1. Last Summer Whisper

342 21 1
                                    

NOTES: Cerita ini sudah di publikasikan sebelumnya di akun Twitter author dengan judul yang sama.

Disclaimer:
— 3.4k words
— fluff
— bahasa baku
— cerita di dominasi narasi
— bonus part terpisah
enjoy🤍

—•—

Aku berlari, tetapi ia berlari lebih cepat. Seperti aku yang harus bertahan dalam sebuah dilema hati. Sampai kapan pun aku tidak bisa mengejarnya.

Air memancarkan pesonanya di bawah sinar matahari yang terbit di atas cakrawala. Langitnya biru, udara terasa lembab dan tubuhku terasa ringan dihantam angin kuat yang entah kenapa terasa nyaman.

Aku terus mengayuh sepedaku melewati jalanan sepi yang sedikit berbatu, curam, tetapi aku menyukainya. Aku dapat melihat seluruh kota dari arah jam 3. Pantai dapat terlihat di atas bebukitan keemasan padang ilalang di arah jam 9. Jalur ini memiliki pemandangan terbaik di kota ini.

Pantai pada pagi hari ini sangatlah indah. Sangat sulit menjelaskan warna ombaknya ketika mereka berhantaman satu dengan lainnya.

Aku berhenti sejenak. Mengarahkan fokus ke bebukitan di seberang yang menutup sebagian kecil pantai. Menyimpan setiap memori emosional ini dalam kotak ingatanku. Aku menutup mata merasakan angin pantai yang bertiup ke arahku dengan lembut seakan menggerakkan hatiku.

Wajah manis nya terlihat jelas di film memoriku. Hari ini adalah hari terakhirku di sekolah menengah atas. Sebelum hari ini berakhir aku bertekad aku akan menyatakan cintaku kepada Jaeyun di hari kelulusan. Hari ini.

Aku berpikir dalam diriku bahwa Jaeyun berbeda dengan siswa lainnya ketika aku melihat dia untuk pertama kali. Dia pindah ke Uiwang dari Australia ketika musim panas saat tahun kedua sekolah menengah atas. Aku masih ingat di depan papan tulis dia berdiri. Ia tidak terlihat malu atau gugup, mengukir senyum hangat di wajah tampannya.

"Hai. Aku Sim Jaeyun. Aku pindah kesini dari Australia seminggu yang lalu karena pekerjaan orang tuaku. Aku cukup sering berpindah antar sekolah, jadi aku harap kita bisa berteman. Senang bertemu dengan kalian."

Ia tidak berbicara terlalu cepat atau terlalu pelan, tidak gugup, terdengar tenang dengan logat dan intonasi yang sempurna. Tidak terdengar seperti anak yang tumbuh besar di negeri orang.

Dan itulah pertama kalinya dalam hidup aku ingin tahu lebih banyak tentang orang lain dan saat itu juga aku mengerti what falling in love feels like.

Setiap kali aku melihatnya di sekolah, rasa cintaku untuknya bertambah besar yang setiap harinya membuatku menderita, tapi di saat yang bersamaan aku bahagia dan merasa tidak berdaya.

"Pagi Heeseung."

Seperti sebuah rutinitas Jaeyun selalu menyapaku setiap pagi dengan riang dan bersemangat. Dia sungguh manis!

Aku selalu menghentikan latihanku sejenak setiap kali ia berjalan mendekat. Hanya untuk menjawab. "Pagi."

Aku terlalu gugup untuk memulai suatu obrolan dengan nya. Bahkan kalimat sapaan yang sudah aku persiapkan jauh-jauh hari menguap seketika.

Our TimesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang