ruang gistara

46 9 7
                                    

Perpisahan? saat perpisahan orang akan mengucapkan selamat tinggal dan ayo bertemu kembali di lain waktu. Gistara, gadis yang masih mempelajari apa arti kata 'Selamat Tinggal' karena melepaskan seseorang yang ia cintai bukan hal mudah 'kan? perlahan mungkin Gistara memahami arti kata 'Selamat Tinggal' bukan sebuah cinta yang dramatis, ini hanya kisah dua pemuda yang jatuh cinta, namun harus berpisah karena sebuah keadaan.

Bagaimana bisa mereka terpisah karena sebuah keadaan? bukan di pisahkan oleh kedua alam yang berbeda, mantan kekasih Gistara yaitu Sagkra yang telah hilang rasa cintanya. Di ruang sunyi kala Gistara mengingat kenangan indah bersama Sagkra, gadis itu menangis tanpa suara. Dia masih sangat muda untuk ini, dia berpikir "Bagaimana bisa aku melewati ini?" sambil menangis.

Sakit hati yang di rasakan oleh Gistara. Sampai saat ini dia tidak percaya bahwa kekasihnya meninggalkannya. Kata-kata yang di ucapkan oleh kekasihnya saat memutuskan hubungan dengannya masih terbenak di otaknya. Kata-kata yang sedih dan menyakitkan. "Gis.. Maaf, hubungan kita, sampai sini saja ya? aku bersyukur bisa kenal sama kamu, kamu perempuan yang kuat, aku tau kamu bisa lewatin semua ini sendirian tanpa aku, terus terseyum, dunia gak terlalu begitu jahat untuk kamu kalau kamu lihat sisi baiknya." Sagkra mengungkapkan perasaannya.

Sedangkan itu,  Gistara yang mendengarnya hanya menahan sesak di dadanya. "Dunia juga bukan selalu tentang cinta kita. tau, kan? takdir sang pecipta emang jahat ya? aku sayang kamu, jangan pernah ngerasa kalau kamu buruk di mata aku. Tidak, kamu kenangan paling manis, terdengar seperti omong kosong? tapi aku mengungkapkanya jujur dari hatiku." tanpa basa-basi Sagkra memeluk Gistara. Saat itu bagian terpuruk Gistara.

Tidak ada kata yang bisa membuat dirinya tenang. Orang akan berpikir bahwa dirinya terlalu di mabuk cinta oleh kasih sayang Sagkra. Gistara melihat Sagkra sebagai pria yang lembut. Bukan berarti Sagkra lemah, menyadari bahwa akhir-akhir ini sifat Gistara yang berubah terhadap Sagkra mungkin yang membuat Sagkra membulatkan keputusannya ini. Sehingga perlahan-lahan, pemuda itu hilang bak sebuah awan putih pada langit biru yang luas.

Gistara mohon kepada sebuah bintang saat malam hari, mitosnya bintang jatuh bisa mengabulkan permintaan seseorang. "Kaulah langit ku, kau saksi cinta ku 'kan?" Gistara kembali mengingat semua kenangan itu. Dia berharap bahwa ini tidak ada habisnya. Dia ingin semua berjalan dengan baik, Gistara sering menyesali apa saja yang pernah ia buat di masa lampau. Mungkin saja di kehidupan sebelumnya cintanya juga seperti ini?

Mengenal Sagkra menurut Gistara mungkin sebuah hadiah yang di berikan oleh sang pecipta, sebuah hadiah yang tidak akan pernah bisa ia dapatkan lagi. Sagkra mengajarkan banyak hal kepada Gistara, bahkan Sagkra berjanji untuk menjadi seorang dokter hanya untuk Gistara. Gistara mengetahui bahwa Sagkra bertekad menjadi seorang dokter. Saat masa sulit Gistara menyemagati Sagkra dengan cintanya. Sagkra membulatkan keputusannya dengan menjadi dokter dengan tujuan untuk Gistara.

Alasannya, Sagkra ingin cita-citanya ini memiliki tujuan lain selain menjadikan masa depan untuknya. Menghilangnya Sagkra dari penglihatan Gistara, walaupun hanya sekilas Gistara ingin berjumpa dengan Sagkra. "Gal.. kamu tau Sagkra kemana?" ini tanya Gistara kepada teman baiknya. Tentu temannya tidak tahu kemana pergi pemuda ini. Selain menanyai teman baiknya dia juga menanyai sahabat Sagkra. "Chandra.. tau kemana Sagkra?" pemuda ini menjawab "Maaf kak, aku tidak tahu dimana kak Sagkra."

Walaupun agak curiga dengan jawaban Chandra, tapi Gistara yakin bahwa Sagkra telah pergi dari sini. Memikirkannya hanya membuat ia pusing. Kenangannya mengelilinginya, dimana saja, tapi hidup Gistara harus tetap lanjut. Gadis berambut panjang berwarna hitam ini, dengan mata sipitnya yang membuat dia terlihat menutup matanya saat tersenyum. Hidup terus berjalan dengan kemauan Gistara.

Gistara selalu mengingat kenangannya bersama Sagkra. Sebuah petunjuk, ada sebuah petunjuk. Entah darimana asalnya, tapi Gistara mendapatkan sebuah petunjuk untuk menemukan Sagkra. Gistara berlari ke sebuah tempat, yaitu Taman. Taman yang sering ia kunjungi. Sudah lama Gistara tidak berkunjung ke taman itu. Dia mengingat senyuman Sagkra yang hangat. "Ah.. kenapa aku ingat Sagkra terus ya?" batin Gistara.

"Kak Gistara!" Sapa pemuda berambut pirang yang mendekati Gistara yang sedang duduk di kursi taman itu, siapa pemuda ini? ia adalah sepupu jauh Sagkra yang berasal dari Amerika Serikat. Gistara mengenalnya, Gistara membalas sapaannya dengan senyuman. "Kak, sendirian aja?" Bahasa Indonesianya memang lancar karena ia tinggal di Indonesia selama 10 Tahun. Namanya Jenius, Sagkra memberitahu Gistara bahwa sepupunya yang satu ini sangat imut, jelas dari bagaimana ia menyapa Gistara.

"Iya Je.. kamu sendirian aja? oh ya, apa kabar?" tanpa basa-basi Gistara menanyai kabar Jenius. Jenius hanya terkekeh. "Aku baik kak! bagaimana dengan kabar kak Gista.. aku dengar, kalian putus?" Gistara tersenyum saat mendengar Jenius melontarkan kalimat itu. "Kak Gista.. kak Sagkra bareng sama kakak kok.. hanya saja.." potong Jenius.

"Kenapa orang-orang gak ngasih tau ini ya? bodoh. Organ hati kak Gista.. itu hatinya kak Sagkra." Gistara berdiri dari tempat duduk itu, dan tentu ia bingung dengan apa yang di maksud dengan Jenius. "Kak Gista, kak Sagkra udah ninggalin kita 3 tahun lalu, kak.." ucap Jenius.

Mendengarnya membuat Gistara bertanya-tanya apakah ini sebuah mimpi dia malam hari? atau dia tertidur di siang hari. Pengungkapan yang tidak di rencanakan, Gistara merasa sangat aneh dengan perkataan Jenius. Seperti mimpinya yang ia lalui tepat 3 Tahun lalu, ia mengingat jelas dengan kejadian itu. Ia selalu berpikir bahwa Sagkra meninggalkannya karena hilang rasa.

Faktanya ia sangat mencintai Gistara, Sagkra membohonginya dengan perkataan memutuskan hubungan mereka. Kisah cinta Gistara menjadi dramatis. Penyakit organ hati yang di alami oleh Gistara memburuk, Jenius bercerita bahwa Sagkra memang belum bisa menjadi seorang dokter yang bisa menyembuhkan pasiennya. Tapi dengan mendonorkan hatinya mungkin ia bisa menganggap dirinya sebagai seorang dokter.

Gistara selalu berpikir bahwa takdir sang pecipta memang tidak berpihak padanya, Sagkra meninggalkannya untuk selama-lamanya. Sagkra menepati janjinya kepada Gistara. Gistara menangis saat mendengar itu. Janji yang dimaksud adalah impian Sagkra yang ia janjikan kepada Gistara. "Sagkra.. makasih, kamu emang orang baik.." Gistara menangis sesenggukan.

Janji yang sangat berharga, sekarang tidak ada lagi Sagkra di dunia ini. Gistara ingin melihat Sagkra untuk terakhir kalinya, ia ingin memutar ulang waktu walau ia tau bahwa ini tidak akan pernah terjadi. Pada saat itu juga ia tidak pernah melihat ke belakang. Ada apa di belakang? tidak ada apa-apa. Hanya Sagkra yang memberi tahu Gistara untuk tidak pernah melihat ke belakang. Karena masa depan ada di depan mata.

Gistara mendapatkan surat yang di tulis Sagkra untuknya. Gistara sempat terkekeh saat mengetahui bahwa Sagkra menuliskan sebuah surat khusus untuknya. Banyak motivasi yang terdapat pada surat itu, yang membuat Gistara semangat menjalani hidup. Tujuannya sekarang hanya membuat Sagkra bahagia di alam yang tenang itu. Saat bagian dimana ia ingin menangis, ia menahannya dengan baik. Namun tetap saja air mata itu keluar dari matanya.

Gistara sudah baik-baik saja. Seperti sudah di beri pertanda oleh sang pecipta Sagkra menulis di akhir surat itu "Aku akan pergi ke tempat perpisahan, jauh dan tinggi di atas." Beberapa air mata jatuh membasahi surat itu. Gistara menghapus air matanya, ia membatin "Kekasih ku tidak akan pergi kemana-mana. Selamanya, aku akan selalu ingat kamu di hati ini."

Kata "Aku merindukan mu." selalu terucap dari mulut Gistara. Walaupun Sagkra tidak di sampingnya, tapi dia mengawasinya dari suatu tempat, yaitu alam yang tenang. Sekarang Gistara mengetahui apa arti kata "Selamat Tinggal." mudah di ucap, namun sulit untuk di jalani di kehidupannya. Gistara mengucapkan "Selamat tinggal Sagkra." kepada Sagkra yang sudah tenang di sisi sang pecipta.

ruang gistaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang