Jangan lupa vote & komen All♡
Happy reading
¤
¤
¤
¤"Arghhh perut gue!! "Pekik histeris Erlangga tak tertahankan. Dengan cepat Erlangga berlari ke arah kloset tanpa memperdulikan sebahagian murid Dasatriksa yang tengah memperhatikan nya.
Erlangga kini berada di dalam kloset. Pandangan terasa kabur, perut terasa perih , dan parah nya lagi Erlangga tiba tiba memuntahkan cairan bening.
"TOLONG, ARGHH" Pekik kembali Erlangga namun rasa sakit lebih mendominasi.
Di kelas 12 ipa 6 beberapa anggota PMR datang membawa tandu upaya membopong Adrista ke UKS. Karena ingin tau apa sebab dan akibat kondisi Adrista, Firly tak segan segan membuntuti anggota PMR dan beberapa anak kelas yang ikut membantu.
Setelah sampai di UKS...
"Maaf kak, kakak tunggu diluar dulu. Biar kami tangani" Ucap salah satu petugas PMR lalu menutup pintu.
"Bukak gak, kalau gak gue bakar nih UKS," Sontak Firly melontarkan kata kata yang terdengar di telinga mereka. lantas mereka membukakan pintu tanpa mau mengambil resiko. Mereka tak sepenuhnya mengenal wanita itu, namun terdapat lebel seragam bernamakan 'Firly'yang cukup meluas nama itu di sebut sebut.
Selang berapa waktu, Dokter Tsabina dan anggota PMR sudah melakukan pengobatan intensif kepada Adrista. Dokter Tsabina adalah utusan rumah sakit untuk membantu kesehatan di Dasatriksa. Maka dari itu Dasatriksa menjadi sekolah terfavorit. Banyak kelebihan dari sekolah itu apalagi di bagian fasilitas.
Adrista kembali membuka mata, pandangan yang pertama kali ia lihat hanya langit langit UKS. Selepas merasa kepala yang cukup berat dan pusing Adrista menoleh ke samping brankar yang ia tempati. Terkejut bukan main, setelah kembali melihat wanita berambut pendek tengah tersenyum seakan tidak melakukan dosa apa pun.
"Gimana, aman? "Tanya Firly tersenyum lalu memelototkan mata membuat Adrista penuh rasa ketakukan.
"Di..di.." Ucap Adrista gemetar.
"Kalau dah sadar bagus lah. Gue balik ke kelas. Gws Drista" Tatapan penuh di kedua bola mata Firly masih terus terngiang di kepala Adrista.
Firly melengangkan langkah, tak lama kemudian...
"Apa kamu pernah trauma atas kejadian sebelum nya setelah kejadian ini," Tanya dokter Tsabina dan langsung mengundang perhatian Firly untuk menguping di balik pintu UKS.
"A.. " Ucap Adrista gugup.
"Gapapa ungkapin aja. Ibu siap mendengar. Dan kalian boleh kembali ke ruangan obat obatan untuk mengambil obat pereda pusing," Ucap Tsabina menginstruksi anggota PMR kembali ke tempat biasa.
"Baik bu" Mereka pun beranjak ke tempat tujuan.
Mulai lah Adrista mencucurkan air mata tak sanggup membuka mulut untuk berbicara.
"Saya keluarga broken home. Sering kali saya mendengar perkataan kasar dari ayah saya. Dan setiap saat ibu saya dipukul habis habisan oleh ayah. Mulai dari tinjuan keras ke arah kepala, perut bahkan dada. Sebelum nya ibu saya masih kuat menghadapi semua itu. Ibu waktu itu juga mengalami pendarahan otak akibat ayah melemparkan meja dan kursi ke kepala ibu.
Dan.... " Ucapan Adrista terpotong."Dan apa nak?" Tanya Tsabina menunggu kelanjutan Adrista.
"Ayah meninju keras hidung ibu sampai mengeluarkan banyak darah, itu yang... " Tangisan pecah dari mulit Adrista tak sanggup menceritakan semua nya.
Tsabina memajukan posisi nya dan mengusap pucuk kepala Adrista yang masih terbaring.
Adrista mengusap air mata lalu kembali melanjutkan ucapan nya, "itu lah yang membuat aku trauma bu, dan Firly dia telah melakukan hal yang sama seperti ayah,"
Sedih rasanya jika mengingat masa lalu yang kelam. Kini, ibu Adrista sudah lama meninggalkan nya di dunia sendirian. Adrista hidup sebatang kara, ayah nya pun sudah lama meninggal saat diri nya masih menginjak bangku smp. Ayah nya meninggal saat di penjara dikarenakan gagal ginjal akut.
"Oh ibu paham," Ucap Tsabina menampilkan senyum ramah. Namun senyuman ramah itu kembali pudar ketika melihat darah di lubang hidung Adrista." Ya ampun!!" Tsabina bergerak cepat mengambil kapas di atas kotak P3k. Setelah beberapa daun sirih di gulung dan masuk kedalam hidung Adrista, kini darah itu tak lagi keluar.
"Oh jadi dia punya trauma masa lalu. Pantesan gampang pingsan. Lemah!!! " Ucap Firly lalu mengambil langkah pergi.
"Kamu istirahat dulu disini. Ibu mau ke depan nemuin anak anak PMR" Titah Tsabina lalu di turuti Adrista.
"Obat nya udah di kemas semua, biar nanti bisa sekalian dibawa pulang" Ucap Vito si kepala PMR.
"Sudah Vit" Jawab anggota lain nya.
"Huhh kasihan dia," Gumam Tsabina tak lama pandangan mereka teralih ke arah sosok dokter itu.
"Kenapa bu, apa yang di alami gadis itu" Tanya Vito.
"Ibu udah mendeksripsikan semua nya. Dia terkena Trauma Psikologis. Dan kalian tau kan, jika seseorang mengalami trauma Psikologis dipastikan menganggu kehidupan sehari sehari. Sebenarnya, ada banyak kejadian yang dapat menyebabkan trauma, terutama yang mengancam nyawa. Kondisi kesehatan fisik dan mental, dan kemampuan diri sendiri untuk menghadapi situasi dapat memengaruhi respons terhadap kejadian traumatis. Oleh sebab itu gejala yang muncul pun bisa sangat beragam, mulai dari gejala fisik hingga psikologis. Pada umumnya, reaksi terhadap trauma adalah hal yang normal, karena reaksi atau gejala ini merupakan bagian dari proses alami tubuh untuk pulih dari trauma yang dialami. Salah satu gejala yanh sering muncul ya itu lemah secara fisik. Maka dari itu Adrista mengalami pingsan karena respon tubuh nya tidak begitu baik." Panjang lebar Tsabina.
"Kasihan dia," Ucap Adrian si wakil PMR.
"Ya sudah kalian beri penanganan setelah Adrista beristirahat, ibu kembali ke ruangan"
"Lang!!! Lo di dalem gak sih" Tanya teman sekelas Erlangga yang berusaha memdobrak pintu kloset.
"To.. Long" Lirih Erlangga dari dalam.
"Lo kok tiba tiba lari ke kloset sih, gue gak kuat sendiri dobrak ni pintu," Ucap Boy si teman Erlangga itu. Boy melirik sekeliling terdapat seorang lelaki yang seperti nya ingin keluar dari kloset. "Heh lu, bantu gue dobrak ni pintu," Titah Boy dan si lelaki itu menurut.
1..2...
Brakkkk
"Astaga !!!! LANGGGGG!!! "
KAMU SEDANG MEMBACA
DENDAM
Teen FictionMenjadi anak milyader sudah begitu lama dirasakan tiga manusia brengsek yang ada disekolah Dasatriksa. Ketiga nya mampu membeli semua yang ada dengan uang termasuk HUKUM. Beberapa murid sekolah mau tak mau harus bertekuk lutut jika tidak ingin di la...