Mengantar makanan

12 5 0
                                    

°°°°

"Zahra, bisa tolong umma antarkan makanan ini pada ummi Salma ?" Sahut umma Ainun pada Zahra yang tengah belajar matematika di kamarnya.

Mendengar sahutan umma, Zahra langsung menutup buku dan memakai kerudungnya kembali, lalu menghampiri sang umma.

"Boleh umma" sahutnya sopan, lalu menerima bingkisan makanan yang hendak ia antar pada ummi Salma.

"Assalamualaikum umma, Zahra berangkat dulu" ucap Zahra menyalimi tangan ummanya, dengan senyum lembut ummanya pun membalasa salam dari sang anak.

"Waalaikumusalam, hati hati di jalannya nak" ucap umma.

"Baik umma".

Zahra pergi dari rumahnya, dengan pakaian serba hitam dan cadar di wajahnya, meski usianya baru menginjak 18 tahun, perempuan itu sudah menerapkan cadar dari kecil seperti yang sering ummanya ajarkan.

Keluarga Zahra sendiri adalah keluarga yang harmonis, penuh dengan kasih sayang sesuai dengan ajaran Rasulullah Saw. Sedari kecil Zahra sudah di ajarkan tentang ilmu ilmu paham agama.

Meski pada awal ia memakai cadar sewaktu masih SD, dia di jauhi anak anak seusianya, menurut mereka Zahra anak yang aneh, sementara Zahra yang kecil hanya diam tak membalas ucapan atau hinaan mereka. Malah yang terjadi Zahra tersenyum pada mereka.

Jarak rumah Zahra pada rumah ummi Salma tidak terlalu jauh hanya terpaut beberapa rumah dari sini, rumah ummi Salma sendiri dekat dengan pondok pesantren, karena anak beliau yang mendirikan pondok pesantren itu, namanya mas Alvin, dia seorang ustad muda di daerahnya.

Keluarga ummi Salma dan keluarga nya memang berhubungan baik sedari dulu, adakalanya ummi Salma selalu mengantarkan kue buatannya dan begitupun umma nya yang selalu mengantarkan makanan pada keluarga mereka, Zahra sendiri merasa nyaman dengan keluarga ummi Salma, karena ketika dia ke rumah itu ia merasa di sambut dengan baik di sana.

Tak butuh waktu lama kini Zahra sudah berada di depan pintu ummi Salma. Dengan sopan Zahra mengetuk pintu dua kali lalu mengucapkan salam.

"Assalamualaikum" sahut Zahra dengan ramah, tak lama terdengar balasan dari arah dalam.

'Ceklek'.

"Waalaikumusalam, Eh nak Zahra, ayo masuk nak" ummi Salma yang membuka pintu dan menyambutnya dengan ramah.

Zahra sedikit menunduk mengikuti ummi Salma memasuki rumahnya, lalu mereka duduk di sofa dekat televisi di sebelah televisi itu ada sebuah rak buku yang dimana Zahra tau itu adalah buku buku tentang sejarah Islam, seperti Umar bin Khattab dan masih banyak lagi.

Lalu di sebelah soffa yang di duduknya itu ada sebuah aquarium, di sana terlihat berbagai ikan hias kecil dan banyak, cantik sekali, setiap kali ke sana Zahra paling suka melihat aquarium itu.

Melihat Zahra begitu menatap ke arah aquarium, ummi tersenyum lembut melihat wanita manis itu,

"Ada apa Zahra ke rumah ummi?" Tanyanya dengan lembut, mendengar ucapan ummi Zahra tersadar akan lamunannya pada ikan.

"Eh iya ini ummi, umma menyuruh Zahra memberikan ini" sahut Zahra sembari memberikan bingkisan makanan itu.

Umma mengambil nya dengan sepenuh hati, raut wajahnya terlihat gembira mengambil bingkisan itu.

"Terimakasih banyak nak" sahutnya dengan senyum lebar, Zahra sedikit terheran kenapa ummi begitu terlihat gembira menerima bingkisan makanan itu, bukan kah itu bukan yang pertama kali?

"Ummi terlihat sangat senang?" Tanya Zahra

Dengan senyum lebar ummipun menjawab.

"Tentu saja ummi senang, masakan umma kamu sangat enak, ummi sangat menyukai nya" Zahra sedikit tertawa anggun mendengar itu. Percakapan mereka terhenti kala ada suara salam dari arah pintu.

"Assalamualaikum"

Refleks saja Zahra dan ummi pun menjawab salam itu meski belum tau siapa pemilik suara itu.

"Waalaikumusalam"

"Waalaikumusalam, eh Alvin kamu sudah pulang nak?" Sahut ummi menghampiri anaknya yang baru selesai mengajar di pondok pesantren.

Melihat adanya mas Alvin, Zahra hanya duduk di tempatnya sambil menundukkan pandangannya, Alvin sendiri belum sadar jika ada Zahra di rumahnya.

"Iya ummi, Alvin baru selesai mengajar, Alhamdulillah hari ini berjalan dengan lancar" sahutnya dengan sopan pada wanita tercinta di depannya itu.

"Alhamdulillah kalo gitu" sahut ummi.

Tak sengaja mengedar pandang akhirnya Alvin sadar jika ada sosok wanita lain di rumahnya, ketika ia tak sengaja melihat Zahra di sana sontak ia langsung memalingkan wajahnya.

Bukan, bukan karena jijik tapi karena ia ingin menjaga pendangannya, takut jika terus melihat wanita itu ia bisa gila, karena debaran jantungnya sendiri.

Memikirkan hal itu semburat merah timbul di pipinya, langsung saja Alvin mengucapkan astaghfirullah berulang kali dalam hatinya

"Hmm Alvin masuk ke dalam dulu ummi, mau bersih bersih" sahut Alvin pada umminya takut sang ibunda tau semburat merah di pipinya itu.

Ummi mengiyakan ucapan Alvin lalu kembali lagi menghampiri Zahra, yang sedari tadi menunduk, melihat sikap Zahra ummi tersenyum lembut. Sangat terpuji sekali ahlak Zahra ini, mampu menjaga pendangannya, ummi sendiri sampai terkagum pada gadis itu.

"Maap ya ummi tadi lama sama Alvin" sahut ummi dengan raut tidak enak.

"Tidak apa apa ummi"

"Kamu sudah makan belum nak" tanya ummi pada Zahra.

"Kebetulan Zahra sudah makan tadi ummi, oh iya Zahra ingat ada tugas yang belum Zahra selesaikan, Zahra mau pamit pulang dulu ya ummi" sahut Zahra dengan sopan

"Oh iya ummi lupa, kamu masih kelas 3 SMA ya?" Tanya ummi, sepertinya beliau masih menginginkan Zahra berada di sana.

"Iya ummi beberapa bulan lagi Zahra lulus SMA"

"Kamu mau lanjut kuliah apa menikah?" Tanya ummi dengan antusias

"Mungkin aku akan melanjutkan kuliah ummi" jawab Zahra yang masih duduk di kursi belum sempat pamit undur diri.

"Yah ummi pikir kamu akan menikah dengan Alvin" ucap ummi dengan tersenyum.

"Eh?" Kaget zahra

"Maksud ummi?" Alvin tiba tiba datang kala mendengar ucapan sang umminya, mendengar suara Alvin, Zahra menjadi bingung harus bersikap seperti apa, terlebih dengan sikap ummi yang barusan menanyakan hal tersebut.

Alvin menghampiri mereka berdua, lalu menatap umminya dengan bingung, pria berumur 23 tahun yang menyandang status ustadz itu menatap heran pada sang ummi, sebenarnya dia tau apa maksud umminya namun dia ingin memperjelas nya saja di depan Zahra.

Sebelum ummi menjawab, Zahra terlebih dulu pamit undur diri dari sana menghindari pertanyaan Alvin yang dia sendiri pun tak mengerti akan hal itu.

"Zahra pamit pulang dulu ummi, mas. Assalamualaikum" sahut Zahra yang langsung menuju ke arah pintu keluar dengan sedikit terburu buru.

Ummi tak sempat mengejar hanya mampu menjawab.

"Waalaikumusalam"

"Waalaikumusalam, Zahra manis ya ummi" sahut Alvin yang langsung di hadiahi senyuman oleh umminya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Syifa'uz ZahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang