Kantuk masih kurasa, diriku sadar dari dunia mimpi. Terdengar suara dari luar kamar. Teriakan dan cacian dilontarkan. Barang-barang seketika terdengar dilemparkan. Segala ucapan buruk terus berhujanan.
Hari masih pagi buta.
Sinar matahari bahkan belum muncul
Bulan masih bersinar sempurna
Bintang masih bertebaran
Dan ayampun masih enggak untuk berkokokDiri ini pun terpaksa membuka sedikit mata
Terlihat sinar lampu yang terang di langit kamar
Sungguh masih ingin diri ini melanjutkan dunia mimpi yang belum selesai ku jelajahi, namun sayangnya diriku harus bangun dan melupakan mimpiku."Gak berguna kamu! sudah tua, gak mau kerja, gak kasih saya uang dan bisanya cuman nyusahin aja. Lebih baik kamu MATI! Percuma juga hidup, hanya bikin saya susah dan malu saja."
Seketika mataku terbelalak dan diriku langsung terbangun dari tempat tidur, kalimat itu begitu menusuk jiwaku sampai tak sadar air mata jatuh di pipiku. Ingin rasanya diri ini membuatnya berhenti untuk berbicara, melawan semua perkataannya dan membuatnya menyesal, namun sayangnya aku tak berdaya. Aku hanya bisa menutup telinga, walaupun suara cacian itu masih saja terdengar.
Akupun terpaksa menghapus air mata dipipiku, menghapus setiap detail jejak tangis agar tak ada yang tahu. Mata yang merah dan berair aku kipas-kipas dengan tangan. Dan hati yang hancur aku tutupi dengan kesabaran. Sungguh akting yang bagus diri ini, membohongi diri sendiri dan orang lain. Akupun beranjak dari tempat tidur yang berbalut seprai warna merah berhiaskan bunga tulip, menyingkirkan selimut berwarna senada dengan seprai dari tubuhku. Dan bangkit membiarkan kaki ini menyentuh lantai yang dingin. Melangkah dan berusaha menggapai gagang pintu cokelat menuju kamar mandi.
Saat pintu kamar ku buka, suara itupun terdengar semakin jelas. Langkah kakiku terasa semakin berat, namun aku berusaha untuk kuat dan terus berjalan menuju kamar mandi.
Ku basahi wajahku dengan air wudhu, begitu segar, tenang dan tentram kurasa.
Setelah selesai dari kamar mandi aku kembali masuk ke kamar dan sekarang sudah tidak terdengar pembicaraan itu. Akupun bergegas mengambil handuk berwarna hijau yang tergantung dibelakang pintu kamar, kemudian mengusap wajahku yang basah. Lalu aku meraih mukena dan sajadah yang terletak di atas meja didekat lemari cokelat dipojok kamar kiri kamarku.
Aku hamparkan sajadah warna hijau bergambar ka'bah dan memakai mukena berwarna putih bersih untuk menghadap Sang Khaliq.
Setelah selesai shalat aku berdo'a
"Ya Allah, aku tidak meminta apapun dariMu. Aku hanya meminta satu hal, yaitu aku ingin keluargaku seperti keluarga yang lain, hidup rukun, tentram dan damai. Aku iri Ya Allah dengan teman-temanku yang bisa tertawa bersuka ria dengan keluarga mereka tanpa ada cacian dan makian. Aku ingin merasakan apa yang mereka rasakan. Tolong kabulkan keinginanku Ya Allah. Aamiin...."Akupun mengambil al-Qur'an berwarna hijau diatas lemari dan membancanya beberapa lembar.
Setelah selesai, aku merapihkan semuanya dan duduk dikursi belajar didepan meja.
Aku menarik nafas yang cukup panjang dan melepaskannya dengan perlahan sambil menutup mata dan berucap "Alhamdulillah, hatiku terasa tenang Ya Allah." kataku dengan senyuman yang lebar dan tulus. Untuk waktu beberapa detik aku menikmati ketenangan itu, lalu membuka mata dan mataku langsung tertuju pada buku bercover putih yang terletak diatas meja yang tertata rapi dengan buku yang lain.
Akupun mengambil buku itu dan terlihat tulisan berwarna hijau tua "Rahasia Bacaan Shalat" karya Akhirudin DC, MA. Aku membuka lembaran buku itu, kata demi kata aku membacanya dengan saksama. Cukup lama aku membaca hingga terdengar lantunan ayat suci Al-Qur'an dari pengeras suara di masjid. Akupun bergegas bersiap-siap untuk pergi ke masjid.
Setelah siap aku membuka pintu rumah dan berjalan keluar rumah. Saat aku melangkah, rasanya begitu segar menghirup udara pagi hari yang belum tercemari oleh polusi udara yang kotor.
Aku berjalan menelusuri jalanan yang disinari cahaya lampu di setiap sudut. Terlihat bintang-bintang bertebaran dilangit, bulan bersinar terang dan angin yang bertiup perlahan membuat pagi buta begitu tenang.
Hingga akhirnya aku sampai didepan masjid bercat kuning, terlihat diteras ada kotak cokelat tepatnya disamping pintu masjid. Akupun melangkah masuk ke dalam masjid dan tak lupa mengucapkan salam. Terlihat didalam sana dibelakang tempat imam ada seorang laki-laki yang sedang melantunkan ayat suci Al-Qur'an melalui pengeras suara. Laki-laki itu berkulit putih, berkumis tipis dengan tubuh yang tinggi dan cukup kekar namun terlihat santai. Rambut pendek berwarna hitam pekat ditutupi kopiah putih yang senada dengan pakaian koko putihnya dan celana hitam yang membuatnya terlihat tampan. Namun sayangnya aku tidak bisa melihat wajahnya.
Akupun mengalihkan pandanganku pada perempuan yang tengah berdzikir. Memakai mukena putih yang sudah terlihat lusuh. Umurnya seperti sudah menginjak 60 tahun. Beliaupun melirik padaku dan aku segera menghampiri dan menyalaminya.
Aku tersenyum memandanginya, begitupun sebaliknya.
Akupun melaksanakan shalat lailatul masjid 2 rakaat, kemudian berdzikir. Satu persatu ibu-ibu dan bapak-bapak berdatangan untuk melaksanakan shalat subuh. Hingga telah sampailah waktu shalat, seorang laki-laki muda tadi berdiri dan mengumandangkan adzan dengan sangat merdu, hingga mungkin inginnya diriku terlelap tidur kembali. Namun aku menahannya dan menikmati suara itu.Kami pun melaksanakan shalat subuh dengan diimami seorang laki-laki tua yang berjenggot panjang, memakai pakaian yang rapi dan sorban panjang yang beliau letakkan di pundak kirinya.
Setelah melaksanakan shalat dan ibadah lainnya, kami semua pulang. Aku menelusuri jalan tadi, terlihat matahari sudah mulai menunjukkan cahayanya dengan ceria, burung-burung beterbangan dan langit yang gelap mulai digantikan oleh pagi yang cerah.
Aku membuka pintu rumah, sepi. Semua penghuni rumah masih menjelajah dunia mimpi. Aku pergi ke kamar untuk menyimpan barang-barang ku bekas dari mesjid. Lalu aku mengambil sapu yang tergantung didapur dekat tombol lampu dibalik pintu dekat kulkas. Aku menyapu dan mengepel seluruh bagian rumah. Mencuci piring serta mengelap setiap detail rumah agar terlihat bersih. Setelah selesai akupun bergegas mandi dan bersiap-siap ke sekolah.
***
Matahari bersinar terang, langit begitu cerah dan terlihat di sepanjang jalan orang-orang sibuk dengan keperluannya masing-masing. Ada yang sedang menunggu kendaraan umum, ada yang menyirami tanaman, berjemur dan lain-lain.
Aku tersenyum memandangi pemandangan ini. Melangkah maju mengikuti alur jalan. Menikmati langkah kaki yang membawaku ke tempat untuk menimba ilmu. Sesekali aku tersenyum pada orang-orang yang aku kenal, tetapi terkadang juga menunduk karena malu.
Kini ku berada didepan gerbang, perlahan membuka pintu yang terasa dingin. Melangkah masuk. Melihat sekeliling dan setiap sudut, belum terlihat siapapun disana.
Aku mencoba menaiki tangga menuju kelas. Dari luar terlihat ruangan sangat bersih dan rapi. Akupun membuka pintu lalu masuk. Saat aku didalam, mataku langsung tertuju ke meja tempat guru. Disana terlihat ada piala, buku absen, buku agenda dan spidol hitam.
Aku mengambil spidol hitam dan mencoba menulis sesuatu di papan tulis. Ketika aku sedang menulis tiba-tiba ada suara yang terdengar dibelakang. Saat aku menoleh tidak ada siapapun. Akupun melanjutkan menulis, tapi suara itu terdengar lagi.
"Siapa disana?" Ucapku penasaran dan sedikit takut. Tapi tidak ada jawaban. Akupun memberanikan diri untuk menghampiri suara tersebut dengan sangat hati-hati. Aku menuju ke sudut ruangan dan bruk....
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintihan Tangis
Teen FictionSetiap hari kita selalu berencana dan merangkai kehidupan kita, membayangkan apa yang akan kita lakukan dan kita hadapi. Namun, ketika kita ada didunia nyata, itu sungguh jauh dengan apa yang sebelumnya kita bayangkan. Hal-hal yang tidak pernah kita...