"Seungwan-ah! Kamu mau pulang ke mana hari ini?" pertanyaan Manager Unnie membuatku tersadar dari lamunanku selama perjalanan pulang. Aku tidak langsung menjawabnya, tetapi masih mengembara dalam pemikiranku, ah ya besok dia akan pergi lagi.
Manager Unnie yang tidak mendapat jawaban pun kembali memanggilku, "Seungwan-ah? Kamu melamun lagi ternyata." Baru saat itu aku ingat dan mendapatkan kembali kesadaranku, "Langsung pulang ke dorm saja, Unnie," jawabku lesu karena seharian ini jadwalku memang sangat padat dari subuh hingga malam ini, ditambah pikiran dan rasa kesepian yang akhir-akhir ini menghantuiku.
"Kamu yakin tidak mau ke apartemen pacarmu saja? Besok dia pergi tour, loh. Kalian kan sudah lama nggak bertemu. Mumpung besok jadwalmu sedikit kosong, hanya ada latihan menari saja di SM," tawarnya. Tawaran yang menarik sebenarnya, tetapi sulit kujawab. Di satu sisi aku juga sangat ingin bertemu dengannya, tetapi di sisi lain aku juga tidak sanggup melihatnya pergi lagi.
Seharusnya dari awal aku memang sudah tau konsekuensi dari pekerjaan kami berdua. Mulai dari sedikitnya waktu untuk bersama hingga harus sembunyi supaya tidak tercium media. Namun, tetap saja hingga saat ini, tepatnya 2 tahun aku menjalin hubungan dengannya, aku masih belum terbiasa dengan itu semua. Kami pun tidak jarang bertengkar atau memutus komunikasi apabila sedang sibuk-sibuknya. Aku masih sering kesepian dan menangis apabila memikirkan sulitnya hubungan kami.
"Ah ya," jawabku singkat seraya tersenyum tipis, "tapi apakah aku tidak mengganggunya kalau pulang ke apartemennya? Dia pasti sibuk untuk persiapan pergi besok."
"Mana mungkin mengganggu, kamu itu kan pacarnya. Justru dia pasti senang kamu menemaninya sebelum dia pergi besok."
Mendengar pernyataan Manager Unnie, aku jadi menimbang keputusanku hingga muncul notifikasi pada ponselku. Langsung kubaca nama pengirim pesan tersebut, yang ternyata adalah orang yang sangat aku rindukan.
'Chanyeollie <3' nama itu tertera pada layar ponsel. Aku pun membuka pesan tersebut, "Seungwan-ah, kamu lagi sibuk? Kalau tidak, aku boleh bertemu denganmu? Atau kalau tidak bisa, meneleponmu mungkin?"
Rasanya aku ingin menangis. Aku juga rindu sekali padanya, tetapi kekhawatiranku sungguh sangat menggangguku.
"Itu pasti dari dia kan? Sudah kubilang dia pasti ingin bertemu denganmu." Manager Unnie benar, tetapi aku yang tidak bias bertemu dengannya. Selama ini aku sudah terbiasa sendiri dan hanya menjalin hubungan dengannya melalui ponsel. Bertemu dengannya hanya akan mengacaukan kebiasaan itu dan sulit bagiku untuk terbiasa untuk sendirian lagi. Terlebih lagi, aku takut sekali dia tidak kembali padaku dan membuatku jadi susah untuk melepaskannya.
"Unnie, sebenarnya aku yang tidak sanggup bertemu dengannya. Aku tidak bisa melihatnya pergi lagi karena itu membuatku sepi dan khawatir. Aku tidak mau merasakan sedih lagi dan akibatnya akan mengganggu pekerjaanku. A-aku juga takut dia tidak akan kembali," jelasku pada Manager Unnie dengan air mata yang sudah menetes tanpa dapat kucegah lagi.
"Aku mengerti perasaanmu, pasti kamu sulit melihatnya pergi untuk waktu yang tidak sebentar. Pasti sulit juga untuk keluar dari kebiasaanmu yang tidak bertemu dengannya. Tetapi bukankah lebih baik kamu memanfaatkan waktumu bersamanya saat kalian berdua masih ada waktu walaupun hanya sedikit?"
Perkataan tersebut membuat tangisanku menetes lebih deras. Aku tersadar selama ini aku hanya membuang waktuku untuk mengkhawatirkan hal-hal yang tidak seharusnya aku khawatirkan. Aku semestinya lebih menggunakan waktu itu untuk menikmati momen berharga bersamanya di sela-sela kesibukan kami.
"Seungwan-ah, aku antarkan ke apartemennya saja ya?" aku mengangguk, kemudian mobil terus melaju ke arah apartemen Chanyeol. Perjalanan kami diiringi tangisanku yang entah kenapa tidak bisa berhenti keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Airport Goodbyes
Fanfiction(COMPLETED) Based on apa yang aku rasain dan bayangin waktu dengerin lagu Airport Goodbyes-nya Wendy. Remember this is just a fanfiction. So, just enjoy!