VI

772 117 22
                                    

Sakura berdiri dibalik meja pantry. Tatapan kaku nya mengarah pada teko air yang tak bersalah. Telinganya semakin memanas seiring semakin intens perdebatan kedua orang dibelakangnya itu, Naruto dan tentu saja, Sasuke.

"Aku ingin sup tomat buatan Sakura."

"Tidak! Lebih baik kita ke kedai Paman Teuchi dan memesan ramen jumbo."

Sasuke menatap Naruto tajam. "Asal kau tau saja, kuning... Aku hampir muntah hanya karena mendengar kata ramen sekarang ini."

"Kau pikir aku tak mau muntah mendengar kata sup tomat kebanggaan mu itu?"

"Sakura... Naruto menghina sup tomat buatan mu."

Naruto menatap punggung Sakura gelagapan. "Ti-tidak... aku mengatakan sup tomat mu, Sasuke..."

Sasuke menyeringai puas. "Sup tomat kesukaan ku yang selalu aku banggakan, adalah sup tomat buatan Sakura."

Naruto memucat ditempat, terlebih saat Sakura menggebrak meja didepan mereka.

"Aku... akan memasak apapun yang kumau. Jadi, kalian... jangan ribut!" Desisnya membungkam kedua mulut yang akan protes itu.

Sakura membongkar kulkas untuk mencari bahan makanan yang ditinggalkan sang ibu sebelum wanita itu berangkat keluar kota bersama sang ayah.

"Baiklah.. aku akan membuat takoyaki. Yang tidak setuju, boleh angkat kaki dari rumah ini!" Seru Sakura riang.

Tentu saja tak ada yang mau pergi.

Dengan berat hati, Naruto membiarkan Sasuke membantu Sakura. Bukan karena malas, tapi laki-laki itu trauma berhadapan dengan api. Rambut pirangnya hampir habis dimakan api karena Sasuke bermain kembang api terlalu dekat dengan kepalanya. Akhirnya, Naruto duduk manis menunggu dua sahabatnya selesai masak.

Naruto tersenyum lebar saat Sakura meletakkan sepiring besar takoyaki di meja. "Ah, lihat... cumi ini pasti cocok sekali dimasak bersama ramen. Sakura pasti sangat peduli padaku sampai-sampai memasukkan kondimen yang pas untuk ramen..."

Segigit berikutnya, Naruto mengernyit. "Sakuraaaa... kau memasukkan tomat?"

"Ah, maaf.. itu aku yang masukkan." Sahut Sasuke dengan cengiran lebar. Bangga karena berhasil menyelundupkan tomat kedalam takoyaki saat membantu Sakura memasak.

Naruto memasang tampang cemberut sampai Sakura meletakkan piring dan garpu didepannya. "Bongkar saja takoyaki itu. Tinggalkan apa yang tak ingin kau makan."

"Terimakasih, Sakuraa.. Kau memang sahabat terbaik ku." Naruto tersenyum lebar sambil memberikan tanda hati dengan kedua tangannya.

"Kau makan takoyaki atau steak, sih..." Ledek Sasuke begitu melihat naruto yang sibuk membongkar takoyakinya.

"Kau yang menyebabkan semua ini!" Jawab Naruto sewot.

Sasuke baru akan menjawab saat Sakura menatapnya tajam, membuat Sasuke bungkam seketika.

Naruto tertawa senang sampai Sakura mendesis seram. "Bisakah kita makan dengan tenang?"

Sontak saja Naruto dan Sasuke fokus dengan makanan masing-masing tanpa berniat berkomentar apapun lagi.

Tapi ketenangan mereka buyar saat suara dering ponsel Sakura terdengar.

"Siapa orang yang menelepon di jam makan malam?" Protes Naruto.

Sakura memutar bola matanya. "Makan malam yang terlambat karena kalian. Jadi diam dan makan saja!" Perintah Sakura.

"Gaara? Ada apa?" Tanya Sakura, mengabaikan sepenuhnya aura mencekam yang berasal dari dua pemuda di belakangnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang