¹ "senja, kata indah yang memendam luka"

5 1 0
                                    

"disini, senja itu berbeda, jika disana senja itu indah, namun disini senjaku memendam luka" -meiska senja.

........................................................................
"APA YANG KAMU PERBUAT SAMA AWAN ANAK SIALAN!!."

Prangg

Vas bunga dilempar oleh Erina, hingga mengenai gadis didepannya ini.

senja, ia terdiam, kakinya terasa nyeri dan mulai mengeluarkan cairan merah pekat.

"Sstt." Keluh gadis itu pelan, menggigit bibir bagian bawahnya menahan rasa perih dari kakinya yang terluka akibat pecahan kaca vas bunga tadi.

Gadis bernama senja meiska itu menatap sekitarnya, pecahan kaca
berserakan di sekitar gadis itu, ia melihat erina, wajah wanita paruh baya yang tak lain adalah mamanya sendiri, wajah wanita berumur empat puluhan itu merah, menatap tajam dirinya yang masih setia berdiri di depan pintu, gadis itu menatap datar Erina, tatapan matanya tampak kosong namun menyiratkan kesedihan dan rasa lelah.

Hening.

Tak ada sahutan dari keduanya, senja masih setia menatap sang mama dengan raut wajah yang merah dan sorot mata tajam menatap dirinya, bibir pucat gadis itu menampilkan senyuman tipis "aku gak salah" ucap senja pelan.

"INI ULAH KAMU KAN, KAMU SENGAJA BUAT AWAN JATUH, BIAR DIA GK BISA MENANGI LOMBA OLIMPIADE NYA!" Erina kembali meninggika suaranya pada senja.

"Senja gk buat awan jatuh, awan jatuh karena ulahnya sendiri"

"BERANI KAMU BOHONG DAN SALAHIN AWAN!."

"Aku gk bohong, ini ulah awan, kenapa senja yang disalahin, kenapa mama ngebedain senja dibanding awan, kenapa setiap ada kesalahan mama tumpahi ke aku, kenapa mama gk pernah ngelakuin hal yang sama ke aku kayak mama lakuin ke awan."

Suara senja bergetar, nafasnya memburu menahan sakit yang kembali ia rasakan pada bagian dadanya.Erina terdiam mendengar ucapan senja, mata gadis itu tampak berair dengan deruan nafasnya yang tak beraturan.

"senja salah apa?."

"KENAPA SELALU SENJA YANG DIBEDAKAN DIKELUARGA INI!."

suara keras senja menggema di ruang tamu, erina semakin kalut dengan emosi karena mendengar senja sudah berani membentaknya.

Plakk.

Tamparan keras Erina layangkan pada gadis didepannya ini.

"berani kamu bentak mama hah!, anak dari wanita pelacur kayak kamu memang berhak menderita, dosa ibu kamu terlalu besar, jadi anggap aja takdir kamu memang penderitaan untuk ngebalas semua dosa pelacur itu."

setelah menampar senja, erina kembali membentaknya, entah apa yang dipikirkan erina hingga membocorkan rahasia yang seharusnya dijaga dengan erat, namun sekarang malah dibongkar, dan menyalahkan senja atas segala hal.

"ma" Lirihnya menatap Erina.

gadis itu, ia meremas baju di bagian dadanya yg teramat sakit, seakan ada puluhan jarum yang terus berulang-ulang menusuk dadanya tampa henti.

"dada senja sakit."

"senja capek."

"pengen sembuh dari luka ini."

"senja pengen istirahat yang lama ma."

"rasanya raga senja udah nyerah dengan semua ini."

"ma, kasih senja obat."

"obat yang buat senja tidur, biar luka di takdir senja berakhir." lirih pelan senja dengan deruan air matanya.

"Gk ada obat penyembuh buat anak sialan kayak kamu. Saya gk pernah berharap kamu hidup, kamu seharusnya mati dan gk pernah lahir dari awal!!" sarkas Erina kembali.

wanita paruh baya itu, mendorong tubuh senja dengan kasar, gadis itu terhayun kebelakang hingga kepalanya terbentur mengenai tembok dengan cukup keras.

Senja, ia memejamkan matanya yang terasa panas, dadanya kini teramat sesak, nafasnya bahkan memburu, seakan tak tahan dengan rasa sakit yang ia rasakan, kepalanya berdenyut hingga membuat penglihatan gadis itu memburam. Ucapan Erina kembali berputar di kepalanya, tubuh senja semakin gemetar mengingat bahwa ia disebut sebagai anak pelacur, apa ini penyebab orang tuanya berpisah, hingga sang bunda menitipkan dirinya pada papanya semenjak umurnya sepuluh tahun, hingga ia sering menerima perlakuan buruk dari Erina dan sang papa.

Cairan bening itu terus melolos dari matanya,deruan nafasnya tak beraturan karena rasa sakit pada bagian dada dan kepala yang ia rasakan. tak ada suara dari gadis itu, ia menatap ke bawah, tangan kanannya terus meramas bagian dadanya yg sakit.

"bunda bukan pelacur" lirih senja pelan, namun masih terdengar oleh erina, wanita paruh baya itu tersenyum remeh mendengar perkataan gadis didepannya ini.

"Seharusnya saya tolak saat putra bawa kamu kesini, kalau bukan karena permintaan Awan, kamu gak mungkin bisa hidup disini, kamu pasti udah terlantar diluar sana, ibu kamu sendiri aja gak mau urusin kamu, tapi karena awan, saya mau urusin kamu. Dan kamu malah jadi anak kurang ajar!" Erina menarik kuat rambut senja, kepala gadis itu kini terangkat mendongak menghadap nya.

rasa sakit pada bagian kepala senja semakin berat, rambutnya seperti akan terlepas dari kulit kepalanya, rasa nyeri,sakit, pada bagian kepala gadis itu membuatnya memejamkan lagi matanya, menahan rasa sakit yang teramat berat di kepalanya yang kini dua kali lipat ia rasakan, ini bukan pertama kalinya erina berbuat kasar terhadap dirinya, namun sudah sering, apalagi jika erina mulai membuat angan-angan cerita buruk tentang dirinya pada putra, papa senja, ia pasti akan di pukul lebih berat lagi.

"Ingat, di garis takdir kamu itu cuma ada penderitaan, dan saya pastikan, semua penderitaan itu gk akan berhenti kamu terima!!.
sarkas erina lalu meninggalkan anak perempuan itu.

"garis takdir ku memang hanya luka, luka yang tak lekas sembuh" lirih senja.

***

"bunda" ucap pelan gadis dengan wajah pucat itu.

"ngapain kamu telpon bunda?"
jawab diseberang sana .

Bibirnya senja terangkat mengukir sebuah senyuman tipis namun terlihat pahit, ia merasa senang mendengar suara seseorang yang sangat dirindukan nya selama beberapa bulan ini, namun batin gadis itu terasa sakit ketika mengingat ucapan erina tadi.

"kalau gk ada hal penting bunda matiin!"

"bun senja lagi sakit, bunda temanin senja bisa?" tanya senja pelan dibalik ponselnya.

"minum obat aja, bunda lagi sibuk, gk bisa nemenin."

"bunda gk ada waktu sebentar buat aku?"

"gk ada, lagian selama ini juga kamu kalau sakit sendiri, biasain buat mandiri, kamu udah besar, jadi jangan nyusahin" pungkas sang bunda lalu memutuskan panggilan sebelah pihak.

senja menatap layar ponselnya, ia tersenyum tipis namun menyiratkan rasa kecewa.

"Iy, selama ini aku sakit sendiri bun, sendiri rasain tampa ada penopang di samping aku."

"bahkan aku terlalu mandiri, tampa bunda tau apa yang aku rasain."

"Sangking mandiri dan sendiri, semua aku rasain dari kecil sampai sekarang, tampa pengawasan kasih sayang orang tua."

Senyum tipis itu terulas Kembali di bibir pucat nya, namun berbeda dengan yang tadi, kini senyuman tipis itu sepenuhnya menyiratkan rasa sakit pada dirinya, gadis itu meletakkan ponselnya di atas meja, lalu menduduki dirinya di depan cermin kamarnya, kasian, itu yang saat ini dirasakan oleh gadis bernama meiska senja itu, kasian terhadap dirinya yang begitu malang, tidak ada kata bahagia dalam hidupnya, dari dulu ia hanya merasakan luka dan penderitaan dari orang yang ia sayangi, bahkan jika ada kata bahagia dalam hidupnya itu hanyalah ilusi semata bagi gadis malang itu.

Wajah putih, dengan bibir yang pucat, kelopak mata gelap, tak ada warna dari selain putih pucat dan gelap dari wajah gadis didepan cermin itu.

"tak akan ada kata bahagia, tuhan kau terlalu senang melihat senja ku memendam luka" lirih pelan senja hingga mata gadis itu tertutup.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Takdir SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang