NOTES: Cerita ini sudah di publikasikan sebelumnya di akun Twitter author dengan judul yang sama.
Disclaimer:
— angst
enjoy🤍—•—
Sekali lagi mereka duduk di kantor Dr. Park, tempat yang sudah begitu mereka kenal walaupun tak nyaman.
Dokter masuk. Dia membuka catatan medis Heeseung. Sebagian besar sampel itu bersih. Satu sampel memiliki sel-sel kanker. Tampaknya mereka tumbuh dengan lambat. Maka sepertinya kanker itu sangat kecil.
"Jadi kanker hati itu telah menyebar?" tanyanya bingung. Heeseung ingin mengerti dengan jelas apa yang sedang ia hadapi.
Dr. Park menggeleng. Area sel-sel yang tidak khas ini. Ini adalah kanker ginjal.
Mata Heeseung membelalak. Ia kena kanker lagi. Tetapi bukan sebaran dari kanker sebelumnya. Ini kanker yang baru.
' Ada apa dengan diriku?'
Heeseung menggenggam erat kertas-kertas itu saat mereka berjalan ke mobil dalam diam. Heeseung berusaha memasang wajah pemberani di kantor Dr. Park. Menerima kabar itu dengan sikap —aku bisa— dan tersenyum. Jadi dia tahu ia siap untuk berjuang lagi.
Heeseung dan Jake tiba di mobil. Heeseung duduk di kursi penumpang dan Jake tidak sanggup untuk memasukkan kunci untuk menyalakan mesin. Sebulir air mata mengalir di pipi kirinya.
Jake meraih tangannya. Heeseung menggeleng. Ia bahkan tak sanggup menatap istrinya.
"Maafkan aku. Maafkan aku sayang, aku tidak siap untuk ini. Aku sungguh kecewa."
Jake meremas tangan Heeseung. Heeseung tahu ini juga menghancurkan hati istrinya. Jake langsung memeluk Heeseung. Dia mulai menangis, dan Heeseung memeluknya erat-erat.
Inilah waktunya untuk kembali berperang. Tetapi Heeseung tidak sedang merasa seperti pejuang. Heeseung tidak siap untuk berperang. Heeseung belum pulih dari perang sebelumnya.
'Tuhan. Bolehkah aku membencimu?'
THE END