Warning: Akan ada sedikit mature scene tipis-tipis di belakang. Nggak tahu sih sebenernya masuk kategori mature atau nggak. Tapi kalau readers puasa, mungkin lebih aman kalo bacanya setelah buka puasa yaa
Wan-ah, aku berangkat ya. Nanti malam setelah semua kegiatan selesai aku telepon ya. Aku tahu kamu sedang sibuk dan tidak baik-baik saja, tapi kalau kamu baca pesanku, aku harap kamu membalasnya. Walaupun hanya satu atau dua huruf, itu sudah cukup untukku. Aku mencintaimu.
Begitulah isi pesan terakhirku untuk Seungwan, kekasihku, sebelum pesawat lepas landas menuju Taipei untuk melakukan konser kami, yang menjadi bagian dari tur dunia kami yang ketiga. Berat rasanya meninggalkan Seungwan di Seoul setiap pergi untuk tur seperti ini. Padahal, ini bukan kali pertama aku meninggalkannya seperti ini.
Di usia pacaran kami yang belum menginjak enam bulan, sudah terhitung lebih dari 10 kali aku meninggalkannya seperti ini. Sebanyak itu juga aku melihat dan mendapat kabar bahwa Seungwan terlihat lebih murung dan pendiam. Dari situlah, aku tahu bahwa hal ini bukan hanya berat untukku, tapi lebih berat lagi untuknya. Mungkin karena itu lah, Seungwan sempat menolakku saat pertama kali aku menyatakan perasaanku padanya dan mengajaknya untuk memiliki hubungan yang lebih dari sekedar teman atau partner kerja.
Bahkan, Seungwan sempat menjauhiku setelah mengetahui bagaimana perasaanku padanya. Jujur saja aku sempat kesal padanya saat itu. Bagaimana bisa dia menjauhiku padahal sudah jelas sekali kalau dia juga memiliki perasaan yang sama denganku. Oleh karena itu, aku baru mendapatkan jawaban 'ya' dari Seungwan setelah lebih dari setahun sejak peristiwa itu.
Sekarang baru aku sadari alasannya, Seungwan menolakku karena dia tidak mau membebaniku dan tidak mau menyusahkan dirinya dengan terjebak di hubungan yang penuh dengan perasaan, sedangkan aku dan dia sama-sama dituntut harus selalu profesional hampir setiap saat. Rasanya aku mau menangis kalau mengingat aku telah bersikap egois padanya dengan memaksakan hubungan kami. Tetapi jujur saja, aku lebih tidak bisa lagi kalau tidak menjadikannya kekasihku di saat aku tahu banyak pria lain yang juga mengincarnya.
Keegoisanku memang sedikit banyak telah menyakiti Seungwan. Seperti keadaan saat ini, aku tidak dapat menepati janjiku padanya untuk bertemu pada malam ulang tahunku. Aku telah membayangkan malam itu akan menjadi malam istimewa bagi aku dan Seungwan. Kami akan merayakan ulang tahunku yang pertama kali sebagai sepasang kekasih. Aku bahkan sudah merasakan kehangatan yang akan kami bagikan pada malam itu. Membayangkan bagaimana aku dapat merasakan kehadirannya sebagai hadiah terbaik untuk ulang tahunku. Namun apa daya, kami ternyata sama-sama memiliki jatah konser. Terlebih konserku akan diadakan di luar negeri, sedangkan Seungwan masih di Seoul.
Saat menerima kabar tersebut, Seungwan nampak kecewa. Aku tahu dia bahkan telah mulai menyusun kejutan dan mencari resep kue ulang tahun untuk diberikan padaku. Tetapi Seungwan tetaplah Seungwan. Dia tidak meluapkan amarah dan kekecewaannya padaku dan malah tersenyum dan menjawab, "Tidak apa-apa Chan, konser kan memang sudah tanggung jawab kita sebagai penyanyi. Aku mengerti kok, tenang saja, aku tidak marah. Fans-mu butuh kamu, fans-ku juga butuh aku."
Tidak jarang aku juga ingin Seungwan belajar mengungkapkan apa yang dia rasakan padaku. Walaupun tanpa dia ungkapkan pun aku sebenarnya sudah tahu semua kekhawatiran, kemarahan, dan kekecewaannya. Aku mengetahuinya dari caranya menjawab pesanku dan sikapnya yang mulai menjaga jarak setiap aku bilang akan pergi ke luar negeri (tentu saja ini selain kabar dari mata-mata alias Seulgi dan Yeri yang selalu kurepotkan setiap kali aku pergi tur).
Seperti saat ini, aku sangat berharap mendapatkan pesan balasan dari Seungwan saat aku mendarat di Taipei nanti. Aku sangat merindukannya sebab dia telah menghindariku dari dua hari lalu. Bahkan, kami sempat bertemu sebentar secara tidak sengaja di gedung agensi dua hari sebelum kepergianku. Tetapi dia hanya menyapaku seperti biasa dan menolak untuk kuajak bicara empat mata. Padahal aku sangat ingin memeluknya (atau mungkin lebih) sebelum aku pergi. Tetapi sepertinya Seungwan ingin membiasakan dirinya menjalani hari-harinya tanpaku sebelum akhirnya aku benar-benar akan pergi dalam jangka waktu yang lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Airport Goodbyes
Fanfiction(COMPLETED) Based on apa yang aku rasain dan bayangin waktu dengerin lagu Airport Goodbyes-nya Wendy. Remember this is just a fanfiction. So, just enjoy!