(+2) Semakin lemah, Tapi ini bukan akhir

31 6 0
                                    

Salam hangat dari Win untuk para Readers tercinta

Jangan lupa makan hari ini

Jangan lupa like dan komen, dan juga jangan lupa rekomendasikan cerita ini pada teman-teman kalian

'Selamat Membaca'

Diluar ruangan 422 sedang tegang saat ini, mereka semua menggenggam tangannya berdoa, berdoa demi kesembuhan orang yang sedang berjuang di dalam sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Diluar ruangan 422 sedang tegang saat ini, mereka semua menggenggam tangannya berdoa, berdoa demi kesembuhan orang yang sedang berjuang di dalam sana. Iren selaku bunda dari Risal menangis didalam pelukan suaminya. Seperti dejavu bukan?

Disana juga ada Wendi mama dari Tarin, Jean, dan juga Tarin yang sedang menangis dikursi rodanya dengan Disto yang memeluknya dengan bisikan menenangkan.

"Semua akan baik-baik aja, Risal pasti bakal baik-baik aja, dia anak yang kuat." Itu adalah kata bisikan yang diberikan Disto untuk menenangkan Tarin.

Tarin tidak boleh drop, dia harus tetap tenang agar otaknya yang diserang kangker tidak terjadi rangsangan yang menyebabkan dia drop.

Dokter keluar dari ruangan Risal dan semua orang yang ada disitu langsung menghampirinya dengan hati mereka yang gusar, khawatir dan juga takut.

"Bagaimana keadaan anak saya dok?" Suryo selaku ayah dari Risal yang angkat bicara.

"Risal anak yang kuat, dia baik-baik saja, tapi kanker itu semakin menghancurkan paru-parunya. Saya tidak bisa menjamin kesembuhan dari putra anda, tapi untuk saat ini dia masih bisa bertahan, semoga dia tetap mau bertahan." Ucapan dari dokter membuat semua orang merasa lega sekaligus khawatir dan takut secara bersamaan.

Iren kembali menangis dan Suryo sebagai suami dengan secepat kilat memeluk sang istri untuk menenangkan.

"Saya permisi dulu," ucap dokter itu lalu meninggalkan mereka semua yang ada di situ dan membiarkan mereka semua merasakan kesedihan akibat ucapannya.

"Kak... Risal." Tarin berucap lirih sambil menatap Disto yang ada disampingnya.

Disto langsung membawa Tarin kedalam pelukannya. Disto kembali membisikkan kata penenang untuk Tarin tanpa tahu bahwa hidung adiknya itu sedang mengalir darah begitu deras.

"TARIN." Teriak mama Wendi setelah sadar hidung anaknya mengalir darah yang deras.

Disto yang mendengar teriakan mamanya langsung melepas pelukannya dan menatap Tarin dengan mata melotot karena kaget.

"Risal." Gumaman pelan Tarin sebelum kesadarannya diambil alih oleh kegelapan.

"TARIN." Teriak semua orang yang ada disitu setelah melihat Tarin tidak sadarkan diri dengan darah yang terus mengucur dari dalam hidungnya.

Iren yang awalnya menangis meratapi keadaan putranya sekarang menjadi panik juga karena Tarin yang tidak sadarkan diri.

"Kakak mohon bertahan dek." Disto menggendong Tarin ala bridal style dan berlari menuju ruangan yang menjadi tempat istirahat Tarin selama di rumah sakit ini, diikuti dengan mamanya yang sedang menangis dan Jean yang menenangkan mamanya.

Aeterna | Na Jaemin (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang