1. In The Day When We Meet

157 23 0
                                    

⚠t⚠y⚠p⚠o⚠






21 Februari 2021

Pertemuan pertama dengan kesan yang buruk. Itu yang aku tangkap dari pertemuan ini, jadi maafkan aku. Kalau-kalau aku bertemu kembali dengannya, aku pasti akan mengembalikan barang ini. Jadi ahjussi, maafkan aku ㅜㅜ







⋇⋆✦⋆⋇ 










"Apa kau mengerti apa yang aku katakan barusan?" Jeno mengangguk pelan, dia mengerti, sangat mengerti akan perkataan sahabatnya beberapa menit lalu itu.

"Ku anggap kau mengerti, jadi dengan kondisi sekarang sepertinya kau harus—"

"Oh astaga, aku lupa, aku ada kelas setengah jam lagi. Terimakasih 'Ren, aku pergi dulu" Tanpa mendengar jawaban dari sahabat baiknya, Jeno meninggalkan ruangan dengan tergesa. Tepat saat dirinya menutup pintu ruang kerja milik sahabatnya, dia menghela napas panjang.

Setelah terdiam sejenak Jeno memantapkan hati untuk berjalan menjauh, langkahnya ia bawa menuju sebuah taman yang terletak tak jauh dari mobilnya terparkir. Musim dingin sudah mulai menghangat namun suhu yang masih terbilang dingin memaksa semua orang berdiam dalam ruangan.

Karena itulah taman itu terbilang sepi, Jeno yang menyukai kesunyian berniat untuk duduk sejenak di salah satu kursi panjang di sana, membiarkan udara dingin menerpa tubuh berbalut jas kantornya.

Dalam perjalanan dia merasa ada sesuatu mengganjal di saku depan celananya, dia mengeluarkan barang itu, dan ternyata pemantik kesayangannya yang lupa ia simpan di mobil. Jeno jadi merasa ingin merokok, sayangnya persediannya habis beberapa hari yang lalu. Sepertinya pulang dari sini dia harus mampir ke minimarket, dia memasukkan kembali pemantik itu ke dalam saku celananya.

Saat dia kembali memfokuskan diri, langkahnya terhenti saat sebuah lengan menghadangnya.

"Ahjussi, kau punya pemantik kan?" Seorang pemuda berseragam sekolah menengah yang dilapisi zipper hoodie hitam muncul dibalik salah satu pilar, Jeno memandangnya ragu. Siswa SMA meminta pemantik padanya? Untuk apa?

"Untuk?" Mendengar pertanyaan Jeno, pemuda itu lantas tersenyum ceria seraya merogoh saku kemeja nya. Kotak plastik berwarna putih digoyangkannya dengan bangga. Itu rokok. Dan jelas bukan untuk anak seusia pemuda itu.

"Ini. Hehehe. Aku selalu lupa membawa pemantik, hehehe" Jeno memandang pemuda itu jengah. Dia menggeleng kuat dan berniat berlalu meninggalkan pemuda bandel barusan. Ya, Jeno sudah melabeli pemuda itu bandel. Dia saja yang berusia 27 tahun mulai merokok saat lulus kuliah, ini, anak SMA sudah merokok. Mau jadi apa bangsa ini jika kaula mudanya berlaku demikian?

"Ahjussi, ku mohon. Aku tahu kau punya pemantik, orang sepertimu pasti sering merokok jadi kau pasti punya—" Jeno menoleh dengan kesal, dia menatap pemuda itu dengan tatapan mautnya. Jika pemuda dihadapannya adalah salah satu mahasiswa nya, mungkin emosi Jeno sudah meledak sedari tadi.

"Dengar 'Nak, anak SMA sepertimu belum boleh merokok. Lagipula kenapa juga kau bisa membeli rokok padahal kau berseragam seperti ini? Kau juga harus peduli akan kesehatan tubuhmu, jadi, lebih baik kau buang rokok itu. Dan ambil ini sebagai gantinya" Jeno merogoh sesuatu dalam tas kulitnya, mengeluarkan satu buah permen lolipop yang menjadi kesukaannya.

"Itu lebih manis dibanding rokok, walaupun bisa merusak gigi tapi tidak sampai menimbulkan kanker paru-paru" Pemuda itu merengut lucu, ia nampak tidak suka dengan perkataan Jeno namun dia tetap mengambil lollipop di tangan Jeno.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 10, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

J's Guardian || NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang