Bab 1 : Bertemu

27 4 0
                                    

Bab 1

Rima terkejut saat sebuah nama diperkenalkan oleh direktur perusahaan. ‘Agam Budi Prasetya,’ matanya segera menatap lelaki yang berdiri dengan mengatupkan tangan dan mengangguk ke semua arah. Saat mata itu bertemu, Rima sudah memasang senyum manisnya. Tapi sayang, tidak ada balasan senyum dari bibir tipis itu. Senyumannya tersungging saat berhadapan dengan sang direktur.’Apa kamu masih tidak mau berdamai denganku, Bud? Kita sudah dewasa sekarang kenapa sikapmu masih sama saat terakhir bertemu di SMAku?’


“Buat Bu Rima, sesekali akan berkoordinasi dan bekerjasama dengan Pak Agam, terutama masalah biaya. Pak Agam sendiri akan menangani masalah desain rumah sesuai dengan bidang keahliannya.”


“Bu Rima … apa anda mengerti?”


Rima gelagapan mendengar namanya terdengar, apalagi saat Dewi teman sebelahnya menyenggol lengannya. Rama hanya mengangguk kemudian mencoba fokus kembali dengan meetingnya. Saat semua sudah bubar, dia masih duduk sambil merapikan laptopnya. Dia juga berharap bisa menyapa Agam mengingat samping tempat duduknya merupakan akses menuju pintu keluar. Tapi harapan tinggal harapan, saat Agam melewati dirinya tidak menegur sama sekali.


***

enam tahun lalu


“Agam, Agam … ngakunya berteman, tapi ternyata apa. Kalian mojok berduaan, Rima sudah cerita semua ke aku. Ternyata kalian berdua tidak sesuci dan secerdas yang dilihat semua orang.”


“Hei apa maksudmu?” tanya Budi sambil memegang kerah leher Adam. Teman kuliah sekaligus satu asrama.


Lelaki yang lebih tinggi dari Agam itu menunjukkan sebuah video pada Agam. Vidio berdurasi tiga menit yang menunjukkan dirinya dan Rima. Tapi dibagian akhir nampak kurang jelas, apalagi Agam juga merasa tidak pernah melakukan itu.


“Ini editan, bukan foto kami semua … apalagi video ini dibuat dari kumpulan foto. Foto terakhir bukan kami.”


“Jangan sok suci, memangnya kamu nggak curiga dengan Rima? Dia selalu membawakan minum buat kamu, kan? Apa kamu nggak pernah curiga padanya? Rima dan Indrawati itu saingan memperebutkan kamu. Bahkan mereka taruhan, jika bisa menakhlukkan kamu … barang mewah yang mereka beli bersama akan menjadi pemilik salah satunya. Foto terakhir ini adalah saat kalian pulang malam dari latihan acara perpisahan.”


Agam nampak mengingat-ngingat hari itu. Hari di mana Agam menunggu Rima cukup lama. Dia baru pulang kuliah jam empat sore. Sesampai di tempat latihan Rima jam lima. Gadis berkuning langsat dengan jilbab putih itu memberi dia minum dari tumbler.


“Sudah mulai ingat? Dalam minuman itu ada obat tidurnya … dan foto itulah hasilnya. Kamu ingat saat perpisahan Rima memakai handpone baru. Itu barang taruhan Rima dan Indra.”


“Kamu bisa tahu sedetail itu, apaikut merencanakan?”


Menemukanu dengan Menemui-NyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang