- Two -

853 91 9
                                    

Happy Reading ( ◜‿◝ )♡

Hari ini hari pernikahan Karin dan Marko, Jino bangun lebih awal untuk membantu sang Ibunda menyiapkan kebutuhan Karin. Ia diperintahkan untuk membangunkan kakaknya, karena sedari tadi kakak nya belum keluar dari kamar.

Tok tok tok...
"Mbak Karin, bangun Mbak..." Panggil Jino sambil mengetuk pintu kamar kakaknya, namun tidak ada respon dari pemilik kamar.

"Mbak Karin, Mbak di panggil bunda buat siap-siap" Panggil Jino untuk kedua kali nya, tetap nihil.

Tok tok tok...
Tok tok tokkk...

"Mbak, yang bener ah mbak jangan main petak umpet" Jino mulai khawatir.

Ia mencoba membuka pintu kamar sang kakak, namun di kunci. Entah kekuatan dari mana, pintu nya terbuka karena dobrakan Jino.

Brakkk!!

"Mbak Karin.... Mbak jangan bercanda" Jino memanggil manggil nama kakaknya, serta mencari nya di seluruh penjuru kamar. Nihil, itu hasil yang ia dapatkan.

Namun, Jino menemukan selembar kertas yang diatasnya ada SIM card dan beberapa kartu ATM. Jino mulai membaca surat tersebut dari atas.

Untuk Ayah, Bunda, dan adikku Jino.

Ayah, Bunda...
Sebelumnya Karin minta maaf, udah ngerepotin Ayah dan Bunda karena Karin pergi h-1 sebelum pemberkatan berlangsung. Tapi Karin punya alasan tersendiri, kenapa Karin pergi dari rumah dan lari dari perjodohan ini.

Karin sudah memiliki lelaki yang Karin cintai Bunda...
Bunda pasti mengerti kan?

Karin mencintai dia, Karin sayang dengan dia. Sudah beberapa usaha yang Mas Marko lakukan untuk mendekatkan diri dengan Karin, namun Karin tak nyaman Bunda. Karin tidak bisa menerima Mas Marko sebagai calon suami Karin dan tidak bisa membuka hati Karin untuk Mas Marko.

Jino, Mbak minta maaf ya...
Mbak minta tolong banget sama kamu, tolong jaga ayah dan bunda dirumah, dan Mbak minta tolong. Tolong gantikan Mbak sebagai calon istri Mas Marko. Agar nanti nya keluarga kita tidak menanggung malu karena ulah kakak.

Dan satu lagi, sebenarnya Mbak sedang mengandung bayi dari pria yang Mbak cintai.

Karin pamit dan maaf....


Setelah membaca surat itu, Jino menangis. Kenapa kakaknya melakukan hal ini? Apa ia tidak kasihan kepada Ayah dan Bunda nya?

Karena mendengar dobrakan tadi, Yunan dan Tara berinisiatif mencari asal suara tersebut, berakhir menemukan si bungsu yang sedang terduduk di tepian ranjang sambil menangis.

"Adek, kenapa nangis? Mbak Karin nya mana?" Tanya sang Bunda lembut.

Jino tak tega, namun bunda nya mau tak mau harus membaca isi surat tersebut.

Setelah membaca surat itu, tangan Yunan bergetar hebat, pelipisnya dipenuhi peluh, dan mata cantik nya mengeluarkan air mata. Yunan pingsan dipelukkan Tara, sang suami.

Tara menidurkan istrinya di ranjang milik si sulung, lalu mengambil minyak kayu putih agar sang istri tersadar dari pingsannya.

Telapak tangan Tara memutih, ia marah pada anak sulungnya. Bagaimana bisa ia pergi sebelum hari pernikahannya dan apa yang harus ia katakan kepada tuan Jo?

"Ayah... Benar kata Mbak Karin, Jino harus menggantikan posisi Mbak, supaya keluarga kita tidak menanggung malu" Jino bersuara.

"Tidak nak, jangan. Ini salah Mbakmu, kamu tidak boleh menanggung getahnya. Ayah akan bicarakan ini kepada tuan Jo. Semoga ia mengerti, semoga..." Jelas Tara sambil memegang tangan anaknya yakin.

Tara mencari handphone Android nya, menekan tombol telepon dengan kontak bertuliskan 'Tuan Johnanda'.

"Permisi tuan, maaf mengganggu waktu tuan."

"...."

"Jadi begini... Anak saya Karin, kabur dari rumah dikarenakan tidak cocok dengan perjodohan ini, maaf tuan."

"Apa kau bilang? Lalu bagaimana dengan hutang mu? Reputasi keluargaku juga dipertaruhkan!! Dengan mudahnya kau bilang anakmu kabur dari rumah karena menolak perjodohan ini, jika kau tidak mencari dia atau menjadi kan anak bungsu mu sebagai pengganti, maka hutangmu akan aku kali lipatkan menjadi 8 kali lipat!! MENGERTI?!" Ancam tuan John di telefon, terdengar oleh Jino.

Jino sebenarnya ragu, karena yang ia tahu, calon kakak iparnya itu sangat mencintai sang kakak. Jino takut menyakiti perasaannya dan juga Jino takut, takut tidak disukai oleh Marko dan  pihak keluarga nya. Tapi demi hutang ayahnya terlunasi, Jino menghilangkan rasa takut itu.

"Ayah... Biar aku saja yang jadi pengganti Mbak Karin, aku tidak mau Ayah harus bekerja keras untuk membayar hutang sebanyak itu" ucap Jino meyakinkan sang ayah.

"Nak, Ayah tidak apa jika haru bekerja keras untuk melunasi hutang"

"Tapi Ayah, hutang itu sudah dikali lipatkan. Satu tahun tidak akan cukup untuk membayar hutang tersebut, kumohon izin kan aku, aku akan baik baik saja Ayah. Percaya pada Jino, ya?"

"Terimakasih Jino, semoga tuhan selalu melindungi mu. Terimakasih sudah menjadi anak ayah yang paling baik dan berbakti" Tara memeluk Jino sambil menangis.


see you on next chapter ( ◜‿◝ )♡

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 21, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

replacement.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang