diberi bola basket, dihadapannya sudah ada keranjang bola basket. Dengan santainya, Amie melempar bola basket dengan jarak agak jauh. Harusnya jarak segini dan powernya, bisa masuk. Tolonglah perhitunganku pasti betulll. Mata kakak kelas lelaki berambut hitam terbelalak, ia kaget dengan apa yang dilihatnya.
"Ok, udah kak." Ucap Amie menagih janjinya karena ia telah berhasil menjalankan tugas dengan mulus.
"Ok, nama kakak Indra Pratama."
"Makasih kak," ucap Amie lalu pergi meninggalkan kak Indra. Amie mengulang ucapannya yang singkat, padat dan jelas ke kakel lainnya seperti saat ia perkenalan sekaligus menyampaikan maksudnya ke kak Indra. Tentunya, para kakel tak memberi kemudahan. Dimulai dari quiz pelajaran kelas XI, bahkan quiz menebak tahun kelahiran, umur, hobi, cita-cita. Asli ngga masuk akalll gue baru masuk sekolah, tapi dikasih quiz kelas XI yaa belum belajar. Ditambah lagi disuruh jadi peramal, fix abis ini mau istirahat capeee. Cape fisik, cape batin huaaa. Amie sempat kesulitan, namun untungnya kini semua tantangan telah ia selesaikan. Ok, waktunya masuk kelas.
"Tok tok tokk permisi," ucap Amie sambil mengetuk pintu lalu memasuki ruang kelas X IPA 3.
"Ya? Ada apa?" Tanya guru berkacamata dengan rambut panjang yang diikat rapih.
"Saya Amie Bu, sebelumnya mohon maaf saya telat masuk. Karena saya harus menjalani hukuman Bu," jelas Amie.
"Ohh yang atribut ngga lengkap itu ya?" Tanya guru berkacamata tersebut sambil bangkit dari tempat duduknya. "Saya Bu Lastri, wali kelas IPA 3." Lanjutnya.
"Oh iya Bu," Amie merespon.
"Sekarang kamu perkenalan diri dulu yaa," ucap Bu Lastri sambil mengajak Amie berdiri di depan sebagai pusat perhatian.
"Anak-anak, mohon perhatian! Ada teman yang telat masuk kelas, jadi belum perkenalan. Mohon diperhatikan ya!" Ujar Bu Lastri.
"Baik bu!" Ucap semua murid kompak.
"Halo teman-teman sekalian, saya Teh Amie, biasa dipanggil Amie. Salam kenal semua." Amie memperkenalkan diri singkat.
"Teh? Emang punya adik?" Tanya salah satu murid berambut sebahu yang dihias jepit rambut.
"Saya anak tunggal." Jawab Amie.
"Kok aneh sih namanya, lucuu hahah. " Celetuk lelaki bertubuh atletis eh tunggu dia kan anak pembuat onar, yaa tak lain Raaz. Sontak seisi kelas tertawa mengejek, wajah Amie memerah antara kesal dan malu. Argh emang dasar kenapa diperpanjang, cukup dengerin aja kelar.
"Sudah, sudah. Amie, silahkan duduk dekat jendela pojok belakang itu yaaa bersama Vivi." Ucap Bu Lastri menunjuk satu-satunya kursi yang kosong. Mungkin Bu Lastri begitu agar aku kenal teman sebangku. Vivi nampak pendiam, ia hanya melempar senyum ramah padaku. Aku pun membalas dengan senyuman kembali. Rambutnya hitam panjang dengan dikepang, dan ia memakai kacamata. Wah kalo gini ketebak introvert. Tapi dari wajahnya keliatan ada yang mau dia tanya, ah udah lah biarin aja. Toh kalo penasaran, bakal nanya sendiri.
Hari ini adalah masa pengenalan lingkungan sekolah alias MPLS alhasil belum ada KBM, usai bel berbunyi para murid berhamburan keluar kelas menuju rumah masing-masing. Ahh cape juga, padahal baru hari pertama. Gimana hari selanjutnya? Tau ah jalanin aja, pusing mikirinnya. Amie pun berganti seragam sekolah dengan baju kemeja dan celana panjang. Yaa ga mungkin dong ngendarain motor dengan rok sepanjang dengkul, ya kalii bawa motor ngebut dengan pakaian gitu. Sesampainya di rumah, ia menghempaskan diri di atas kasur, lalu terlelap. Seperti biasanya, kedua orang tua Amie pulang dari kantor malam hari atau larut malam; bahkan pernah sampai pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini aku? atau orang lain?
RandomKehidupan wanita feminim pada umumnya namun sebenarnya ia setengah tomboi. Orang tuanya selalu mengkhawatirkan dia, sebut saja Amie. Memang Amie anak tunggal, 'namun tak dimanja seperti ini juga' pikirnya. Uniknya disaat anak pada umumnya yang ingin...