Prolog

6 1 0
                                    

Malam itu...

Hujan mengguyur kota ku, Banjarmasin dengan derasnya. Udara begitu dingin menusuk ke tulang. Jalan sepi, hanya beberapa lampu teras rumah warga yang masih menyala. Tidak ada lampu jalan. Bau hujan yang menentramkan, membuat semua orang memeluk erat selimut mereka atau berbincang dengan segelas teh hangat sebagai pereda rasa dingin.

Tapi malam itu, malam petaka. Mobil sedan berwarna hitam melaju kencang membelah jalanan yang sepi. Tidak dihiraukan oleh sang pengemudi hujan deras yang membuat jalan licin.Kabut yang memudarkan pandangan dan anak perempuan yang ketakutan dengan cepatnya laju mobil.

  "Mama, mama jangan ngebut." Suara sang anak bergetar karena takut.
  "Sayang, kita harus cepat kerumah bibi Ana. Kalau tidak, kita dalam bahaya. Tenang ya... Semuanya akan baik-baik saja," ucap sang mama sambil mengusap kepala anaknya dengan penuh kasih sayang.
      Sang mama kembali menaikkan kecepatan mobil. Walaupun udara sangat dingin, sang mama tampak berkeringat. Sesekali dia menoleh kebelakang, seakan ada yang mengejar mereka.
     "Mama, aku takut...,"Kata anaknya lagi.
    Sang mama melepas tangan kirinya dari stir mobil. "Pegang tangan mama,sayang. Pegang yang kuat ya biar kamu tidak ketakutan. Kalau masih takut, tutup saja mata kamu."
    Sang anak menurut. Dia memegang erat tangan mamanya dengan erat, lalu menutup mata. Bunyi klakson terdengar beberapa kali. Anak itu menoleh dan melihat mobil putih juga mengikuti mereka.
    "Mama, itu mobil Ayah!"
    " Itu memang mobil Ayah, tapi itu bukan Ayah yang ada disana. Pegang erat tangan mama dan tutup mata."

Anak itu menurut. Sejenak matanya terpejam, bunyi klakson mobil belakang tanpa henti  membuat anak itu kembali membuka mata dan menoleh kebelakang.

Anak itu memperhatikan mobil yang berada di belakang mereka. Dia tidak tahu kenapa mobil tersebut mengejar mereka. Anak itu terus memperhatikan mobil tersebut, sampai sesosok laki-laki keluar dari salah satu kaca mobil. Tidak peduli hujan mengenai tubuhnya. Laki-laki itu menodongkan benda panjang kearah mobil mereka. Anak itu kaget dan memberitahu sang mama.

   "Mama, mama orang itu mengeluarkan sesuatu dari mobil!Mama, ayo cepat lihat."serunya.

     Sang mama mengikuti arah pandang anaknya. Matanya seketika membesar melihat itu adalah senapan.
    "Menunduk dan peluk lututmu. Sekarang!" Perintah mamanya.

     Anak itu menurut, lalu memeluk lututnya. Wajahnya terus menatal sang mama yang ketakutan. Dia tidak mengerti apa yang terjadi, tapi begitu ketakutan. Hujan deras, mobil yang melaju cepat, dan laki laki yang menodongkan senjata ke arah mobil mereka. Anak itu benar benar ketakutan hingga tubuhnya bergetar.

DORR!!!
Bunyi peluru membuat sang mama dan anaknya memekik ketakutan. Dilihatnya kaca depan mobil yang kini berlubang. Mata sang mama bertambah ketakutan dan anak itu sudah mulai menangis, mungkin kaget bercampur takut karena bunyi senapan.

    "Ma....." Panggil anak itu.
     Sang mama menoleh, tatapannya lemah dan begitu menyedihkan. "Sabar sayang, semuanya akan baik-baik saja. Mama janji," ucap sang mama.
     DOR!!
      Bunyi peluru kedua diiringi bunyi ban meletus. Mama dan anak itu menjerit lagi lalu mobil yang mereka kendarai oleng. Sang mama tidak bisa mengendalikan mobilnya. Dia menyadari laki-laki bersenapan itu menembakkan peluru ke salah satu ban mobil. Sang mama berusaha mengerem. Namun, jalan yang licin membuat kampas rem mobil itu seakan tidak berguna. Mobil mereka pun tergelincir, lalu berputar arah hingga menghadap mobil dibelakangnya. Kemudian mobil laki-laki bersenapan itu menabrak mobil yang mereka tumpangi hingga bagian belakang mobil menanrak pembatas jalan sampai hancur.

      Adegan berikutnya terasa agak lambat. Anak itu merasakan mobilnya membentur pembatas jalan dan meluncur turun ke jurang. Dia bisa melihat mamanya membuka sabuk pengaman dan langsung memeluknya, melindungi tubuh kecilnya. Di balik pundak sang mama, anak itu bisa melihat pembatas jalan yang rusak karena terhantam bagian belakang mobil dan berada jauh diatas mereka. Kemudian laki-laki dengan senapan itu berdiri di batas jalanan. Sebagian wajahnya tertutup kegelapan malam, tapi si anak tahu laki-laki itu melihat mobil yanh ditumpanginya jatuh ke jurang. Samar si anak juga melihat gambar mawar hitam yang terukir di lengan kanan laki-laki itu.
       Adegan seperti kembali dipercepat. Anak itu merasakan mobil menghantam tanah dan semuanya menjadi gelap. Hal terakhir yang terdengar olehnya adalah suara mamanya yang penuh dengan rasa sayang, kesedihan,juga penyesalan.
        "Maafkan mama, Nada....."











mawar hitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang