12

536 87 7
                                        

Bram, rani,varo dan bima bernafas lega karena akhirnya rain di pindah kan ke ruang rawat biasa, mereka semua melihat rain yang masih tertidur karena pengaruh obat.

"Dek bangun dong___, kakak kangen banget sama lo" kata varo sambil mengusap wajah rain.

"Sabar dek, nanti juga rain bangun" kata bima dan varo mengangguk.

"Rain kurusan ya?" Tanya varo dengan mata berkaca kaca.

"Ya..namanya juga sakit kak, apalagi selama seminggu rain nggak makan sama sekali" sahut rani, dia juga melihat rain dengan sendu.

Rani benar benar masih teringat bagaimana rain yang gelisah sampai tanda vital nya di bawah batas normal di ruang PICU, beruntung rain bisa melewati masa kritisnya.

"Bunda kenapa?" - bima.

"Nggak papa kak, bunda cuma seneng aja karena rain udah nggak di rawat di ruang menyeramkan itu lagi" sahut rani dan bima mengangguk mengerti.

"Anak kita kan anak yang kuat bunda, rain pasti bisa melalui semuanya dengan baik.

"Ayah yakin rain bisa bertahan sampe dapet jantung yang cocok buat rain" kata bram sambil mengusap kepala rain dengan lembut.

"Amiin" sahut rani,bima dan varo bersamaan.

"Bunda, rain bangun" seru varo saat merasakan jari jari rain bergerak.

Rani,bima dan bram langsung melihat ke arah rain, mereka langsung tersenyum senang saat melihat rain perlahan membuka mata.

"Ayah" kata rain dan bram langsung mengangguk sebagai jawaban, setelahnya dia mencium kening rain penuh kasih sayang.

"Alhamdulilah akhirnya anak ganteng ayah bangun juga" kata bram setelah mencium kening rain.

Rain langsung merengut saat melihat varo dan rani.

"Dek, lo kenapa kok lihat kita begitu?" -varo.

"Rain kan lagi marah sama kak varo dan bunda" sahut rain membuat rani dan varo mengernyit bingung.

"Rain masih inget kalau marah sama bunda?"- rani.

"Masih lah bunda, rain kan cuma tidur sebentar, masa iya rain lupa" sahut rain membuat rani dan varo saling melihat untuk beberapa saat.

Setelahnya rani dan varo tertawa kecil, saat melihat wajah rain yang terlihat lucu.

"Iya deh bunda sama kak varo salah, kita minta maaf ya" kata rani, dia melihat rain dengan ekspresi sedih.

"Tapi jangan di ulangi ya! Nyuruh nyuruh rain minum obat" sahut rain, dia melihat varo dan rani dengan wajah yang masih terlihat pucat.

"Kalau soal minum obat. Bunda nggak mau janji"- rani.

"Kakak juga, kakak nggak mau janji"- varo.

"Kenapa?"- rain.

"Ya kan kalau obat buat kesehatan dan kebaikan lo rain" jelas varo dan di angguki yang lain tanda setuju.

"Ayah__" rain melihat bram sambil mencebikan bibir bawahnya.

"Kenapa, Hmm?"- bram.

"Rain nggak mau minum obat terus, rain capek ayah, tapi bunda maksa rain terus buat minum obat" rain mengadu mencari pembelaan.

"Tapi kan memang rain harus minum obat, kalau rain nggak minum obat gimana rain mau sehat"- bram

"Rain sehat kok, cuma sering capek aja" sahut rain membuat bram tersenyum kecil dengan mata berkaca kaca melihat rain.

"Iya, rain memang sehat, tapi kan minum vitamin perlu sayang, jadi jangan marah lagi ya?" bujuk bram.

Rain menarik nafas panjang untuk menghirup oksigen dari nasal canulla yang terpasang di hidung nya.

"Jadi rain harus maafin ya yah?" tanya rain dengan polos.

"Maafin dong sayang, nggak boleh tau marah marah kayak gitu! apa lagi rain masih kecil. Emang Rain mau jadi anak durhaka karena udah marah sama bunda?" sahut bram membuat rain menggeleng sebagai jawaban.

"Ya udah deh, rain maafin" kata rain membuat varo dan rani tersenyum senang.

Rain melihat bima yang sedang tersenyum padanya.

"Kak bima, permen jelly rain mana? Kemarin kan jajan nya rain taro di  motor kak" tanya rain membuat bima langsung menelan salivanya.

"Eh permen jelly ya? Itu...ng..kayaknya jatoh deh dek, soalnya di motor nggak ada"jawab bima sambil menggaruk kepala nya yang tidak gatal.

"Mampus lo kak, marah nih bocil pasti" bisik varo membuat bima langsung melihat nya dengan tajam.

"Ah kak bima mah ngeselin, rain nggak mau ngomong sama kak bima, rain sebel sama kak bima" kata rain kemudian memalingkan wajah nya ke arah lain.

"Maaf ya rain, nanti kak bima beliin lagi deh, tapi rain jangan marah ya?" bujuk bima.

"Nggak mau, rain marah" sahut rain.

Bima menghela nafas panjang sementara varo merapatkan bibir nya menahan tawa.

"Nggak usah ketawa lo!" sinis bima pada varo.

"Dih siapa juga yang ketawa" sahut varo dengan ekspresi meledek.

"Ayah, rain mau pulang" pinta rain. Dia melihat bram menunggu jawaban.

"Jangan sekarang ya nak! Kalau rain udah baikan baru deh rain pulang. Lagian kan dr.rian belum bilang juga rain boleh pulang apa nggak"- bima.

"Tapi rain nggak papa kok yah" rain.

"Yakin nggak papa? Coba oksigen di lepas!" titah bram dan rain mengangguk.

Rain melepas selang oksigen dari hidung nya, tak lama dia langsung memakainya lagi.

"Kenapa?"- bram.

"Nggak papa ayah, kayaknya besok aja deh pulangnya, hehe" sahut rain yang masih merasa sesak kalau tidak pakai oksigen.

"Makanya rain harus nurut biar cepet sehat, oke!"- bram.

"Oke, ayah" sahut rain, dia tersenyum begitu sumringah.

Varo dan bima saling melihat, setelahnya varo membisikan sesuatu pada bima.

"Gimana kak? Kok gue nggak tega ya kasih tau rain soal penyakit nya"- bisik varo.

"Tck gue juga dek, gue juga jadi takut kalau rain nggak ceria lagi. Gue nggak siap kalau rain berubah dek" sahut bima dan varo mengangguk setuju.

Setelahnya, mereka melihat rain yang sedang tertawa karena candaan kecil yang di buat oleh bram. Seketika semua itu membuat mereka mengurungkan niat nya untuk memberitahu rain tentang penyakitnya.

 Seketika semua itu membuat mereka mengurungkan niat nya untuk memberitahu rain tentang penyakitnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rain ( Sudah Terbit ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang