*pip* *pip*Suara ponsel berdering.
"Sekali lagi ku katakan! Anda tak perlu ragu, semua hasil karya itu adalah original buatanku!. Anda tak akan menemukan desain gambar yang sama diluar sana karena karakter di gambar itu adalah diriku sendiri. Kita tak perlu bertemu hanya untuk membicarakan kerja sama. Oke?. Bye...! ". Jawab pria 'pengangguran' yang kantung matanya sudah menghitam.
"Ada masalah can?". Tanya sahabatnya yang baru tiba dicafe dimana dia sudah ditunggu.
"Entahlah. Baru kali ini aku mendapat client yang begitu aneh. Dia terus menerus memintaku untuk bertemu".
"Yah.... bertemu saja. Mungkin dia ingin mengajak kerja sama yang lebih besar. Kau sadar kan bakatmu bisa kau jadikan mata pencaharian?".
"Kurang tidur, lupa makan, dan tak punya kehidupan normal. Aku ingin bekerja diperusahan besar saja".
"Pft..... can.. can..., perusahan besar mana yang mau menerima lulusan dari universitas tak populer seperti kita huh?. Kecuali itu perusaan milik keluargamu!".
Saat mendengar ucapan ae, mata can tanpa sadar tertuju ke restoran mewah disebrang cafe.
Sekelompok gadis tampak satu persatu keluar dari mobil mewah mereka.
Beberapa bahkan terlihat keluar dengan dibuka kan oleh driver mereka yang terlihat sangat rapi.
"Mereka terlihat seperti anak anak dari keluarga kaya raya na?". Ae melihat apa yang can lihat.
"Mungkin lebih kaya dari yang kita pikir". Jawab can. "Bayangkan beban keuangan pria yang menjadi kekasih mereka".
Ae tertawa geli mendengar ucapan can.
"Itupun jika mereka butuh pria". Tambah ae. "Lihat betapa kaya raya mereka. Mereka tak butuh pria yang kaya raya. Mungkin pria hanya dianggap pelengkap saja. Kau tau? Seperti menemani mereka dan mendengarkan keluh kesah mereka saja".
"Shit! Itu impianku! Aku akan mendekati gadis gadis kaya saja kalau begitu!". Deklar can membuat ae menatap sahabatnya aneh.
"Kau sakit can?". Ae menyentuh kepala can. "Kau kira kau bisa dengan gampang mendekati mereka?".
"Jangan remehkan aku ae.....". Can tersenyum masih menatap ke arah restoran itu.
Satu adegan disana memberinya inspirasi ketika seorang pria 'melambai' tiba dengan taxi.
Dia tak terlihat kaya, bahkan tak terlihat spesial.
Tapi lihat para gadis kaya raya itu terlihat begitu senang melihatnya datang.
Can tau, itu caranya!.
**************
*Beberapa bulan kemudian*
"So, ini tin. Dia kekasih apple. Dan tin, ini can. Aku yakin apple sudah menceritakan tentang can padamu". Pink, gadis dengan senyuman manis itu memperkenalkan dua orang pria yang berada di satu pergaulan dengannya.
"Hi tin. Aku can, salah satu teman apple dan pink. But no worry na, aku gay tidak akan merebut apple. Hahaha.... Nice to meet you na....". Ucap can dengan aksen manja dan ceria layaknya pria dengan prilaku mirip perempuan.
Can yang menjulurkan tangannya ke arah tin terdiam canggung ketika tin, pria tampan dan tinggi itu tak menyambut uluran tangannya.
Tin malah menatapnya dari ujung kaki hingga ke ujung kepalanya seakan dia sedang menjudge bando, lip balm, celana pendek dan t - shirt oversize berwarna merah muda yang can kenakan.
"Pink....". Bisik can merasa takut.
"Aw tin!". Pink segera menepuk punggung tin dan mencoba mencairkan suasana. "Hahaha... jangan salah paham can. Tin memang begini. Wajahnya memang selalu terlihat mengesalkan".
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (Not) Gay (End)
FanfictionSekali tatap, tin tau can berbohong. Can tak tau bahwa ada orang yang tak bisa dia tipu.